Ibnu Khaldun; bapak ilmu sosial
16. Ibnu Khaldun; bapak ilmu sosial
Demikian; disaat pengamatan Ibnu Khaldun akan fenomena sosial kemasyarakatan dalam Mukaddimahnya sejalan dengan tema, tujuan, metode dan landasan dasarnya dengan apa yang disebut dengan ilmu sosial atau ilmu sosiologi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, serta belum ditemukannya penelitian yang dilakukan pemikir sebelumnya yang memenuhi sifat-sifat ini, maka bisa dikatakan bahwasannya Ibnu Khaldun adalah pelopor pertama bagi kemunculan ilmu sosial atau yang kini lebih dikenal sebagai bapak ilmu sosial.
Hingga tidak tepat apabila dikatakan bahwasannya pelopornya adalah Vico (1667-1744) –sebagaimana yang dikatakan oleh orang Italia ataupun Quetélet (1796-1874) sebagaimana yang disuarakan oleh orang Belgia ataupun Auguste Comte (1798-1857) sebagaimana yang diungkapkan oleh orang perancis. Namun pelopor sebenarnya adalah seorang pemikir Arab yang muncul sebelum mereka semua sekitar empat abad sebelumnya, yang lalu merumuskan ilmu ini dengan pondasi yang kokoh dan juga metode yang bisa dipertanggung jawabkan serta cakupan yang luas dan ia pun menyusun pengamatannya ini dengan sistematis dan mengungkap hakikat- hakitat yang belum pernah dicapai oleh seorang pun sebelumnya. Ia adalah pemikir besar, Abdurrahman Zaid Waliyuddin bin Khaldun Hadromy.
Bukan hanya kita saja yang mengatakan hal ini, namun demikian pula yang diputuskan oleh para pakar ilmu sosial modern.
Diantara mereka: L. Gumplowicz yang mengatakan bahwa banyak hal yang bisa diambil dari pengamatan Ibnu Khaldun
:kami ingin membuktikan bahwasannya ilmu ini datang sebelum Auguste Comte, bahkan sebelum Vico seperti yang diinginkan masyarkat Italia untuk menjadikannya pemikir eropa pertama yang ahli dalam bidang ilmu sosial. Ia muncul dari tangan seorang muslim yang bertaqwa yang mempelajari fenomena sosial kemasyarakatan dengan akal yang seimbang. Ia mempelajarinya tema ini dengan pendapat-pendapatnya yang mendalam. Karya pernah yang ditulisnya itulah yang kita
sebut sekarang sebagai ilmu sosial. 80
Selain itu pula, S.Colosio mengungkapkan dalam Majalah ‘Monde Musulman’ di Perancis : sesungguhnya paham determinisme (landasan utama dari ilmu sosial ditemukan dan
diciptakan oleh Ibnu Khaldun yang hadir sebelum munculnya
pakar filsafat positivisme (Auguste Comte). 81
Juga Vard, seorang pemikir berkebangsaan Amerika yang mengatakan dalam bukunya, Teori Ilmu Sosial: Mereka mengira bahwasannya yang pertama mengungkapkan paham determinisme dalam kehidupam masyarakat adalah Montesquieu ataupun Vico; padahal Ibnu Khaldun telah mengatakan hal yang sama dan juga mengungkapkan akan aturan dan ketentuan yang mengatur akan fenomena sosial kemasyarakatan, jauh sebelum mereka muncul. Ia mengungkapkan kesemuanya itu pada abad keempat belas.
Demikian pula yang dikatakan M. Schmidt dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1930, Ibn Khaldun; Historian, Sociologist, and Philosopher: Sesunguhnya Ibnu Khaldun telah menyuguhkan ilmu sosial pada batasan yang belum dicapai oleh Comte yang muncul pada pertengahan pertama abad kesembilan belas... sesungguhnya para pemikir modern meletakkan dasar ilmu sosial itu dengan mengambil konsepnya
Gumplowicz : Ibn Khaldun ein arabischer soziologedes 14 jahrhunderts. In ‘sociologisce essays’, P.P. 201-202 81 S. Colosio: Contribution à L’Ětude D’Ibn Khaldoun (Revue du Monde
Musulman XXVI, 1914) Musulman XXVI, 1914)
cepat dan lebih banyak dibanding mereka 82
Memang benar, Ibnu Khaldun belum sepenuhnya benar pada sebagian teori dan aturan yang dihasilkannya -sebagaimana yang penulis akan jelaskan pada bagian selanjutnya- namun, tidak mungkin menunggu seorang pelopor yang menghasilkan suatu undang-undang secara sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Cukuplah kemuliaan baginya, karena ia mampu membangun ilmu ini dengan pondasi yang sangat kokoh dengan membentuk metodenya dengan penggambaran yang mudah dicerna; iapun mengamati setiap permasalahan yang ada disetiap kelompok masyarakat. Hasil penelitiannya inilah yang akhirnya mampu menjadi contoh yang baik bagi yang ingin mengadakan suatu penelitian yang baik. Ia banyak memberikan penjelasan yang kesemuanya itu mendekati arti kesempurnaan.
Ibnu Khaldun sendiri dalam menanggapi hal ini, mengatakan pada akhir Mukaddimahnya: kami berkeinginan kuat untuk selalu tawadhu dengan mengatakan bahwasannya kitab pertama ini adalah benar-benar pengamatan suatu peradaban, dimana kami telah banyak menjelaskan akan semua permasalahan yang ada didalamnya. kami harap siapapun yang muncul setelah kami, yang mempunyai pikiran yang jernih dan kuat, makin mendalami dan mengamati permasalahan yang ada, lebih banyak
82 N.Schmidt: Ibn Khaldun : Historian, Sociologist, and Philosopher (New York, 1939) 82 N.Schmidt: Ibn Khaldun : Historian, Sociologist, and Philosopher (New York, 1939)