Aktivitas Ibnu Khaldun di Maroko bagian bawah dan tengah (751-755 H)

1. Aktivitas Ibnu Khaldun di Maroko bagian bawah dan tengah (751-755 H)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kedaulatan Muwahhidin sejak awal abad ketujuh hijriah telah tumbang. Tumbuh setelahnya bebagai kedaulatan dan negara-negara baru. Tiga yang terkenal darinya yaitu:

Salah satunya adalah kedaulatan Bani Hafsin di Afrika (Maroko bagian bawah, Tunis dan sekitarnya). Tunis dipimpin Salah satunya adalah kedaulatan Bani Hafsin di Afrika (Maroko bagian bawah, Tunis dan sekitarnya). Tunis dipimpin

Kedua adalah kedaulatan bani Abdul Wad di Maroko bagian tengah yang berkedudukan di Thalmasan. Ketiga adalah kedaulatan Bani Maryan di Maroko bagian atas yang berkedudukan di Vas. Dari kesemua negara dan daulah yang ada, Bani Maryan adalah kedaulatan terkuat. Daerah kekuasannya makin hari makin meluas; khususnya pada masa Sultan Abu Hasan yang mempimpin Arsy Vas dan Maroko bagian atas pada tahun 731 H (1330 M). Sultan ini telah bertempur di Jabal Thariq dan merebut kekuasaan daerah tersebut dari tangan kaum nasrani pada tahun 743 H. Ia pun lalu kembali ber ekspansi ke daerah timur. Pada tahun 737, ia menguasai daerah Thalmasan dan Maroko bagian tengah yang pada saat itu ada dalam kekuasaan Bani Abdul Wad; dan pada tahun 748 ia menguasai Tunis (yang berada di Maroko bagian bawah, yang kadang orang lebih mengenalnya dengan nama negara Afrika) dan melepaskan kekuasaan yang berada di tangan Bani Hafsin dan keluarganya. Ia tinggal di Tunis selam adua tahun untuk memperbaiki keadaan, lalu meninggalkannya pada tahun 750 atau tepatnya setelah setahun meluasnya wabah penyakit di Maroko bagian atas. Ia meninggalkan Tunis bersama sebagian besar ulama dan sastrawan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Dengan demikian, kekuasaan Bani Maryan meluas atas keseluruhan bagian Maroko (atas, tengah dan juga bagian bawah Maroko). Ia selalu berhadapan dengan kekuatan yang selalu tidak dapat bertahan. Bani Abdul wad dan Bani Hafsin pun akhirnya dihapuskan keberadaannya.

Sebenarnya sultan Abu Hasan tidak pergi meninggalkan Tunis pada tahun 750 H, hingga ia menarik pengaruh kekuasaan

Abi Yahya Hafsy dan kemudian melepaskan kekuasaan Bani Maryan dan mengembalikan kekuasaan Bani Hafsin dengan mengangkat Abu Muhammad bin Tafrakin sebagai mentri di Tunis. Namun kekuasannya tidak berlangsung lama, karena ia keluar dan mengasingkan diri. Tempatnya kemudian diambil alih oleh saudaranya Abi Ishak bin Abu Yahya yang pada saat itu masih anak-anak; dengan dibantu oleh Kafil kementrian yang masih ada dalam kekuasaannya.

Pada masa Ibnu Tafrakin inilah, Ibnu Khaldun mulai bekerja di pemerintahannya pada akhir tahun 751 H (1350 M) dengan jabatan sebagai Kitabatul Allamah (sekretaris atau penulis cap kekuasaan) yang bertugas untuk menuliskan kata hamdalah dan ungakapan syukur kepada Allah dengan pulpen tinta, baik sebelum ataupun sesudah basmalah dari setiap

pidato 17 ataupun gambar. Dari sini mulai tampak ia membutuhkan kepada keahlian akan penyusunan kata-kata indah

hingga ia pun akhirnya dapat menguasainya dan dapat menyesuaikannya dengan pidato yang ada ataupun sekedar gambar. Ia menuliskan cap tersebut atas nama sultan yang menyewanya. Ini adalah masa pertama Ibnu Khaldun dengan pekerjaan kemasyarakatannya dan inilah pekerjaan pertamanya yang berhubungan dengan tugas pemerintahan.

Di awal tahun 753 H, Pangeran Qistnitina, Abu Zaid, cucu sultan Abi Yahya Hafsi, melarikan diri dari Tunis untuk melepaskan turats (warisan) pendahulunya dari kungkungan penjahat Ibnu Tafrakin. Akhinya Ibnu Tafrakin beserta para serdadunya bersiap untuk menghadapinya; termasuk di dalamnya Ibnu Khaldun. peperangan dasyat terjadi antara kedua

Ta’rif 55. tampak ada cap lainnya yaitu dengan menuliskan cap di setiap tulisan pemerintahan. Ibnu Khaldun sendiri telah menyebutkan

dalam bukunya Ta’rif hal 20, bahwa gurunya Abu Muhammad bin Abdul Muhaimin sebelumnya bekerja sebagai sekretaris sultan Abi Hasan dan sebagai pemberi cap pemerintahan yang diletakkan di setiap surat

pemerintahan.

kelompok tersebut dan berakhir dengan kekalahan serdadu Ibnu Tafrakin. Ibnu Khaldun pun akhirnya melarikan diri dari serangan musuh dan menyelamatkan dirinya. Ia pun berpindah dari satu negara ke negaralainnya hingga akhirnya ia terdampar di Baskara (termasuk negara Jazair di Maroko bagian tengah) dan menghabiskan musim dinginnya pada tahun itu di tempat tersebut. Tampak, disaat itulah ia menikah. Pernikahannya berkisar tahun 754 H. Ibnu Khaldun tidak berbicara sedikitpun akan keluarga dan anak-anaknya di biografinya Ta‟rif , kecuali disaat ia menjelaskan akan permulaan perjalanannya ke Andalusia.