Pematangan konsep buku dan penyempurnaannya di Tunis dan menjadikannya sebagai hadiah bagi sulatn Abu Abbas (780- 784 H)
2. Pematangan konsep buku dan penyempurnaannya di Tunis dan menjadikannya sebagai hadiah bagi sulatn Abu Abbas (780- 784 H)
Selama Ibnu Khaldun menulis dalam tempatnya yang terpencil di benteng Ibnu Salamah, ia hanya menulis berdasarkan akan apa yang ia hafal dan dari ingatannya ataupun dengan mengembalikan ingatannya dan juga dengan sedikit referensi yang ia bisa dapatkan selama ia menetap disana; atau bisa jadi juga ia menadaptkannya dari Selama Ibnu Khaldun menulis dalam tempatnya yang terpencil di benteng Ibnu Salamah, ia hanya menulis berdasarkan akan apa yang ia hafal dan dari ingatannya ataupun dengan mengembalikan ingatannya dan juga dengan sedikit referensi yang ia bisa dapatkan selama ia menetap disana; atau bisa jadi juga ia menadaptkannya dari
Lalu ia melihat bahwasannya ia perlu mematangkan konsep yang ada dalam bukunya dan juga menyempurnakan materi didalamnya, yang kesemuanya ini mengharuskannya untuk mencari lebih banyak referensi dan juga rujukan yang lebih luas cakupannya dan penting serta terkait erat dengan ilmu sejarah. Akhirnya ia pun memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Tunis, dimana disana perpustakaan yang ada banyak mengalami kemajuan sehingga ia bisa mendapatkab banyak referensi dan rujukan yang diperlukannya.
Sultan Tunis pada saat itu, Abu Abbas -yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin di Qisnitiyah, yang lalu merebut Bijayah dari tangan sepupunya, Abu Abdullah yang kemudian dibunuhnya- menunjuk Ibnu Khaldun untuk menjadi Hijabah baginya dalam waktu yang relatif singkat. Ini adalah jabatan yang sama yang pernah disandang Ibnu Khaldun pada masa Abu Abdullah yang kemudian mengingkarinya dan menahannya, apabila ia tidak kabur pada saat itu ke Baskarah. Ibnu Khaldun snediri telah menghabiskan waktu yang lumayan panjang dalam pergelutannya dalam bidang politik melawan Abu abdullah ini dengan tugas dari Abu Hamuw, Sultan Thalmasan. Hingga sebelum Ibnu Khaldun dapat hijrah ketunis, ia harus meminta maaf kepada Sultan Abu abbas atas kesalahannya yang lalu yang kemudian barulah ia dipersilakan untuk menetap di negerinya dan memanggilnya utuk datang ke Tunis.
Ibnu Khaldun meninggalkan tempat terpencil itu pada bulan rajab 780 H dengan melewati banyak padang pasir. Lalu ia pergi menuju sultan Abu abbas, yang pada saat itu sedang bersama komandan tentaranya yang sedang merencanakan suatu revolusi di berbagai aspeknya. Ibnu Khaldun menemuinya di
Susa 38 , sultan lalu memberinya salam dengan sebaik-baiknya salam dan memberikan padanya penghormatannya. Ia lalu mendekatinya dan mengajaknya bemusyawarah dalam segala permasalahannya dan kemudian ia mengutusnya untuk pergi ke Tunis dan mengeluarkan perintahnya untuk memberikan Ibnu Khaldun segala kebutuhannya dari berbagai sumbernya dan juga kebutuhan hidup. Ibnu Khaldun pun sampai di kota kelahirannya, Tunis untuk pertama kalinya setelah ia meninggalkannya karena suatu kejadian dan ia pada saat itu belum genap berusia 20 tahun yang bertepatan pada tahun 753
H. Lalu berdatanganlah keluarganya dari daerah Bani Arif. Ia pun menetap dengan penuh ketenangan dan rasa aman. Ibnu Khaldun mengambarkan hal itu dengan ungkapannya: lalu aku menemui sultan di daerah susa, ia menyambut kedatanganku dengan perhormatan yang berlebih. Ia lalu bermusyawarah denganku di
berbagai urusan pentingnya. Lalu ia mengembalikanku ke Tunis dengan memerintahkan kepada ajudannya agar memerintahkan pemimpin disana untuk menyediakan rumah dengan kecukupan makanan dan minuman serta
kebutuhan lainnya. lalu aku kembali ke Tunis bulan Sya‟ban pada tahun yang sama. Aku pun berlindung di bawah lindungan dan perhatian dari sultan dan juga istrinya. Diutus juga
kepadaku keluarga dan anak-anakku dan kukumpulkan mereka semua dalam limpahan nikmat inidan kulemparkan tongkat
penderitaan (Ta‟rif 231) Ibnu Khaldun tetap tinggal di Tunis dan meneruskan penelitian dan pengajarannya untuk para pencari ilmu hingga
ia menyelesaikan tulisannya dan mematangkan konsep serta menyempurnakannya. Lalu hasil tulisannya itu ia persembahkan
38
suatu kota terkenal di Tunis. Ia terkenal sejak zaman dahulu kala dengan perindustriannya, yang pada umumnya adalah daerah penghasil
perahu. Lihat Yaqut 5/173 dan Ta’rif hal 27
kepada Sulatn abu Abbas pada permulaan tahun 784 H (awal tahun 1382 H). Sultan pun menerimanya dengan baik. Inilah naskah yang memuat pidatonya, pengantar dan juga kitab pertamanya (yang kesemuanya ini digabung kemudian lebih dikenal dengan nama Mukaddimah Ibnu Khaldun), juga sejarah Maroko (Barbar dan Zanatah), negara-negara arab dan juga segala sesuatu yang mempunyai keterkaitan dengan sejarah Maroko. Ia pun membahas didalamnya akan sejarah arab sebelum Islam dan juga setelahnya serta sejarah negara-negara Islam. Semua naskah inikah yang kemudian dikenal dengan nama nuskhoh Tunisiah. Dalam hal ini, ibnu Khaldun mengungkapnya dengan ucapannya: aku menyempurnakannya dengan kabar tentang Barbar dan Zanatah; lalu aku tulis juga tentang kabar dua negara sebelum Islam dan yangterjadi padanya. Aku sempurnakan naskah yang ada didalamnya dan kukembalikan kepada lemari sultan (maksudnya kepada Sultab Abu Abbas)
(Ta‟rif 233). Ibnu Khaldun lalu menyenandungkan pada kesempatan ini suatu qasidah yang panjang, yang isinya pujian akan sultan dan juga nilai dari tulisannya dan materi
yang ada didalamnya. Ibnu Khaldun menyebutkan qasidah ini dalam auto-biografinya Ta‟rif yang memuat sekitar 101 bait yang dibuka dengan ungkapannya: Apakah ada selain pintumu yang bisa diharapkan *
Atau ada selain sayapmu yang bisa menyimpan cita-cita Ini adalah keinginan yang datang kepadamu *
Kuat bagaikan desakan pedang tajam terasah Mengharapkan dunia dan menghasilkan cita-cita *
Dan hujan disaat kuat penolakan Ibnu Khaldun pun meyebutkan materi yang ada dalam bukunya tersebut, dengan ungkapannya:
Ditanganmu perjalanan masa dan penghuninya * Hingga ibr pun kembali karena kemurahan hatinya Halaman biografi tentang banyak peristiwa *
Meningkat dari yang global hinga mendetail
Mulai dari tatabu‟ dan amaliq sebagai rahasia * Tsamud sebelumnya dan kaum Ad yang pertama
Penegak Islam dari * Bangsa Mudhir dan Barbar didapatkan Inilah naskah yang telah ia sempurnakan setelah perpindahannya ke Mesir. Ia banyak menambahkan kedalamnya beberapa bian besar lainnya tentang sejarah negara-negara Islam di Syarq dan juga Andalusi, juga sejarah negara-negara kuno, juga negara-negara Nasrani dan negara asing lainnya dan juga sejarah Maroko. Ia pun banyak mematangkan bagian dari tulisannya yang kini lebih dikenal dengan nama Mukaddimah Ibnu Khaldun, dimana ia juga banyak menambahkan di dalamnya beberapa bagian yang belum ada sebelumnya dan mengedit sebagian pembahasannya dengan edit yang baru.
Akhirnya Sultan abu abbas kembali bersahabat dengan Ibnu Khaldun pada tahun 783 dalam keputusan perang Syanhanya atas Ibnu Yamlul (Yahya bin Muhammad bin Ahmad bin Yamlul) 39 untuk kembali mengambil alih kekuasaanya di Touzer 40 yang telah dikuasai pada tahun yang sama, dimana anak Abu Abbas di usir darinya yang pada saat itu menjadi pemimpin di sana sebelum diambil alih oleh ayahnya. Persahabatan yang ada ini bukan karena pilihan Ibnu Khaldun ataupun bukan karena
Ia adalah Yahya bin Muhammad bin Ahmad bin Yamlul, pemimpin Touzer. Nasabnya kembali kepada keluarganya sebagaimana yangdikatakan. 40 Touzer dalah kota yang terletak di sebelah utara Syattil Jarid,
sebelah selatan Tunis.
perbuatan baiknya, namun karena ia selalu menuruti perintah sultan, walau hanya sekedar basa basi; karena Ibnu Khaldun pada saat itu telah membenci semua permasalahan yang berhubungan dengan politik dan juga peperangan. Ia memilih untuk menfokuskan dirinya dalam belajar dan meneliti. Terdetik di hati Ibnu Khaldun ketakutannya bila sultan kembali menyeretnya kepada persahabatannya dengannya untuk kepentingan politik yang sudah ia benci. Ia pun lalu bertekad
dan terbbetik keinginannya untuk melaksanakan ibadah haji. Ia lalu meminta maaf kepada sultan dan juga memohon kepadanya untuk mengabulkan keinginannya. Sultanpun akhirnya mengizinkannya untuk melaksanakan ibadah wajibnya itu.
Bertepatan dengan itu, di pelabuhan terdapat kapal laut untuk pedagang Iskandariah yang telah bergerak dengan segala barang dagangan mereka, dan ia tidak diragukan lagi akan bertolak ke Iskandariah. Ibnu Khaldun pun lalu keluar menuju pelabuhan dengan disertai pesta yang dihadiri banyak orang dan sahabatnya, juga murid-muridnya yang ia undang; mereka merasakan perpisahan yang terakhir dengan guru mereka yang telah lama bersama mereka dan juga yang berpengaruh besar pada perpolitikan di Maroko. Ia pun menaiki kapal lautnya
menuju Masyriq pada tahun 784 H (Oktober 1382 H) meninggalkan Maroko dan tidak akan pernah kembali lagi setelahnya.