Jjabatannya sebagai hakim mazhab Maliki untuk pertama kalinya
2.Jjabatannya sebagai hakim mazhab Maliki untuk pertama kalinya
pada tanggal 19 Jumadil tsani pada tahun yang sama (786 H), pada saat itu, sultan marah kepada hakim mazhab Maliki, Jamaluddin Abdurrahman bin Sulaiman bin Khair Al Maliky atas sebagian pertentangan. Ia lalu menurunkan posisinya dan menunjuk Ibnu Khaldun untuk mengantikan posisinya. Ibnu Khaldun menggambarkan kejadian yang mengangkatnya untuk dapat menduduki posisi tertinggi di pemerintahan Mesir dengan ungkapannya: ketika aku saat itu sedang bertugas sebagai dewan pengajar di sekolah Qumhiyah. Sulatn sedang marah kepada hakim malikinua karena sebagian pertentangan yang ada pada mereja, yagn kemudian ia pun mengucilkannya... ketika hakim ini dikucilkan pada tahun 768 H, sultan lalu menunjukku untuk menggantikan posisinya karena kekuatan berpikirku. Lalu aku berbicara langsung untuk bernegoisasi dengannya. Ia menolaknya kecuali apabila aku setuju dengan ususlannya. Ia lalu mengutus pembesar untuk memposisikanku pada dewan hukum di sekolah shalihiyah di daerah Baina
Qasraini (Ta‟rif 255) Maqrizy mencatat kejadian ini dalam bukunya suluk dengan ungkapannya sebagai berikut: pada hari
senin 19jumadil tsani 786 H, syeikh kami Abu Abdurrahman bin khaldun dipanggil untuk menuju benteng, lalu sultan menugasinya untuk memegang jabatan sebagai hakim Maliki dan lalu di sandangkan padanya gelar Waliyuddin dan ia pun lalu menjadi hakim mengantikan Jamaluddin Abdurrahmna bin Khair, hakim sebelumnya. Hal ini terjadi setelah pemimpin kami mengutus ketua majlis dan adatnya ini lalu di baca dan diamati oleh sekolah shalihiyah yang terletak di daerah bernama baina qasraini. Dan mengungkakan akan firman Allah yang berbunyi: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,bumi dan gunung-gunu ng... Qs 33:72 (ta‟rif 254).
Sesungguhnya jabatan hakim Maliki di Mesir merupakan salah satu jabatan dari empat mazhab, dimana setiap mazhab mempunyai hakimnya masing-masing. Karenanya, selain dirinya,
ada juga hakim Hanafi, Hakim Syafi’i dan Hakim Hambali; dan dianggap masing-masing dari keempat hakim itu bertanggung
jawab atas daerahnya masing-masing; khususnya hakim Syafii yang meliputi hampir keseluruhan masyarakat Mesir –karena kebetulan tiga mazhab lainnya belum menyebar secara luas; juga karena kebebasan mazab syafii dalam memandang harta anak yatim dan juga permasalahan wasiat.
Wajah pengadilan di Mesir pada saat itu penuh dengan kerusakan dan kekacauan serta banyak yang lebih memihak nafsu dan kepentingan pribadi. Ibnu Khaldun ternyata mampu berbuat banyak dalam memperbaiki kerusakan yan ada dan juga merealisasikan keadilan dengan keberadaannya yang idealis dan juga maknanya yang mendetail sebagaimana yang banyak disaksikan dalam banyak kitab kontemporer. Abu Mahasin menggambarkan kekuasaannya di kehakiman dengan ungkapannya: Wajah pengadilan di Mesir pada saat itu penuh dengan kerusakan dan kekacauan serta banyak yang lebih memihak nafsu dan kepentingan pribadi. Ibnu Khaldun ternyata mampu berbuat banyak dalam memperbaiki kerusakan yan ada dan juga merealisasikan keadilan dengan keberadaannya yang idealis dan juga maknanya yang mendetail sebagaimana yang banyak disaksikan dalam banyak kitab kontemporer. Abu Mahasin menggambarkan kekuasaannya di kehakiman dengan ungkapannya:
rekomendasi bagai para masyarakat. 49 Sedang Ibnu Hakar menggambarkan ketegasan Ibnu Khaldundalam melaksanakan
hukuman: ia sangat berani dalam menghukum orang-orang yang bersalah dan juga saksi-saksi yang mengatakanhal yang tidak benar. Ia lalu mula menghukumnya dengan pukulan. Apabila ia marah kepada seseorang ia akan berkata: hukum ia, maka orang
itu akan dipukul hingga merah lututnya 50
Ketegasan yang ditunjukkannya untuk merealisasikan keadilan dengan segala maknanya dan juga keinginannya untuk menyamaratakan semua manusia di depan hukum dan untuk menghindari jalan-jalan tipuan dan sejenisnya; karena semua itu akan mengakibatkan kemarahan di berbagai pihak. Ia banyak menyerang manusia dengan lidahnya yang tajam dimana ia banyak menangani hal suap-menyuap kepada sultan. Bila dilihat dari sisi Ibnu Khaldun yang adalah orang Maroko namun mampu menduduki jabatan hakim di Mesir yang merupakan jabatan yang tertinggi dan banyak dilirik oleh ulama Mesir itu sendiri menunjukkan akan kedekatannya dengan sultan dan juga kemampuannya dalam menjalankan tugasnya. Wajar apabila jabatannya ini menimbulkan banyak perasaan iri dengki kepadanya. Karena ia adalah orang asing di negara mereka dengan jabatan yang cukup tinggi. Inilah salah satu sebab, mengapa akhirnya banyak orang yang berusaha untuk menghalangi jalannya dengan berbagai cara, yang diantaranya dengan menuduhnya tidak mengetahui sedikitpun akan proses
49
Mihal Shafi, Jilid 2 hal 301 50 Raf‟ul ashar „an qudhotul Misr, Ibnu Hajar dalam biografi Ibnu
Khaldun yang ia nukil dari Dhau‟u lami‟ Sakhawi, jilid 2 bagian ke 2 hal 367
hukum. Pada saat itu, ia tertimpa musibah besar dengan kematian istri dan anak-anaknya serta harta kekayaannya. Sejak kedatangannya ke mesir,ia selalu berharap dan menunggu kedatangan keluarganya di Mesir. Namun Sultan Tunis menahan kepergian mereka agar Ibnu Khaldun dapat kembali ke Tunis. ia lalu memohon kepada sultan Dzoir Barquq untuk memintakan permohonannya itu kepada sultan Tunis hingga ia melepaskan kepergian keluarganya untuk dapat menyusulnya. Hal ini dilakukan hingga akhirnya keluarganya pun diperbolehkan untuk menyusulnya di Mesir dengan mengendarai kapal laut. Namun kapal laut yang ditumpangi, tidak pernah sampai ke pelabuhan Iskandariah karena bencana yang menimpa, dengan datangnya angin besar yang akhirnya menenggelamkan semua penumpangnya. Maka pada saat itu, hilanglah semua yang ia miliki; istri,anak dan juga harta miliknya termasuk semua buku-bukunya. Tampak penderitaannya makin menguat dengan kejadian ini hingga akhirnya ia mengundurkan diri dari jabatan yang diembannya juga karena pertahanannya yang lemah terhadap
menjegalnya. Pengunduran dirinya di terima pada tahun 787 H atau tepat setahun dari jabatannya itu.
Ibnu Khaldun menggambarkan fase ini secara mendetail dengan ungkapannya:
Lalu akupun mulai menjalankan tugas mulia yang sultan amanatkan padaku. Kukerahkan semua usahaku dalam menegakkan hukum-hukum Allah. Celaan tidak akan mampu manghalangiku untuk melakukan suatu kebenaran dan akupun tidak pernah membedakan status yagn ada dalam setiap pertentangan yang ada. Aku membelayang lemah dari setiap pertentangan yang ada, siapapun dia dan menolak semua rekomendasi dan juga semua hal yang Lalu akupun mulai menjalankan tugas mulia yang sultan amanatkan padaku. Kukerahkan semua usahaku dalam menegakkan hukum-hukum Allah. Celaan tidak akan mampu manghalangiku untuk melakukan suatu kebenaran dan akupun tidak pernah membedakan status yagn ada dalam setiap pertentangan yang ada. Aku membelayang lemah dari setiap pertentangan yang ada, siapapun dia dan menolak semua rekomendasi dan juga semua hal yang
mulai membagikan keberuntungan
penguasa bagi yang menginginkannya danmemohon padanya. Penyakit mereka makin akut. Kerusakan makin menyebar dengan pemalsuan dan kebohongan yang ada diantara manusia. mereka menghentikan suatu hukuman namun pula menghukumi dengan hukuman di luar batas. Semunya ini menyebabkan luka
kepada
para
pada setiap golongan yang ada. 51 mereka pun terkadang menahan seseorang yang ingin memberikan kesaksian; diantara mereka ada yag mempunyai buku untuk administrasi kehakiman dan juga tanda tangan atas majlis yang ada untuk menuliskan setiap tuduhan yang ada, sehinggasemua itu bisa terdaftar di pemerintahan, dan para pemerintah pun dapat menggunakannya untuk menunjukkan akad mereka. Dengan menghukumi buku tersebut dan kekuatan syarat-syaratnya, yang demikian membuat mereka lebih transparan untuk orang-orang yang ada di golongan
mereka
hingga mereka mampu
51 atau ia tahu mereka terluka dan bukan termasuk adil untuk hanya berlandaskan kepada kesaksian saja.
mengendalikan pengadilan dan berjaga-jaga atas sesuatu yang tidak diinginkan yang kesemuanya itu aka tampak dari refleksi mereka. Sedang banyak juga diantara mereka yang mencampur adukkan pena mereka untuk melakukan akad hukum. Mereka akan berusaha mencari jalan keluarbaik dari segi fiqh ataupun ahli kitab. Mereka akan langsung melakukan hal tersebut disaat diminta oleh orang yang berkuasa, khususnya dalam permasalahan waqaf yang meelbihi batasan di mesir dengan banyak problemnya. Hingga semua ini seolah sudah menjadi rahasia umum. Dengan kebodohan masyarakat dan kecuranganyang dilakukan orang yang jahat dengan perbedaan mazhab yang ada. Bagi yang memilih jual beli dan hak milik, maka akan ada banyak persyaratan dan masalah itu
banyak mufti yangmemihaknya hingga semua ini seola perlindungan akan adanya praktek main-main dalam hukum. Bahaya pun mulai merebak di permasalahan waqaf.. dengan banyak tipuan dalam setiap langkah , baik itu jual beli ataupun kepemilikan. Aku lalu memohon perlindungan Allah untuk dapat memberantas kesemuanya iniyang telah mendarah daging dari pendahulu yang ada. Akupun mulai melaksanakan hukum dengan seabiknya akupun banyak menghukum orang-orang yang memenangkan hawa nafsunya. Hasilnya, akupunsemakin dibenci. Mereka pun mulai menyebarkan kepada orang-orang yang bodoh itu untuk melepaskan jabatanku. Banyak kejadian buruk menimpaku, baik itu tipuna, kabar bohong ataupun fitanh yang disebar luaskan di khalayak umumdan mereka adukan kepada sultan akan kezaliman yang telah aku lakukan, namun hal ini tidak diindahkannya. Sedang aku pada saat itu hanya bisa bertwakallal kepada Allah atas segala
akan dijawab oleh
permasalahan ini dan agar terhindar dari orang-orang itu dan tetap berlalu dengan jalanku yangmenurut mereka sangat kejam demi menegakkankeadilan dan memberikan hak kepada siapapun yang memilikinya dan juga menghancurkan rencana jahat dimanapun ia muncul. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh setiap hakim. Namun mereka tidak mempedulikanku dan mengingkari apa yang telah aku lakukan. Dan memanggilku agar dapat mengikuti cara mereka dalam mmberikan kepuasan kepada penguasa dengan menjaga golonga-golongan tertentu. Sedang suatu pengadilan adalah tempat pengaduan dengan gambarannya yang jelas ataupun sebagai pemisah antara dua pertentangan, pabila mereka tidak bisa menyelesaikannya sendiri, berlandaskan pada bahwasannya seorang hakim tidak boleh memilah-milah hukum dengan hal lainya.. mungkin perasaanku inilah yang membuat merak tidak memenuhi hal ini, karena mereka lebih mengetahui kebalikannya. Sedang Rasulullah Saw berkata dalam haditsnya: barang siapa yang menghukumi hak saudaranya
dengan lainnya, maka aku akan menghukumnya di neraka. 52 Karenanya, aku menolak segala hak kecuali memberikan
yang benar haknya dan menjalankan amanat untuknya hingga banyak orang yang merencanakan sesuatu hal untukku.
mengingkariku dan bermunculanlah kata-kata fitnah yang makinmeningkat. Mereka menginginkanku untuk menghukumi mereka sesuai
Banyak orang
yang
Hadits ini pun ada dalam shahih Bukhari dengan nashnya: dari Ummu Salamah, Istri Nabi Saw, sesungguhnya Rasulullah mendengarkan pertengkaran dibalik pintu kamarnya. Ia lalu keluar enemui mereka dan berkata: sesungguhnya aku adalah manusia dan telah didatangkan padaku satu pertengkaran. Bisa jadi ada satu diantara kaian yag telah berlebihan dsbanding satu lainnya. Bila ada mengrtahui kejujuran diantara kalian, maka aku akan menghukumi sesuai itu. Maka barang siapa menghukumi seseorang dengan hak lainnya, maka itu adalah sumbangsihnya bagi tempatnya di neraka.
dengan keinginan mereka, namun aku tidak mau... Dan berangkatlah mereka dengan niat menghalangi (orang-
orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya). 53 Mereka pun meracuni para pemimpin pemerintahan dengan memburukkan reputasi dan juga atas penolakannya dalam memberikan rekomendsai dan beranggapan bahwa yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang bodoh. Mereka memang dipenuhi rasa iri dan dengki. Kebatilan inilah yang dinisbatkan kepadaku.
Banyaknya kebencian dari berbagai pihak dan suasana yang makin memburuk antara diriku dan juga masyarakat setempat bertepatan dengan musibah yang menimpa keluarga dan anak-anakku. Mereka meninggalkan Maroko dengan menggunakan kapal laut, namu kapal mereka tertiimpa angin sar yang menyebabkan mereka semua tenggelam. Dan pergilah semua yagnaku ada, ketenangan dan juga anak. musibah dan kesedihan makin memincak karenanya. Akhirnya kuputuskan untuk berzuhud dan kuputuskan pula untuk mengundurkan diri dari jabatan yang aku sandang. Namun hal ini tidak disetujui oleh siapapun yang aku mintai nasihatnya, takut akan kemarahan sultan dan juga pengingkarannya atas diriku. Tak lama kemudian, aku makin dekat dengan rahmat Rabbani ketika sulatn mengizinkanku untuk mengundurkan diri dari jabatanku itu yang aku sudah tak sanggup lagi aku pikul dan aku pun tidak tahu lagi –sebagaimana yang orang-orang
inginkan- bagaimana menghadapinya. Lalu jabatan itupun dikembalikan kepada orang sebelumku dan akupun pergi dengan penuh syukur.
QS Qalam: 25
Banyak mata memandanmgku dengan penuh rahmat dan mereka mengharapkanku untuk dapat kembali. Akupun kembali mengfokuskan diri pada bidang pengajaran dan juga membaca buku ataupun menulis dan juga menyusunnya dengan harapan agar Allah menghitung semuanya ini sebagai ibadah (Ta‟rif 254-260)
3. kembalinya kepada pengajarannya dan pelaksanaan Ibadah Haji (787-801 H)
pengunduran dirinya dari jabatannya sebagai hakim tidak terkait dengan kemarahan sultan padanya sebagaimana yang disebutkan Ibnu Khaldun dalam auto-biografinya. Ini didasari bahwasannya sultan menunjukknya untuk menjadi guru Fiqh
Maliki di sekolah Ad Dzohiriyah Al Barquqiyah di pembukaannya pada tahun 788 H. ini adalah sekolah yang besar yang dinisbatkan namanya dari nama sultan. Barquq membangun sekolah tersebut di daerah yang bernama baina qasraini pada tahun 786 H yang pembangunnaya selesai dan sipa digunakan pada tahun 788 H. ia menjadikannya sekolah tinggu dan juga membangun di dekatnya pekuburan khusus keluarganya. Ia memilih guru dalam pelajaran Fiqihnya dengan memilih pemuka ahli fiqh empat mazhab. Ibnu Khaldun pun memberikan pidatonya yang panjang pada pembukaan sekolah itu yang lebih panjang dari pidatonya pada pembukaan sekolah di Qumhiyah.
Lalu terjadi aksi penyuapan pada direktur sekolah ini. Ia meminta sultan untuk memberhentikan Ibnu Khaldun. sultan pun mengabulkan permintaanya. Dalam hal ini Ibnu khaldun berkata dengan ungkapanya: musuh-musuh pun saling bahu membahu menyuap ma‟khuriah -seseorang yang diberi tanggung jawab oleh sultan dalam menangani sekolah ini- dan menyuruhnya untuk menentangku dan mencari hal yang menyebabkan harus keluar dari daerahnya. Sultan pun tak Lalu terjadi aksi penyuapan pada direktur sekolah ini. Ia meminta sultan untuk memberhentikan Ibnu Khaldun. sultan pun mengabulkan permintaanya. Dalam hal ini Ibnu khaldun berkata dengan ungkapanya: musuh-musuh pun saling bahu membahu menyuap ma‟khuriah -seseorang yang diberi tanggung jawab oleh sultan dalam menangani sekolah ini- dan menyuruhnya untuk menentangku dan mencari hal yang menyebabkan harus keluar dari daerahnya. Sultan pun tak
pengajaran dan penulisan (Ta‟rif 293) Pada tahun 789, Ibnu Khaldun berniat untuk melaksanakan
Ibadah Haji. Ia meminta izin pada sultan dan sultan pun memberikan izin padanya. Ia pun lalu melaksanakan niatnya itu dan kembali pada awal tahun 790 H Ibnu Khaldun menggambarkan
kepergian hingga kepulangannya itu dengan melalui jalan yang dilalui para orang mesir dalam menunaikan ibadah ini, dengan ungkapannya:
perjalanannya
sejak
Lalu aku keluar pada tahun 789 untuk melaksanakan Ibadah haji. Aku sudah mengantongi izin sultan untuk itu. aku pun mempersiapakan segala kebutuhannya dan perbekalannya lalu aku menaiki kapal laut Swiss dari Thur hingga ke Yanba‟ lalu aku pergi menuju Mekkah
dengan semua bawaanku. Aku melaksanakan ibadah haji pada saat itu. lalu aku kembali dengan menggunakan kalap lauy dan turun di Sahili Qasir. Lalu aku pergi darinya ke kota Qaws ke akhir sha‟id. Dari sana aku
menaiki kapal laut ke Mesir. Aku temui sultan, kukabarkan akan doaku untukknyadi tempat-tempat yang mustajab dan ia pun menempatkanku di temapat-tempat kemuliaannya dan aku tetap berlindung di bawah
kekuasaannya (ta‟rif 293)
Pada bulan Muharram tahun 791 H, sultan memberikannya jabatan untuk bertanggung jawab atas pengajaran hadits di sekolah Sharghatmis. Ia pun lalu memutuskn untuk memakai landasan dalam pembelajarannya dengan menggunakan kitab muwatha karya Imam Malik bin Anas. Ia memulai pelajaran pertamanya dengan pidatonya yang panjang yang ia beri Pada bulan Muharram tahun 791 H, sultan memberikannya jabatan untuk bertanggung jawab atas pengajaran hadits di sekolah Sharghatmis. Ia pun lalu memutuskn untuk memakai landasan dalam pembelajarannya dengan menggunakan kitab muwatha karya Imam Malik bin Anas. Ia memulai pelajaran pertamanya dengan pidatonya yang panjang yang ia beri
tersebutdalam hati pendengarnya dengan
pengaruh
pelajarannya
itu tersa sunyisenyap dan lalu begitu banyak mata yang memandangku dengan jelas, dan juga memperhatikan pelajaranku, saat itu aku merasa akan kemampuanku(Ta‟rif 310)
ungkapannya: majlis
Setelah tiga bulan berada dalam jabatannya tersebut, sultan menambahkan tugasnya dengan menunjuknya –pada tanggal
26 Rabiul awwal 791 H) untuk menjadi guru besar pada majlisnya di Bebres setelah meninggalnya guru besar sebelumnya, Syarifuddin UtsmanAl Asyqar. Majlis bebres ini adalah suatu tempat berkumpulnya sebagian kelompok filosof yang dibangun di daerah Babu nasr malik mudzfir ruknu biybris (karenanya terkadang disebut juga khanaqah bebres, khanaqah bebresiah, khanaqah madzfariah dan khanaqah runiah) ia menetap dan bertahan didalamnya dalam waktu yang cukup lama. Ia diberikan rizki akan pemandangan didalamnya dan para syeikh yang sangat luas pengetahuannya, yang juga bertanggung jawab akan tempat ini (Ta’rif 313). Dengan 26 Rabiul awwal 791 H) untuk menjadi guru besar pada majlisnya di Bebres setelah meninggalnya guru besar sebelumnya, Syarifuddin UtsmanAl Asyqar. Majlis bebres ini adalah suatu tempat berkumpulnya sebagian kelompok filosof yang dibangun di daerah Babu nasr malik mudzfir ruknu biybris (karenanya terkadang disebut juga khanaqah bebres, khanaqah bebresiah, khanaqah madzfariah dan khanaqah runiah) ia menetap dan bertahan didalamnya dalam waktu yang cukup lama. Ia diberikan rizki akan pemandangan didalamnya dan para syeikh yang sangat luas pengetahuannya, yang juga bertanggung jawab akan tempat ini (Ta’rif 313). Dengan
untuk bisa menjadi lebih zuhud dan lebih banyak i’tikaf sebagaimana yang banyak dilakukan para sufi dizamannya.
Pada tahun yang sama, 792 H, terjadi revolusi Nashiry yang berakhir dengan tumbangnya Barquq dari kekuasaannya. Ibnu Khaldun lalu kehilangan semua jabatan dan semua rizki yang datang darinya. setelah sultan kembali mendapatkan kekuasaannya,
kembali memberikannya banyak kenikmatan, namun pada saat itulah ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai guru besar di Bebres, setelah hampir setahun menyandangnya,karena banyaknya usaha musuhnya dalam menjegalnya dan pengaruh mereka pada Barquq akan permasalahan fatwa yang ditulis oleh banyak ahli fiqh dalam menentangnya; termasuk di antara ahli fiqih itu adalahIbnu Khaldun atau dengan kata lain seolah mereka semua –ahli fiqh –berniat menentangnya di tengah revolusi nashiri yang
ia pun
menumbangkannya.Maqrizy memberitahukan akan fatwa ini dengan ungkapannya:
Pada tanggal 25 Dzul qa‟dah 791 H, aku mendapatkan naskah fatawa Malik Dzahir, yang telah ditambahkan padanya: ia telah meminta bantuan orang-orang kafir untuk membunuh kaum muslim. Hadir dalam penandatangan fatwa itu khalifah mutawakkil, para hakim dari banyak hakim seperti: Badruddin Muhammad bin Abu Baqa Sya‟fii,
Ibnu Khaldun, Sirojuddin Umar binMulqin Syafi‟i dan banyak lainnya yagn berkumpul di istana Ibliq yang
dihadiri oleh raja Manshur dan raja Minthas. Aku berikan kepada mereka fatwa itu, mereka menuliskannya secara k eseluruhan dan lalu mereka pun pergi (Ta‟rif 330)
Ibnu Furat pun mnunjukkan dalam sejarahnya akan kejadiantahun 791 H:
Di hari senin, berkumpullah para pemimpin di istana Ibliq di benteng Jabal dengan dihadiri sultan manshur Rahaji dan juga pangeran minthas, khalifah Muhammad, hakim dari 4 mazhab, syeikh sirojuddin Balqini dan anaknyaJalaluddin abdurrahman -hakim ketentaraan, Badruddin bin abu Baqa Syafii.... lalu kutulis fatwa yang mencakup didalamnya apakah pembunuhan sultan Dzahir Barquq, diperbolehkan atau tidak? Mereka menyebutkan di fatwa akan banyak hal yang tidak sesuai dengan syariat serta termasuk dalam cakupannya dalam meminta bantuan kepada orang nasrani dalam membunuh orang kafir. Mereka pun menanyakan hal ini (karena sultan barquq telah melakukan hal ini; dikatakan bahwasannya sultan barquq meminta bantuan kepada kaum nasrani syubak yag berjumlah sekitar 600 orang untuk berperang dengan kaum muslim. Namun yang terjadi sesunggunya tidak seperti itu. sesungguhnya mereka hanya ingin menimbulkan keraguian di hati para mufti. Dalam hal ini fatwa tersebut menyebutkan akan bolehnya
membunuhnya dan selesailah perkumpulan itu. 54
Tarikh Ibnu Furat tahun 791,juz pertama hal 160
Ibnu Khaldun sendiri membahas hal tersebut dalam auto- biografinya ta‟rif dengan ungkapannya:
Dzohir sangat dendam kepada kami para ulama karena fatwa yang minthas minta pada kami untuk membuatnya. Kami pun sebenarnya sangat benci untuk menuliskannya, namun kami tetap menuliskannya. Dan terjadilah sesuatu diluar kemampuan kami. Sultan tidak menerima hal ini dan mencela akan hal ini khususnya kepadaku. Ia lalu bertemu
mengusulkan agar mengeluarkanku
menggantikan jabatankuserta mengucilkanku. Aku pun lalu menuliskan kepada Jubani meminta maaf atas apa yang telah ku perbuat dan mempertimbangkan lagi keputusannya. Namun ia tidak mengindahkannya dan tidak memperdulikanku selama setahun lamanya, namun kemudian, akhirnya aku kembali mendapatkan ridho dan kebaikannya.
Ibnu Khaldun punmenyebutkan 67 bait qasidah yang ia persembahkan untuk sultan yang dubuka dengan ungkapannya: Tuanku, pikiranku selalu indah akanmu *
Bantuanmu tuk mewujudkan harapanku cukup bagiku Jangan menghalangi pikiran baik tentangmu sedang aku *
Tidak sedetikpun menghalangi pikiranku akanmu Ibnu Khaldun pun mengisyaratkan adanya persekongkolan musuhnya padanya dengan ungkapannya: Musuh mengukir peristiwa Ifki *
Semuanya dengan cara yang menyakitkan Mereka menginginkanku dalam suasana asing *
Dinisbatkan padaku semua urusan yag mereka sukai Melempar apapun yang mereka inginkan dari *
Kebohongan yang mereka pikir akan berhasil Ibnu Khaldun dalam qasidah ini menggunakan kalimat ma‟lul (menyakitkan) dan juga gharib (asing) juga maqbul (berhasil) yang merupakan kata-kata yang sering digunakan oleh para ahli hadits pada beberapa kelompok yang sering meriwayatkan hadits dari Rasulullah Saw.
4. jabatannya sebagai hakim untuk kedua kali dan kunjunganya ke palestina (801-802 H)
di pertengahan tahun 801 H, ia kembali ditunjuk untuk menjabat sebagai hakim Maliki, setelah sebelumnya semapt berhenti darinya selama14 tahun lamanya. Pada tahun itu, sultan dzahir Barquq wafat dan digantikan oleh anaknya Nasir Farj, dan Ibnu Khaldun pun tetap pada posisinya sebagai hakim. Ia pun tidak menunggu lama untuk mendapatkan izin sultan guna dapat mengunjungi palestina khususnya bitul maqdis dan menyaksikan sejarah yang ada dinegeri ini. Ia pun mendapatkan izinnya. Ia lalu mengunjungi semua tempat bersejarah yang ada padanya, naun tidak gereja Qiyamah, karena ia tidak diberikan izin masuk untuk dapat melihatnya lebih dekat, dimana para nasrani bersikeras bahwasannya disinilah Isa Al Masih disalib dan inilah peristiwa yang ada di dalam Al- Qur’an dengan firman-Nya Surat An Nisa ayat 157
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang
Ia pun berlalu di semua jalan yang ada di betlehem yang merupakan tempat kelahiran Isa Al Masih dan juga untuk menyaksikan banyak sejarah ditempat itu. Ibnu Khaldun menggambarkan perjalanannya itu dan apa yang telahia lihat dengan penggambaran yang mendetail hingga mampu mengungkap sejarah yang terjadi dan juga tempat bersejarah yang sangat bernilai di auto-biografinya Ta‟rif:
Aku meminta izin kepada sultan dengan kedatanganku ke Mesir agar ia mengizinkanku untuk mengunjungi baitul Maqdis. Iapun lalu mengizinkanku untu itu. lalu aku pun sampai di palestina dan kumasuki masjidnya dan aku meinta berkah kepada-Nya atas kunjungaku dan aku melaksanakan shalat didalam masjid itu. namun ternyata aku tidak diizinkan untuk masuk ke qumamah (yang ia maksud adalah gereja qimamah yang kemudian lebih dikenal dengan gereja qiyamah) karena didalamnya banyak kebohongan atas Al-Quran. Ia adalah bangunan bagi umat nasrani dengan salib diatasnya, aku mengingkarinya dalam diriku dan juga menolak untuk masuk kedalamnya. Aku melaksanakan sunnah-sunnah ziyarah disana. Aku mengunjungi kuburab Nabi Ibrahim As dan akupun mengunjungi betlehem, yang merupakan bangunan yang besar dan diyakini sebagai tempat kelahiran isa As.
Kaisar membangun tempat itu dengan banyak bebatuan yang terpilih yang pada atasnya terdapat gambar kaisar dan juga sejarah negaranya secara ringkas bagi siapapun yang ingin mentahqiq apa yang pernah dinukil dengan terjemahannya. Bangunan ini sebagai bukti atas kebesaran kaisar yang membangunnya dan juga kebesaran negara mereka. Lalu akupun pergi ke giza dan kemudia selesailah kunjunganku aku lalu menemui sultan di Mesir dan kembali masuk dalam lindungannya di akhir ramadhan
802 H (Ta‟rif 349-350)
Ibnu Khaldun lalu kembali menduduki jabatannya sebagai hakim Maliki yang menjadi kegiatannya sebelum kepergiannya ke Palestina, namun ia kemudian kembali mengundurkan diri di pertengahan muharram pada tahun berikutbya (803 H) atau setelah tiga bulan dari kepulangannya dari Palestina. Ibnu Khaldun menyebutkan alasan pengunduran dirinya kali ini adalah rusaknya penunjang hukum di Mesir pada masa itu dengan ungkapannya: di Mesir ada seorang ahli Fiqh Maliki yang dikenal dengan nam Nuruddin bin Khilal yang banyak mewakilinya dalam banyak waktunya sebagai hakim Maliki (atau mewakilinya selama ia pergi ataupun sakit) sebagian teman- temannya mendorongnya untuk dapat memegang posisi ini dan ia pun mengerahkan tenaganya untuk mencapainya dengan berbagai caranya. Usahanya ini berhasil, iapun memegang jabatan in di pertengaan Muharram 803 H dan aku kembali menyibukkan diri dengan mengajar dan juga menulis.