Ibnu Khaldun dan ilmu alam

8. Ibnu Khaldun dan ilmu alam

Ibnu Khaldun pun mentuguhkan akan penelitiannya akan ilmu alam di beberapa kota dalam Mukaddimahnya dengan penggambaran yang sangat jelas yang semua ini menjadi bukti akan kemampuannya dan penguasaannya akan ilmu ini.

Ia banyak membahas ilmu ini dalam bab pertamanya (sekitar tujuh puluh halaman dari seratus duapuluh halaman Mukaddimah yang diterbitkan oleh penerbit Lajnah Bayan, hal 275-344) dimana banyak diterangkan didalamnya akan penelitian georafis dan alam manusia. Ibnu Khaldun membahas secara tuntas tentang peradaban yang ada di bumi, yang mencakup di dalamnya laut, sungai, ikli,; baik iklim yang

normal ataupun tidak normal, pengaruh udara bagi pigmen manusia dan banyak lagi seperti halnya yang berkaitan dengan keadaan manusa, akhlak manusia, perbedaan keadaan peradaban dilihat dari kesuburan dan kekeringan serta pengaruhnya terhadap fisik manusia dan prilakunya. Ibnu Khaldun menuliskan permasalah yang berkaitan dengan geografis dengan bersandarkan kepada buku berjudul Almageste karya Baltomous, seorang astronom yang telah diterjemahkan kedalam bahasa arab; dan juga kitabus Syarif Idrisy yang ditulis untuk raja Shaqliah pada masanya; yaitu Roger II (Raja Shaqliah sejak tahun 1101-1154 M) yang kemudian diberi judul sesuai dengan namanya dan juga dikenal dengan judul Nuzhatul Musytaq. Kedua buku inilah yangmenjadi referensi dan rujukan penting pada masanya dalam mempelajari ilmu ini; karena didalamnya mencakup akan banyak teori geografi dan juga teori astronomi.

Ibnu Khaldun pun mneybutkan dalam auto-biografinya Ta‟rif bahwasannya ia telah menuliskan sebuah penelitian

kepada Timur lang tentang geografi negara Maroko ditengah pertemuannya dengannya untuk pertama kalinya di Damaskus pada tahun 803 H. setelah menggambarkan akan negara Maroko secara lisan kepada Timur lang, Ibnu Khaldun berkata: Timur Lang berkata: aku tidak puas dengan ini. Aku ingin engkau menuliskan untukku tentang keseluruhan negara Maroko baik bagian

baik tentang pegunungannya, sungai, desa, kota hingga seolah aku bisa melihat semuanya itu. lalu ku katakan padanya, aku akan melakukannya demi untukmu. Lalu akupun lansung menuliskannya setealh kepulanganku dari majlis itu, apa yang dimintanya padaku. Aku tuliskan keseluruhannya secara global dan jelas yang kesemuanya itu dimuat dalam sekitar dua belas buku tulis dengan ukuran pertengahan (Ta‟rif 370). Namun

atas,

tengah

ataupun bawah; ataupun bawah;

Sedang pada bagian kedua puluh tiga (Mukaddimah: Bayan 1100-1102, namun di cetakan lain adalah bagian ke enam belas) dari bab keenam Mukaddimahnya, Ibnu Khaldun membahas akan ilmu astronomi. Ia membahas akan ilmu pergerakan secara umu yang mengamati akan pergerakan planet yang tetap juga planet yang bergerak ataupun yang memihak. Ia memberikan bukti akan proses pergerakan menurut bentuk, posisi benda bumi yang ada dengan teropong dan alat-alat yunani ataupun lainnya, juga dengan ilmu Azyaj yang merupakan ilmu ukur berdasarkan perhitungan khusus yang ada pada setiap planet dan juga proses rotasinya...hingga darinya dapat diketahui posisinya dalam setiap waktunya...dan dengannya dapat diketahui bulan, tahun dan sejarah masa lalu.

Pada bagian kedua puluh lima (Mukaddimah: Bayan 1107- 11008, namun di cetakan lain adalah bagian kedelapan belas) bab keenam kitab Mukaddimahnya, Ibnu Khaldun membahas tentang ilmu-ilmu alam; kimia, geologi (lapisan bumi), biologi, ilmu-ilmu kehidupan (ilmu binatang, ilmu tumbuhan dan ilmu manusia), fisiologi (fungsi tubuh), Meteorologi (ilmu cuaca) yang kesemuanya ini berada dalam satu cakupan yang disebut sebagai ilmu alam, yang Ibnu Khaldun sering

sebut sebagai ‘ilmu yang membahas akan tubuh dari berbagai sisi, baik yang berkaitan dengan bergerak dan juga diamnya,

darinya akan dilihat kepada tubuh langit dan unsur-unsurnya serta yang dihasilkannya dari hewan, tumbuhan, manusia dan juga barang tambang, juga apa yang ada di bumi seperti mata air dan juga gempa, dan apa yang berkaitan dengan cuaca darinya akan dilihat kepada tubuh langit dan unsur-unsurnya serta yang dihasilkannya dari hewan, tumbuhan, manusia dan juga barang tambang, juga apa yang ada di bumi seperti mata air dan juga gempa, dan apa yang berkaitan dengan cuaca

Ibnu Khaldun pun menggunakan dua bagian pembahasan penuh yang sekitar tiga puluh halaman untuk membahas akan satu ilmu yang dikenal bangsa arab dengan nama Alchimie (ilmu kimia) yang merupaka ilmu yang membahas akan proses kejadian emas, perak dan pembuatannya dengan bantuan materi lainnya. Ibnu Khaldun menambahkan dalam satu diantara bagian ini penjelasan akan proses ini dan juga penyebarannya disertai dengan buku yang bisa dijadikan referensi dan rujukan, baik berupa kitab lama ataupun kontemporer. Ia punmenukil satu naskah panjang yang diambilnya dari kitab Ibnu Basrun yang merupakan murid terkenal dari Musallamh Al Majrity, syeikh Andalusia dalam ilmu kimia, syimia dan sihir di abad ketiga hijriah dan sesudahnya (Mukaddimah; Fahmy 579). Ibnu Khaldun pun menambahkan pada satu diantara bagian ini akan pengingkaran hasil dari kimia dan pengingkaran atas keberadaannya,

disebabkannya (Mukaddimah; Fahmy 601) Sedang pada Mukaddimah keenam di bab pertama dan bagian kelima di bab keenam, ia banyak mengungkap akan ilmu penting yang disebut sebagai ilmu biologi yang mengambil tema untuk meningkatkan jenis dan keterkaitan satu dengan laiinya. Dalam keilmuan ini, ia banyak mengambil landasannya dari teori Darwin dan juga teori Evolutionnistes yang menyatakan bahwasannya peningkatan jenis dan bangsa tertinggi dimulai dari bawahnya. Karenanya, proses evolusi manusia dimulai dari kera; yang dengan kata lain ia menyatakan bahwasannya manusia dan kera berasal dari satu asal yang sama namun masih belum terungkap satu asal ini (majhul), serta

juga

kerusakan

yang yang

Dalam Mukaddimahnya yang keenam di bab pertamanya, Ibnu Khaldun menulis:

Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mengarahkan kita semua dan juga kamu. Aku menyaksikan alam ini yang penuh dengan banyak makhluk, semuanya dengan tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku, serta adanya sebab yang musabab, adanya keterkaitan satu hal dengan hal lainnya dan juga kemustahilan satu yang ada dengan yang lainnya, namun tidak mengurangi keajaibannya yang ada dan tidak pernah habis tujuannya. Aku mulai dengan alam yang bisa dirasakan secara fisik; yaitu alam yang bisa dilihat, bagaimana ada tahapan yang meningkat dari bumi ke air lalu anginkemudian api yang berkaitan satu dengan lainnya. setiap satu unsur ini siap untuk menjadi mustahil untuk menjadi tahapan berikutnya baik itu meningkat ataupun menurun yang terkadang menjadi mustahil disebagian waktu.... lalu lihat kepada alam pembentukan bagaimana semuanya ini bermula dari barang tambang lalu tumbuhan lalu hewan yang mengalami proses bertahap; akhir tingkatan barang tambang berkaitan erat dengan awal tingkatan tumbuhan seperti halnya rumput dan sesuatu yang tidak berbiji; sedang akhir tingkatan tumbuhan berkaitan erat dengan awal tingkatan hewan seperti halnya siput darat dan kerang, yang keduanya tidak mempunyai kekuatan kecuali kekuatan meraba. Yang dimaksud dengan keterkaitan adalah bahwa akhir Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mengarahkan kita semua dan juga kamu. Aku menyaksikan alam ini yang penuh dengan banyak makhluk, semuanya dengan tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku, serta adanya sebab yang musabab, adanya keterkaitan satu hal dengan hal lainnya dan juga kemustahilan satu yang ada dengan yang lainnya, namun tidak mengurangi keajaibannya yang ada dan tidak pernah habis tujuannya. Aku mulai dengan alam yang bisa dirasakan secara fisik; yaitu alam yang bisa dilihat, bagaimana ada tahapan yang meningkat dari bumi ke air lalu anginkemudian api yang berkaitan satu dengan lainnya. setiap satu unsur ini siap untuk menjadi mustahil untuk menjadi tahapan berikutnya baik itu meningkat ataupun menurun yang terkadang menjadi mustahil disebagian waktu.... lalu lihat kepada alam pembentukan bagaimana semuanya ini bermula dari barang tambang lalu tumbuhan lalu hewan yang mengalami proses bertahap; akhir tingkatan barang tambang berkaitan erat dengan awal tingkatan tumbuhan seperti halnya rumput dan sesuatu yang tidak berbiji; sedang akhir tingkatan tumbuhan berkaitan erat dengan awal tingkatan hewan seperti halnya siput darat dan kerang, yang keduanya tidak mempunyai kekuatan kecuali kekuatan meraba. Yang dimaksud dengan keterkaitan adalah bahwa akhir

Ibnu Khaldun menjelaskan ungkapannya ini dengan banyak gaya bahasa yang memperjelas satu dengan lainnya dalam bagian dari beberapa bagian yang ada pada percetakan Lajnah Bayan, dimana pada bagian kelima bab keenam, ia membuat tema pembahasannya: ilmu kenabian As, dengan ungkapannya:

Telah dijelaskan sebelumnya tentang pembahasan tentang wahyu di bagain pembahasan tentang orang yang dapat mengetahui hal gaib. Semua itu karena semua wujud dalam dunianya masing-masing yang sederhana dan tersusun atas bagian alam dari atas dan juga bawahnya yang semuanya berkaitan dengan keterkaitan yang tidak berlalu. Sesungguhnya zat yang berada di akhir setiap daerah dari alam siap untuk berpindah kepada zat yang lebih tinggi; dari bawah ke atas dengan persiapan yang alami, sebagaimana yang terjadi dalam unsur fisik secara sederhananya; atau juga yang tejadi pada pohon kurma dan juga pohon anggur di akhir tingkatan mereka dari alam tumbuhan dengan siput darat dan juga kerang dari alam hewan; atau seperti yang terjadi pada kera yang Telah dijelaskan sebelumnya tentang pembahasan tentang wahyu di bagain pembahasan tentang orang yang dapat mengetahui hal gaib. Semua itu karena semua wujud dalam dunianya masing-masing yang sederhana dan tersusun atas bagian alam dari atas dan juga bawahnya yang semuanya berkaitan dengan keterkaitan yang tidak berlalu. Sesungguhnya zat yang berada di akhir setiap daerah dari alam siap untuk berpindah kepada zat yang lebih tinggi; dari bawah ke atas dengan persiapan yang alami, sebagaimana yang terjadi dalam unsur fisik secara sederhananya; atau juga yang tejadi pada pohon kurma dan juga pohon anggur di akhir tingkatan mereka dari alam tumbuhan dengan siput darat dan juga kerang dari alam hewan; atau seperti yang terjadi pada kera yang

keterkaitan (Mukaddimah; Bayan 982)

Bisa jadi yang menjadikan para peneliti tidak mendebat pendapat Ibnu Khaldun dalam kemustahilan satu jenis dengan keberadaan jenis lainnya atau pada kesesuain aturan pada manusia dan keterkaitannya dengan kera, karena kalimat alamul qirdah (habitat kera) dalam nash yang ada telah dipalingkan disemua cetakan yang ada pada penerbit Lajnah Bayan menjadi alamul qudrah (alam kemampuan) : Dunia hewan sangat luas dan sangat beraneka ragam yang kesemuanya ini berakhir dengan tahapan pembentukan manusia yang mempunyai pikiran dan pendapat, yang merupakan satu peningkatan jenis yang diawali dengan alam kemampuan yang mempunyai nalar dan pertimbangan. Namun tingkatan manusia yang berpikir dan berpendapat ini bukanlah tingkatan terakhir; namun baru tingkatan pertamanya. Hal ini merupakan pengalihan yang buruk dan tidak berarti apapun, bahkan memalingkan diri dari dalil yang ada, dan juga menyembunyikan pandangan penting yang diungkapkan Ibnu Khaldun yang didahului oleh Darwin dan yang sepakat dengannya dari golongan Evolusioner, walau ada beberapa pandangan yang cukup berbeda antara dirinya dengan Darwin cs.

Demikianlah, pikiran yang membagi makhluk hidup ke beberapa tingkatan yang saling terkait satu dengan lainnya; dimana akhir suatu tingkatan tertentu akan menjadi awal Demikianlah, pikiran yang membagi makhluk hidup ke beberapa tingkatan yang saling terkait satu dengan lainnya; dimana akhir suatu tingkatan tertentu akan menjadi awal

Namun, pandangan dan pikiran yang dihasilkan oleh Ibnu Khaldun berbeda dengan mereka yang telah disebutkan dalam dua sisi:

Pertama; peningkatan bagi mereka hanyalah peningkatan dalam tingkatan saja. Mereka berusaha menyusun tingkatan makhluk hidup dari terendah hiingga tertinggi dengan tingkatan yang logis, hingga sebagian darimerka menempatkan gajah, kuda dan lebah, burung beo dan sebagian burung yang cerdik dalam tingkatan yang dekat dengan tingkatan manusia dan berada dalam tingkatan tertinggi dalam dunia hewan. Sedangkan peningkatan yang dimaksud Ibnu Khaldun adalah peningkatan anggota biologis.

Kedua; belum ada seorang pun dari mereka yang mengatakan akan kemustahilan satu unsur hidup dengan unsur lainnya. Sedangkan Ibnu Khaldun telah mengungkapkan hal ini dengan jelas bahwasannya makhluk terakhir dalam setiap tingkatan dapat dibentuk karena ia memustahilkan dirinya

Lihatlah contoh-contoh yang diberikan oleh mereka dalam masalah ini dalam pandangan yang ada dalam Mukaddimah terbitan Lajnah Bayan hal 352- 355 Lihatlah contoh-contoh yang diberikan oleh mereka dalam masalah ini dalam pandangan yang ada dalam Mukaddimah terbitan Lajnah Bayan hal 352- 355

Dengan dua sisi ini, makin mendekatkan pandangan Ibnu Khaldun kepada pandangan Darwin dan pengikutnya dan juga makin menjauhkannya dengan pandang pendahulunya.