Penulisan kitab Ibr di benteng Ibnu Salamah (776 -780 H)

1. Penulisan kitab Ibr di benteng Ibnu Salamah (776 -780 H)

setelah Ibnu Khaldun meninggalkan Andalusia, ia pun menyeberang lautan untuk dapat pergi ke Maroko dan berlabuh di pelabuhan Hunain, tidak mengetahui kemana harus melangkah. Ia berpikir untuk pergi ke Thalmasan, dimana saudaranya Yahya telah kembali bekerja dalam membantu pemerintahan sultan Abu Hamuw, namun sultan ini menyimpan dendam pada Ibnu Khaldun dengan sedendam-dendamnya karena pengkhianatannya dan juga karena ia selalu meninggalkannya berulang-ulang. Hingga bisa dipastikan, bila Ibnu Khaldun memang ingin menetap di Thalmasan, maka Ibnu Khaldun harus meminta maaf kepada Abu Hamuw atas kesalahan yang pernah dilakukannya dan menerimanya untuk dapat menetap di Thalmasan. Ibnu Khaldun pun lalu meminta bantuan pada orang- orang yang memiliki kekuasaan untuk membantunya meminta maaf padanya. Mereka pun menyetujuinya dan memintakan maaf Ibnu Khaldun kepadanya. Usaha ini terus dilakukan hingga akhirnya sultan memaafkannya dan mengizinkan kedatangannya di Thalmasan. Ia menerimanya di hari Idul Fitri 776 H (1374 M).

Selama Ibnu Khaldun mulai tinggal di Thalmasan, ia memutuskan

masalah politik dan menfokuskan dirinya untuk membaca dan menulis. Namun sultan Abu Hamuw memberikannya tugas untuk mewakilinya berkeliling ke setiap kabilah yang ada di negaranya, dan tampaknya Ibnu Khaldun pun menyanggupinya, padahal ia sudah bertekad untuk tidak memasuki dunia politik lagi. Dengan keinginan kuatnya, ia hampir saja meninggalkan Thalmasan hingga datang masa dimana ia diberikan kebesan untuk membaca banyak dan juga menulis. Ia lalu memutuskan untuk memilih salah satu rumah sahabatnya di Bani Suaif dan menetap disana guna merealisasikan tekadnya itu. Mereka memuliakan kedatangannya dan ia pun mendatangi sultan dan meminta maaf karena tidak bisa melaksanakan perintah yang diminta darinya. sultan lalu menerima kedatangan keluarganya menyusulnya di Thalmasan, dan mereka semua berhasil dalam membujuk sultan dalam merealisasikan keinginan Ibnu Khaldun. sultan pun lalu meletakkan Ibnu Khaldun di tengah keluarganya di salah satu istananya di benteng Ibnu Salamah

untuk

meninggalkan

di negara Toujin 33 . Ibnu Khaldun mengambarkan hal tersebut dengan

ungkapannya:

Ditunjukkan pada sultan Abu Hamuw pada saat itu tentang Dawawdah 34 dan kebutuhan mereka

dalam menjinakkannya. Ia lalu memanggilku dan menugaskanku

Benteng Ibnu Salamah atau Bani Salamahkadang disebut juga benteng Taoughzout yang terletak di daerah Wahran di Negara AlJazair. Yang berjarak sekitar enam kilometer di barat laut dari kota Frenda sekarang. Sedangkan Salamah yang namanya dinisbatkan ke benteng ini adalah Salamah bin ali bin Nasr bin sultan pemimpin dari Bani Yadlalten dari kedalaman Toujin. Taoughzout tinggal disana dan menjaga benteng ini, karenanya benteng ini pun dinisbatkan padanya (Ta’rif 228)

34 Dawawdah merupakan salah satu kabilah Riyah. Dan Riyah merupakan kabilah termulia dari kabilah bani hilal.

untuk mewakilinya menjadi utusan bagi mereka dalam masalah ini. Aku sungguh takut padanya walau kadang aku mengingkarinya.

kuatku untuk menghentikan aktivitas politik. Aku lalumenjawabnya secara langsung. Aku lalu keluar bepergian dari

walau

keinginan

Thalmasan hingg sampai ke Batha 35 . Lalu aku berputar ke kanan ke arah Minda 36 s dan aku menemui anak-anak suku di belakang gunung Kazul 37 . Mereka lalu menemuiku

dengan penyambutan yang hangat dan juga kemuliaan. Aku menetap bersama mereka selama hari hingga mereka mengutus keluargaku dan anak-anakku dari Thalmasan. Mereka meminta maaf kepada sultan atas kelemahanku dalam menjalankan tugas yang ditugaskan padaku. Lalu mereka pun meletakkanku di tengah keluargaku di benteng Abu salamah, dari Bani Toujin yang merupakan salah satu kekuasaan sultan (Ta‟rif 227-228)

Ibnu Khaldun dan keluarganya pun akhirnya tinggal di tempat terpencil itu selama empat tahun. Ia mendapatkan ketenangan dan kenyamanan saat itu, hingga ia pun bisa meluangkan waktunya untuk belajar dan juga menulis. Ia pun mulai menyusun tulisannya tentang sejarah yang terkenal Kitabul Ibr dan mempersiapkan tulisannya ini dengan penelitiannya

permasalahan kemasyarakatan manusia dan undang-undangnya; penelitian ini kemudian dikenal dengan nama Mukaddimah Ibnu Khaldun (yang mencakup di dalamnya Daftar isi akan buku tersebut yang berjumlah sekitar tujuh halaman dan juga pengantar kecil

35 Suatu tempat yang terletak antara Baskarah dan Thalmasan, jarak diantara keduanya sekitar tiga hari. Lihat Yaqut 2/217, Ta’rif hal 87 36

Dalam bahasa Eropanya adalah Mendès, yaitu suatu desa yang terletak

di barat kota Tiaret dan diselatan kota Relizane. Lihat ta’rif 228 37 gunung yang terletak di barat daya kota Tiaret. Ta’rif 228 di barat kota Tiaret dan diselatan kota Relizane. Lihat ta’rif 228 37 gunung yang terletak di barat daya kota Tiaret. Ta’rif 228

Ibnu Khaldun pada saat itu berusia sekitar 45 tahun, dimana ilmu pengetahuannya telah matang dan referensi yang ia baca

hingga makin berkembanglah pemikirannya. Ia banyak mengambil manfaat dari percobaannya dan juga pengamatannya dalam masalah kemasyarakatan manusia secara umumnya, khususnya setelah ia hampir menghabiskan seperempat dari umurnya untuk bergelut dengan dunia politik, dan juga bekerja dalam membantu pemerintahan Maroko dan juga Andalusia; ia banyak mempelajari akan segala permasalahan yang ada hingga ia bisa mengisahkan perjalanannya dan juga informasi yang didapatkannya, serta mampu masuk dalam kehidupan di antara kabilah mengmati tabiat, keadaan dan adat istiadatnya.

makin

banyak

Akalnya yang kritis dan pikirannya yangmatang serta pengamatannya yang cermat membuatnya mampu mendalami fenomena-fenomena ini. Ia terkadang menemukan masalh yang hampir sama di satu daerah dengan daerah lainnya dan kemudian mencari penyebabnya serta memilah mana yang datang karena ada suatu keinginan tertentu ataupun karena memang sudah demikian jalannya, lalu ia akan mencocokkan semuanya itu dengan aturan dan ketentuan yang umum terjadi. Hingga Mukaddimahnya merupakan pioner terbesar dalam ilmu penelitian sosial sebagaimana yang akan dijelaskan lebih lanjut.

Ibnu Khaldun menyelesaiakn penulisan Mukaddimahnya di pertengahan tahun 779 H, yang penulisannya ini memakan waktu selama lima bulan saja, sebagaimana yang diungkapkannya di akhir Mukaddimahnya, dengan ungkapannya: penulis buku ini Ibnu Khaldun menyelesaiakn penulisan Mukaddimahnya di pertengahan tahun 779 H, yang penulisannya ini memakan waktu selama lima bulan saja, sebagaimana yang diungkapkannya di akhir Mukaddimahnya, dengan ungkapannya: penulis buku ini

ahli kalam dan juga ma‟na atas pikiranku hingga aku mendapatkan kepuasabn dan aku menuliskan kesimpualnnya

(ta‟rif 229) wajar apabila ia merasa kagum dan terkejut, karena penelitian seperti penelitiannya merupakan satu karya yang seharusnya memakan banyak waktu.

Tampak bahwa pandangannya yang cermat dan kritis selalu bergerak secara aktif selama ia hidup dalam mempelajari kejadian yang ada; dan akalnya penelitinya yang cemerlang tidak bosan untuk menyimpan banyak ilmu; sedang akal batinnya

yang ada dan membandingkannya serta menghasilkan kesimpulan. Semua ini berjalan dengan benar dan bukan hanya sekedar perasaan ataupun sekedar pendekatan saja. Ketika ia mempersiapkan dirinya untuk menerima sesuatu dengan penuh ketenangan dan kepedulian serta ketetapan hidup, maka pengamatannya akan aktif menyimpan dan suatu kesimpulan akan mampu dihasilkan dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan akalnya. Dari sinilah akhirnya terbit suatu penelitian dan buku

selalu

menyusun

realitas

Mukaddimahnya, ditunjang dengan pendapat dan pikirannya yang mendalam dalam suatu penggambaran yang akhirnya menimbulan kekaguman dan keterkejutan akan kemampuan dirinya, sebagaimana kekaguman yang tampak dari para penemu dan juga para jenius lainnya akan diri mereka sendiri.

Tujuan awal dari penelitiannya yang berkaitan dengan pembahasan sejarah hanyalah mengenal lebih dalam akan sejarah Maroko. Ia mengungkapkan hal ini dengan ucapannya: aku meyebutkan dalam bukuku ini apa yang bisa aku dapatkan dari sejarah Maroko baik secara yang tamapk ataupun yang bertingkat dalam kabar yang ada ataupun kritikan akannya. Semua ini untuk mengkhususkan tujuanku dalam penulisan akan Maroko dan keadaan generasinya dan umatnya dengan menyebutkan kerajaan dan negaranya; dan hanya terbatas pada itusaja dan bukan lainnya, karena terbatasnya pengetahuanku akan keadaan Masyriq dan umatnya. Sesungguhnya kabar yang banyak dinukil tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan darinya (Mukaddimah; Bayan 259) Namun ia tetap bertahan dalam penulisan hingga makin meluaslah kemampuannya dengan menuliskan sejarah secara umum pada umat-umat yang terkenal dn mashur pada zamannya. Ia mengisyaratkan hal tersebut dalam pengantarnya tanpa menghapuskan ungkapannya yang terdahulu yang menunjukkan akan keterbatasannya dengan hanya menuliskan sejarah Maroko saja, dengan ungkapannya: kemudian aku menyususnya ulang dalam Mukaddimah dan tiga kitab lainya. Setelah ia menyebutkan tema Mukaddimah dan kitab pertamanya, yang keduanya lebih dikenal dengan nama Mukaddimah Ibnu Khaldun, Ia berkata: kitab kedua banyak membahas kabar Arab tentang, generasi mereka dan negara-negara yang ada di Arab sejak dimulainya penciptaan hingga masa ini. Didalamnya pun mencakup tentang gabungan dari sebagian yang pernah menjajah mereka dari umat-umat Tujuan awal dari penelitiannya yang berkaitan dengan pembahasan sejarah hanyalah mengenal lebih dalam akan sejarah Maroko. Ia mengungkapkan hal ini dengan ucapannya: aku meyebutkan dalam bukuku ini apa yang bisa aku dapatkan dari sejarah Maroko baik secara yang tamapk ataupun yang bertingkat dalam kabar yang ada ataupun kritikan akannya. Semua ini untuk mengkhususkan tujuanku dalam penulisan akan Maroko dan keadaan generasinya dan umatnya dengan menyebutkan kerajaan dan negaranya; dan hanya terbatas pada itusaja dan bukan lainnya, karena terbatasnya pengetahuanku akan keadaan Masyriq dan umatnya. Sesungguhnya kabar yang banyak dinukil tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan darinya (Mukaddimah; Bayan 259) Namun ia tetap bertahan dalam penulisan hingga makin meluaslah kemampuannya dengan menuliskan sejarah secara umum pada umat-umat yang terkenal dn mashur pada zamannya. Ia mengisyaratkan hal tersebut dalam pengantarnya tanpa menghapuskan ungkapannya yang terdahulu yang menunjukkan akan keterbatasannya dengan hanya menuliskan sejarah Maroko saja, dengan ungkapannya: kemudian aku menyususnya ulang dalam Mukaddimah dan tiga kitab lainya. Setelah ia menyebutkan tema Mukaddimah dan kitab pertamanya, yang keduanya lebih dikenal dengan nama Mukaddimah Ibnu Khaldun, Ia berkata: kitab kedua banyak membahas kabar Arab tentang, generasi mereka dan negara-negara yang ada di Arab sejak dimulainya penciptaan hingga masa ini. Didalamnya pun mencakup tentang gabungan dari sebagian yang pernah menjajah mereka dari umat-umat

„arab wal‟ ajm wal barbar wa man „asharahum min dzawi sulthan akbar.

Ibnu Khaldun mulai menulis bukunya Ibr ini pada kahir tahun 776 H dan selesai penulisannya untuk pertama kalinya di akhir tahun 780 H. Dengan demikian maka penulisan kitabul ibr nya memakan waktu sekitar empat tahun. Sedang kami telah menyebutkan bahwasannya ia menuliskan Mukaddimahnya hanya lima bulan saja dan selesai pada pertengahan tahun 779 H. Dengan demikian maka ia telah memulai penulisan Mukaddimah setelah ia menyelesaikan penulisan bagian sejarahnya di kitabul Ibr.