Pertemuan Ibnu Khaldun dengan Timur Lang
5. Pertemuan Ibnu Khaldun dengan Timur Lang
Di awal 803 H, datang suatu berita bahwasannya Timur Lang telah memerintahkan tentaranya untuk menuju Syam (Syiria) dan lalu menguasai kota Halb dengan pertarungan Di awal 803 H, datang suatu berita bahwasannya Timur Lang telah memerintahkan tentaranya untuk menuju Syam (Syiria) dan lalu menguasai kota Halb dengan pertarungan
haram yag belum pernah dilihat pada manusia lainnya (ta‟rif 365) sedang ia sendiri pada waktu itu dalam perjalanannya
ke Damaskus. Syam pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan raja-raja Mesir. Kabar ini membuat sultan Nashir Farjtakut lalu ia segera memerintahkan tentaranya untuk menahan serangan tartar ini dengan membawa Ibnu Khaldun dan juga hakim dan para ahli Fiqh. Ibnu Khaldun pada saat itu sedang menyendiri dari posisinya sebagai hakim. Tentara Mesir dan tentara timur lang akhirnya bertemu di Damaskus dengan pertarungan yang sengit, yang kemudian dimenangkan oleh Tentara Mesir. Lalu dimulailah negoisasi perdamaian dari kedua belah pihak. Namun terjadi pertentangan yang seru di kamp Tentara Mesir hingga banyak pemimpinnya meninggalkan kamp tersembutg secara sembunyi-sembunyi. Sultan pun akhirnya mengetahui bahwasannya mereka mengadakan satu konspirasi
menumbangkannya dan menggantikan posisinya dengan pemimpin lainnya. ia pun langsung meninggalkan Damaskus dan pergi ke Kairo secepatnya. Ibnu Khaldun menggambarkan peristiwa yang terjadi di kamp dengan ungkapannya:
terhadapnya
untuk
Datang kepadaku para hakim dan ahli fiqih dan kami pun berkumpul di sekolah adiliyah. Aku bersepakat dengan mereka agar meminta jaminan keamanan kepada Timur Lang atas rumah dan juga keluarga mereka. Mereka pun akhirnya memusyawarahkannya dengan wakil benteng mesir namun usulan ini ditolak. Akhiranya Burhanuddin bin Muflih Hambali dan juga Syeikh Qura bizawah menemuinya. Ia pun menerima ususlan jaminan itu dan meminta mereka untuk mengumpulkan para hakim untuk menuliskan naskan
jaminan ini. Mereka pun akhirnya menemuinya. Kedatangan mereka disambut dan ia pun menuliskan diatas sebuah kertas akan jaminan keamanan dan mengembalikan mereka dengan harapan yang baik. Mereka pun sepakat dengannya untuk membuka kota baru sejal esok harinya... Burhanuddin mengabarkanku bahwasannya ia menanyakan tentangku, apakah aku pergi bersama tentara mesir atau tetap tinggal di kota. Aku pun memberi tahukan kediamanku di sekolah dimana aku tinggal dan kuputuskan malam itu untuk menemuinya. Lalu terjadilah keributan di Masjid Jami. Sebagian dari mereka mengingkari jaminan yang telah diberikan timur lang. Kabar itu sampai padaku di tengah malam, aku pun mulai merasa takut (takut dianggap sebagai provokator khususnya setelah akhirnya ia pergi menemui timur lang bersama para hakim lainnya yang merupakan penyalahan aturan yang seharusnya tidak boleh ia lakukan) kabar ini menimbulkan banyak keraguan dan prasangka dalam diriku. Lalu kudapatkan sahabat timur langdan wakilnya yang bertanggung jawab ats Damaskus ada didepan pintu. Nama sahabatnya adalah Shah Malik dari bani Huqtay, mereka menyapapu dan aku menyapa mereka. Ia memberikanku kuda yang mengantarkanku untuk bisa menemui Timur lang. Lalu aku pun berhenti di pintu hingga aku dipersilakan untuk duduk di satu lemah yang bersebelahan dengan kemah duduknya. Lalu aku mengetahu bahwasannya mereka menambahkan pada namaku Qadhi Maliki Magribi. Ia lalu memanggilku lalu akupun memasuki kemahnya. Aku pun lalu memberinya salam. Ia mengangkay kepalanya dan mejulurkan tangannya kepadku lalu akupun memeluknua. Ia menyuruhku untuk duduk, lalu akupun duduk. Lalu ia memanggil temannya seorang ahli fiqh
Abdul jabbar bin nu‟man dari ulama hanafi di khawarizm, ia lalu menyuruhnya duduk dan menjadi penerjemah bagi
kami berdua (Ta‟rif 367-369)
Setelah Ibnu khaldun menjelaskan percakapan yang terjadi diantara mereka dari semua kejadian yang berhubungan dengan sejarah Ibnu Khaldun dan kehidupannya di Mesir serta kehidupan keluarganya di Maroko juga tentang sejarah Maroko bagian atas, tengah dan bawah serta pertanyaan Timur lang akan letak negara-negara ini dan ia menyatakan tidak kepuasannya aka penjelasan yang disampaikan padaku secara lisan, dan berkata: aku lebih menyukai bila kau menuliskannya untukku semua kisah, gunung-gunungnya, sungai, desa dan kotanya sehingga seolah aku telah menyaksikan kesemuanya ini. Dan aku mengatakan aku akan melakukannya. Lalu aku langsung menuliskan apa yang diinginkannya dariku setealh aku meninggalkan pertemuan itu. aku pun membuatnya menjadi menyeluruh dan ringkas dalam dua belas halaman (Ta‟rif 370) Bisa jadi Timur lang bermaksud menyerang Maroko karenanya ia memintanya untuk menuliskannya secara terperinci akan negara dan letak geografisnya.
Tampak bahwasannya Ibnu Khaldun kembali kepada penyakitnya yag lama. Ia kembali menceburkan dirinya dalam pergelutan politik. Ia mengkaitkan hubungannya dengan timur lang akan memberikannya banyak harapan baru diluar masalah damaskus dan juga yang berhubungan dengan teman-temannya, para ulama dan hakim. Bisa jadi ia mengharapkan keteraturan dalam teman barunya yangmerupakan seorang yang suka melakukan ekspansi. Karenanya ia selalu memujinya dan mengatakan berapa ia ingin menemuinya sejak lama dan menggambarkan bahwa ia akan menjadi raja yang agung denagn berlandaskan akan
apa yang
ada dipikirannya dan ada dipikirannya dan
lalu aku menenuinya dan berkata: Aydakallah (Demi Allah) aku memiliki tiga puluh hari dan juga empat puluh tahun bercita-cita untuk dapat menemuimu. Abdul jabbar, penerjemah kami mengatakan padaku: apa sebabnya? Kukatakan padanya, karena dua hal; pertama; karena engakaulan sultan alam ini dan juga raja duni dan aku bukan seorang yang suka mengatakan hal yang omong kosong, karena aku termasuk ilmuwan .. ia lalu menguatkannya dengan pandangannya akan teori masyarakat akan kuarnya fanatisme dan pengaruhnya bagi seorang raja.. sedang hal kedua yang membuatku bercita-cita untuk menemuinya adalah aku pernah mendengar namanya dari peramal dan paranormal dan juga orang yang mengetahui hal gaib yang mengetahui akan kejadian masa depan sejak aku masih di Maroko. Ia lalu menyebutkan nama- nama kelompok yang memeprcayai hal ini (Ta‟rif 372, 373)
namun ternyata Ibnu Khalun sendiri tidak menyetujui merealisasikan harapannya tersebut. Ia menetap beberapa minggu hingga akhirnya ia bosan tinggal di Damaskus dan kemudian meminta izin kepada timur lang untuk kembali ke mesir, dan ia pun mengizinkanya.
Terlepas dari apa yang disembunyikan Ibnu Khaldun dalam merealisasiakan apa yang diinginkannya dari timur lang, namun sesungguhnya perjalanan yang ia lakukanny aitu sendiri merupakan kesalahn terbesar baginya. Ketika menemui timur lang, ia memberikan kepadanya dua hadiah yang sangat bernilai, namun ia kehilangan semua barangnya disaat perjalanan pulangnya.
Ibnu Khaldun menggambarkan hadiah pertamanya untuk timur lang dengan mengatakan:
Sebagian sahabatku memberitahukan akan keadannya dan juga kesenangannya kan hadiah. Lalu aku menemukan di pasar sebuah mushaf yag indah dan sajadah yang bersahaja dan juga naskah dari qasidah burdah yang terkenal dari abwashiry yang berisi akan puji-pujian kepada Rasulullah Saw dan juga empat botol halawah mesir yang lux. Aku membawa itu semua dan menemuinya, sedang ia duduk di benteng Ibliq. Ketika ia melihatku, ia berdiri dan mngisyaratkanpadaku untuk duduk disamping kanannya. Aku pun duduk, dan lalu aku menunjukkan kepadanya hadiah tersebut yang ada di tangan para pembantuku dan meletakkan untuknya. Ia menerimaku. Lalu aku membuka mushaf, ketika ia melihatnya dan mengetahuinya, ia langsung meletakkannya di atas kepalanya. Lalu kuberikan padanya burdah. Ia menanyakan padaku akan susunanya dan aku jelaskan padanya permasalahannya. Lalu kuberikan sajadah, ia pun menerimanya; lalu kuletakkan halawa diantara tangannya, ia pun mencobanya sebagaimana orang yang baru mencicipinya. Ia lalu bersumpah akan apa yang ada dalam halawa di hadapan para hadirin di tempatnya dan ia Sebagian sahabatku memberitahukan akan keadannya dan juga kesenangannya kan hadiah. Lalu aku menemukan di pasar sebuah mushaf yag indah dan sajadah yang bersahaja dan juga naskah dari qasidah burdah yang terkenal dari abwashiry yang berisi akan puji-pujian kepada Rasulullah Saw dan juga empat botol halawah mesir yang lux. Aku membawa itu semua dan menemuinya, sedang ia duduk di benteng Ibliq. Ketika ia melihatku, ia berdiri dan mngisyaratkanpadaku untuk duduk disamping kanannya. Aku pun duduk, dan lalu aku menunjukkan kepadanya hadiah tersebut yang ada di tangan para pembantuku dan meletakkan untuknya. Ia menerimaku. Lalu aku membuka mushaf, ketika ia melihatnya dan mengetahuinya, ia langsung meletakkannya di atas kepalanya. Lalu kuberikan padanya burdah. Ia menanyakan padaku akan susunanya dan aku jelaskan padanya permasalahannya. Lalu kuberikan sajadah, ia pun menerimanya; lalu kuletakkan halawa diantara tangannya, ia pun mencobanya sebagaimana orang yang baru mencicipinya. Ia lalu bersumpah akan apa yang ada dalam halawa di hadapan para hadirin di tempatnya dan ia
Ibnu Khaldun menggambarkan akan hadiah keduanya dengan ucapannya:
Ketika kepergiannya mulai mendekat, ia telah bertekad untuk pergi dari Syam, aku menemuinya dan menghabiskan waktu sebagaimana biasanya. Ia menoleh padaku dan berkata: apakah kau punya bagal (kuda berperanakan dengan kedelai) disini? Aku katakan iya. Apakah baik? Kujawab: iya. Ia nertanya, apakah aku menjualnya, aku akan membelinya darimu! Lalu kukatakan padanya: Aydakallah (Demi Allah) tidak mungkin orang sepertiku menjual kepada orang sepertimu. Sesungguhnya aku hanyalah melayanimu dengannya dan dengan sejenisnya,
apabila itu memang milikku. Ia lalu berkata: sesunggunya aku ingin membayarnya dengan harga bagus. Lalu kukatakan padanya: apakah masih tersisa kebaikan dibalik kebaikanmu, kau telah mempersilakanku untuk datang ke tempat khususmu dan kau menemuiku dengan penuh penghormatan dan akumengharap semoga Allah memberikan ganjarannya bagimu. Ia hanya terdiam lalu kubawakan padanya bagal yang menjadi tungganganku sebelumnya. Lalu aku tidak pernah lagi melihat bagal itu (Ta‟rif 378)
Ibnu Khaldun menyebutkan di bagian lainnya bahwasannya Timur lang telah mengirimkannya harga bagalnya, walau yang sampai kepadanya berkurang. Ia berkata:
Diutuslah seorang kepadaku yang mengatakan bahwasannya timur lang telah memerintahkanku untuk memberikan padamu harga bagal yang telah dibelinya darimu. Inilah dia dan ambillah. Sesungguhnya ia ingin melepaskan tangungannya dari uangmu ini. Lalu aku mengatakan, aku tidak akan menerimanya kecuali dengan izin sultan yagnmengutusmu kepadanya. Akupun lalu pergi ke sultan dan memberitahukan kabar ini. Ia lalu berkata: apa yang terjadi padamu? Aku berkata, sesunggunya itu akan buruk padaku bilaa kumenerimanya tanpa kau mengetahuinya. Lalu diutuslah uang itu kepadaku. Pembawanya meminta maaf atas berkurangnya uang tersebut karena hanya itulah
dan aku bersyukurkepada Allah atas selesainya semua ini.
(Ta‟rif 380)
Ibnu Khaldun pun menggambarkan akan apa yang menimpanya dari kehilangan barang-barangnya di perjalanan pulangnya ke Mesir dengan ungkapannya:
Lalu aku pergi bersama dengan sahabat-sahabatku. Lalu kami berpapasan dengan segerombolan perompak dan mengambil semua yang kami miliki dan kami pun melarikan diri ke desa terdekat dengan keadaan telanjang. Lalu setelah dua tiga hari kemudian, oleh kepala desa,
barulah sebagian pakaian kami diganti.. (ta‟rif 378)
Ibnu Khaldun pun menuliskan surat kepada sultan Maroko mengisahkan padanya tentang Timur lang dan sebagian sejaran bangsanya dan menutup surat itu dengan menggambarkan profil timur lang dengan ungkapannya:
Kekuasaan raja ini melebihi kekuasaan para raja dan fir‟aun lainnya. masyarakat mengenalnya karena ilmunya,
sedang lainnya karena ajaran sesatnya, karena ia mengutamakan ahli bait, dan lainnya mengenalnya karena kemampuannya akan sihir. Namun ini semua belumlah cukup. Sesungguhnya ia sangat jerdik dan pandai, banyak mengamati dan memahami apa yang ia ketahui dan juga apa yang tidak ia ketahui. Ia berusia antara enam puluh dan tujuh puluh tahunan. Lutu kanannya rusak karena terkena panaha dalam suatu peperangan pada masa mudanya, sebagaimana yang ia beritakan padaku hingga jalannya sangat lambat dan para ajudannya memegannya jika ia
harus berjalan dalam jarak yan jauh (Ta‟rif 382-383)