Ibnu Khaldun dan ilmu Ushul Fiqh
4. Ibnu Khaldun dan ilmu Ushul Fiqh
Dalam bagian kelima belas 133 dari bab keenam kitab Mukaddimahnya, Ibnu Khaldun membahas tentang ilmu Ushul Fiqh dan semua yang berkaitan dengannya, baik dari perdebatan dan perbedaan yang ada dalam ilmu ini. Ia pun banyak membhasa
akan empat landasan dasar hukum syar’i; Al-Qur’an, Sunnah, Ijma dan qiyas, dengan metode yang harus dipenuhi oleh
setiap mujtahid dalam mengambil istimbat suatu hukum dari landasan dasar ini. Juga ia membahas akan permulaan munculnya ilmu ini dan perkembangannya serta referensi dan rujukan penting akan keilmuan ini seperti: Risalah karya Imam Syafii, yang merupakan kitab pertama dalam ilmu ini, dan juga empat kitab lainnya yang ditulis setelahnya; Qiyas karya Dabusy yang merupakan salah satu ulama mazhab Hanafi, Burhan karya haramain, Mustashfa karya Gazãli dan ‘Ahd karya Ibnu Abdul Jabbar. Keempat kitab ini lalu diringkas oleh kedua orang ulama kontemporer; Fakhruddin Ar Razy dengan karyanya Mahshul dan juga Amidy dalam karyanya Al Ahkam. Kedua ringkasan ini mendapat perhatian banyak ulama sehingga kemudian kitab ini pun kembali diringkas dan direvisi ulang sebagaimana kitab pertama yang diringkas oleh Sirojuddin Armawy dalam bukunya Tahshil dan juga Tajuddin armawy dalam bukunya Al Hashil. Sedang Shihabuddin al Qurafi membuat ringkasan dari kedua kitab tersebut dengan menambahkan kata pengantar dan juga metode penulisan yang ada pada kitab tersebut yang lalu ia susun dalam suatu buku kecil yang diberi judul At Tanqiihaat; hal ini pun dilakukan oleh Baidhawy dengan buku yang berjudul Al Minhaj. Sedang kitab
ini adalah bagian kelima belas dilihat dari terbitan Lajnah Bayan dan bagian keempat belas di penerbit cartmeir seta kesembilan belas di penerbit-penerbit Arab ini adalah bagian kelima belas dilihat dari terbitan Lajnah Bayan dan bagian keempat belas di penerbit cartmeir seta kesembilan belas di penerbit-penerbit Arab
dengan metode Amidy dalam bukunya yang diberi judul Al Ahkam; dan bukunya ini menjadi buku yang yang paling baik dilihat dari krestifitas dan juga inovasinya. Para ulama pada masa itu pun menaruh perhatian yang besar pada kitab ini dan menjadikannya sebagai rujukan penting; baik dalam membacanya ataupun meneliti akannya.
Lalu Ibnu Khaldun pun menjelaskan akan perbedaan pendapat yang ada diantara mazhab fiqih, baik di setiap hukum fiqh yang furu (cabang) atau sebagian arahannya akan sebagian ushuk dan cara istimbatnya seta referensi penting dalam permasalahan ini, seperti kitab Ta‟liqah karya Dabusy, Uyunul Adillah karya Ibnu Qassar, serta Bada‟i karya Ibnu Sa’aty yang meruapan ringakasan dari ilmu ushul fiqh yang
juga menjelaskan tentang perbedaan pendapat yang ada di kalangan ulama fiqh.
Semua yang dibahas Ibnu Khaldun pada bagian ini – walaupun masih secara global- menunjukkan akan intensnya dalam ilmu ushul Fiqh dan juga segala hal yang berkaitan dengannya, seperti perbedaan pendapat, perdebatan dan juga pengamatan lebih dalam.
Demikianlah, Lisanuddin bin Khatib menyebutkan dalam kitabnya Al Ihathah fi akhbar Gharnathah bahwasannya Ibnu Khaldun telah menjelaskan secara global akan ilmu ushul Fiqh yang ia ambil sumbernya dariku, dan tiada seorang pun
yang melebihi kesempurnaan yag telah ditulisnya. 134 Atau dengan kata lain sesungguhnya Lisanuddin bin Khatib
mempunyai matan yang tersusun sistematis dari Bahru Rijz dalam ilmu ushul Fiqh dan bahwa Ibnu Khaldun telah menjelaskan matan ini, yang kemudian setelahnya banyak punya yang menuliskan penjelasan akan matan ini,namun sebagaimana yang Ibnu Khatib tulis, tak seorangpun setelahnya yang dapat menyamai kesempuraan yang telah dilakukan Ibnu Khaldun.
Namun sayangnya matan Ibnu Khatib ini tidak samapui ketangan kita, juga syarah atau penjelasan Ibnu Khaldun akan matan tersebut. Ibnu Khaldun sendiri tidak mengisyaratkan adanya penulisan penjelasan tersebut dalam auto-biografinya
Ta‟rif. Hingga yang bisa diambil kesimpulan, sesungguhnya penjelasan yang ditulis Ibnu Khaldun ataupun apa yang diucapkan Ibnu Khatib akan Ibnu haldun merupakan catatan-
catatan kecil yang ia lakukan dalam menafsirkan baitmatan tersebut; yang kesemuanya ini merupakan petualang ilmiah Ibnu Khaldun dimasa mudanya, hingga bisa jadi ia berpikir,
dinukil dari penulis dalam Nafhu Thiib, hal 419, terbitan Bukak dinukil dari penulis dalam Nafhu Thiib, hal 419, terbitan Bukak