Kurangnya Ibnu Khaldun dalam membaca permasalahan politik dan pembentukan negara

1. Kurangnya Ibnu Khaldun dalam membaca permasalahan politik dan pembentukan negara

Hal terpenting yang diamati dari Ibnu Khaldun dalam pengamatannya akan fenomena sosial kemasyarakatan adalah banyak dari aturan dan ketentuan yang dihasilkannya, khususnya dalam permasalahan politik dan pembentukan negara, tidak bisa diterima dengan akal kecuali bagi kelompok masyarakat yang ia amati; yaitu bangsa Arab dan Barbar serta bangsa yang menyerupai keduanya dalam pembentukan dan permasalahan masyarakatnya; bahkan dalam bangsa-bangsa inipun, didapati pernyataan yang tidak dapat diterima oleh akal, kecuali dalam fase-fase khusus yang berkaitan dengan sejarah, yaitu fase yang mana ia lihat dan ia terlibat didalamnya.

Khaldun dalam permasalahan politik dan pembentukan negara ini terjadi karena kurangnya ibnu Khaldun dalam mengamati dan membaca fenomena yang ada. Ia tidak mengamati dan membaca banyak pada permasalahan ini, kecuali pada kelompok masyarakat tertentu dan pada zaman tertentu. Kurangnya pengamatan inilah yang akhirnya berimbas kepada kurang diterimanya

Kesalahan

yang

dilakukan

Ibnu Ibnu

Contohnya dapat dilihat pada pendapatnya bahwasannya kejayaan suatu raja dan negara bergantung pada fanatisme dan nasionalisme rakyatnya (Mukaddimah: Bayan, 461,462), juga pendapatnya akan keterkaitan agama dengan kuatnya suatu negara dan ekspansinya dengan mengatakan bahwasannya negara yang kuat dikuasai oleh raja yang agung dan yang beragama (Mukaddimah: Bayan 466),juga pendapatnya akan perkembangan negara dan fungsi-fungsinya; dimana ia akan melewati fase primitif, fase peradaban dan juga fase kehancuran (Mukaddimah: Bayan 485, 486) dan juga pendapatnya tentang masa suatu negara dengan mengatakan bahwasannya masa suatu negara pada umumnya tidak melebihi umur tiga generasi manusia atau sekitar seratus dua puluh tahun (Mukaddimah: Bayan, 485,488). Semua pendapatnya ini tidak bisa di adopsi kecuali hanya oleh negara-negara Arab ataupun Barbar di fase sejarahnya; dan ia bukanlah undang-undang umum sebagaimana yang Ibnu Khaldun pikirkan. Telah muncul negara setelah masa Ibnu Khaldun, bahkan sebelumnya, yang merupakan negara besar yang luas dan kuat serta berumur panjang tanpa memasukkan unsur fanatisme ataupun agama dalam kemunculannya ataupun dalam kestabilannya. Begitu pula, telah tumbuh banyak negara -setelah masa Ibnu Khaldun, bahkan sebelumnya- yang tidak menjalankan fungsi-fungsi yang menjadi kewajiban suatu negara tertentu dan mengira bahwasannya umurnya sama dengan negara lainnya, namun ternyata ia hanya berumur pendek dan tidak berumur sebagaimana negara lain pada umumnya.

2. Berlebih-lebihannya Ibnu Khaldun pada penjelasannya akan pengaruh

permasalahan masyarakat.

Ibnu Khaldun mengungkapkan bahwasannya lingkungan geografi termasuk pondasi yang penting dalam berbagai fenomena sosial yang ada, hingga ia membuka Mukaddimahnya dengan pembahasan akan masalah lingkungan geografi ini serta pengaruh-pengaruhnya, bahkan bisa dikatakan ia seolah selalu mengambarkan suatu masyarakat dengan suatu gambaran lingkungan yang digambarkan se-spesifik mungkin. Menurutnya, lingkungan geografi turut menjadi penyebab akan adanya perbedaan yang terdapat dalam diri manusia; seperti halnya perbedaan warna, bentuk tubuh, kecenderungan, aktivitas dan juga banyak sifat-sifat baik secara fisik maupun secara emosi. Ia pun memandang bahwasannya lingkungan geografi turut berpengaruh besar yang bisa membedakan satu kelompok masyarakat tertentu dengan kelompok masyarakat lainnya, seperti halnya taklid, adar, ilm pengetahuan, pemikiran, tatanan

politik, etika, kecenderungan dan berbagai jenis aspek kemasyarakatan lainnya. 83 Hal ini pun dilakukan oleh pemikir yang datang jauh setelahnya, seperti halnya yang dilakukann oleh sekelompok pemikir pada zaman modern yang dipimpin oleh pemikir Perancis, Montesquieu (1689-1755 M) yang menggambarkan hal yang sama dalam bukunya L‟Esprit des lois. Dalam buku inipun, tampak Montesquieu terlalu berlebih-lebihan dalam menjelaskan akan pengaruh lingkungan geografi pada suatu

Ibnu Khaldun menyampaikan tema pembahasan ini dalam empat pengantarnya di Bab pertama. Ia membuka pembahasannya dengan menerangkan akan definisi geografi secara umum, sesuai dengan bidang keilmuan yang ada pada zamannya. Lalu ia kemudian menerangkan akan pengaruh lingkungan geografi di berbagai fenomena baik secara individu maupun masyarakat. Lihat hal 275-344, Mukaddimah: Terbitan Lajnatul Bayan.

peradaban hingga ia menjadikannya sebagai penyebab utama akan adanya perbedaan suku bangsa dalam berbagai permasalahan hukum, aturan dan ketentuan, taklid, adab, tingkatan peradaban, bentuk pemerintahan, tatanan politik, ekonomi,

pendudukdan kelenggangannya serta adanya kebebasan, kemerdekaan dan penguasaan.

dengan munculnya pertentangan dan konflik demikrasi dalam pembentukan hukum dan penghapusannya dalam jiwa individu manusia. ia pun menjadi penyebab akan adanya undang-undang kasta dan undang- undang pengasingan dan turunan dengan berbagai fenomenanya, baik itu adalah pengasingan suatu kelompok bangsa dari bangsa lainnya ataupun pengasingan para kepala keluarga dari

Ia pun mengaitkannya

istri-istrinya. 84

Mazhab ini pun banyak diikuti oleh pemikir modern masa ini dalam ilmu geografi manusia, seperti pemikir Jean Brunhes dalam bukunya La Géographie Humaine, 2 Vols

kita tidak dapat mengingkari bahwasannya lingkungan geografi cukup berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat dan segala aktifitasnya. Namun akan jadi suatu kesalahan besar apabila terlalu berlebih-lebihan dalam menerangkan akan pengaruhnya melampau batas yang ada, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun, Montesquieu, Jean Brunches ataupun para pengikutnya karena beberapa penyebab:

pertama; karena lingkungan geografi tidak akan pernah terealisasi pengaruhnya kecuali bila ada interaksi antara lingkungan geografi itu sendiri dengan faktor-faktor

84 LIhat buku L‟Esprit des Lois, karya Montesquieu, hal 14-18, Jilid pertama 84 LIhat buku L‟Esprit des Lois, karya Montesquieu, hal 14-18, Jilid pertama

perindustrian, hingga pertambangan yang ada hanya dipergunakan untuk aktivitas pertanian dan menjadi bagian terpenting dan bisa dikatakan bahwa lingkungan geografi tidak begitu berpengaruh dalam perkembangan kemasyarakatannya akan ha ini, dan keadaan ini masih terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

yang

bisa menghidupkan

Kedua; sebagaimana lingkungan geografi berpengaruh kepada masyarakat dan terkadang menghadapi sisi khusus yang sejalan dengan peristiwa yag terjadi, namun masyarakat pun dapat mempengaruhi dan menundukkannya sesuai dengan keinginannya. Banyak yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengubah

geografinya ataupun menundukkannya untuk dapat turut kepada keinginannya ataupun meminimalisasi apa yang telah terjadidan membentuknya sesuai dengan keinginan yang ingin dicapainya dalam kehidupan.

tabiat

lingkungan

Seorang manusia mampu membuat gunung, bukit dimana terletak didalamnya banyak jalan yang sesuai dengan rancangannya, ataupun mengeringkan lautan dan juga mengubah arah sungai ataupun arah angin, juga menurunkan hujan sesuai dengan keinginannya, ataupun menjadikan padang pasir sebagai lahan pertanian atau menjadikan hutan sebagai suatu kota. Ia mampu melakukan ini semua dengan bantuan alat transportasi Seorang manusia mampu membuat gunung, bukit dimana terletak didalamnya banyak jalan yang sesuai dengan rancangannya, ataupun mengeringkan lautan dan juga mengubah arah sungai ataupun arah angin, juga menurunkan hujan sesuai dengan keinginannya, ataupun menjadikan padang pasir sebagai lahan pertanian atau menjadikan hutan sebagai suatu kota. Ia mampu melakukan ini semua dengan bantuan alat transportasi

Ketiga; penulis tidak sepakat bahwasannya setiap suku bangsa dapat mempunyai lingkungan geografi yang sama; namun kenyataannya, sangat berbeda tergantung dari fenomena peradaban dan perbedaan perkara kehidupan yang ada. Penduduk wilayah katulistiwa di afrika, bisa disebut sebagai suku bangsa yang primitif, sedang pada satu tempat yang sama, penduduk bangsa Amerika menempati posisi peradaban tertinggi dari semua suku bangsa yang ada dan merupakan dunia baru bagi penduduk modern dan sampai saat ini masih merupakan negara bagi masyarakat yang ingin berperadaban tinggi.