Kriteria Prasyaratan : a Indikator 1 :

5. SOP Distribusi Manfaat. Tidak ada. 6. RO PMDH. Tidak ada. 8 Bahwa Hasil Penilaian Lapangan :

1. Kriteria Prasyaratan : a Indikator 1 :

Kepastian Kawasan Unit Manajemen UPHHK Pada Hutan Alam: Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Berdasarkan laporan tata batas, areal konsesi PT. Keang Nam Development Indonesia belum temu gelang, karena adanya perubahan status. ii. PT. Keang Nam Development Indonesia tidak melakukan pemeliharaan batas areal, hal ini terbukti dari tidak satupun Pal Batas dan Jalur Rintis yang dapat ditunjukkan. Kesimpulan : Buruk. b Indikator 2 : Komitmen pemegang izin Usaha Memanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK pada Hutan Alam. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : Universitas Sumatera Utara Untuk melaksanakan pengelolaan hutan produksi lestari, PT. Keang Nam Development Indonesia tidak mempunyai komitmen yang dituangkan dalam sebuah kebijakan pengelolaan hutan secara tertulis dan sosialisasi pemahaman kebijakan PHPL kepada Karyawan belum dilaksanakan. Kesimpulan : Buruk. c Indikator 3 : Kesehatan Perusahaan Holding Company. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Terdapat beberapa aspek yang mendapat alokasi biaya yang sangat besar, yaitu kegiatan pemungutan hasil hutan Eksplotasi dan pemenuhan kawajiban terhadap Negara. ii. Kegiatan pembangunan hutan yang meliputi aspek perencanaan, pembinaan, pemeliharaan dan pengendalian dan perlindungan mendapatkan porsi biaya yang relatif kecil. iii. Penyediaan dana untuk mendukung kelancaran kegiatan produksi cukup lancar, namun untuk aspek lainnya khususnya kegiatan perencanaan hingga pengendalian hutan tidak lancar. Kesimpulan : Sedang. d Indikator 4 : Kesesuaian dengan kerangka hukum, potensi tegakan minimal menurut ketentuan, kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam rangka pengelolaan hutan secara lestari. Universitas Sumatera Utara Implementasi dilapangan terhadap pemenuhan peraturanperundang- undangan sebagai berikut : i. Tidak tersedianya data pohon ITSP yang baik. ii. Tidak ditemukannya penandaan pada pohon dengan menggunakan label plastik warna merah untuk pohon yang akan ditebang sesuai dengan standar 3 bagian, sedangkan untuk penandaan pohon inti mengunakan label plastik warna kuning. iii. Tidak dijumpai tanda batas blok, rintisan, pal dan bekas cat batas petak warna merah dipohon. iv. Tidak adanya penanaman kanan kiri jalan, bekas jalan sarad, bekas TPn, pengayaan bekas tebangan, penjarangan namun realisasi keluasan tidak memadai. v. Tidak adanya tata batas kawasan areal plasma nuftah, areal PUP dan laporannya, dan areal pohon bibit sumber benih. Kesimpulan : Sedang. e Indikator 5 : Jumlah dan kecukupan tenaga profesioanal terlatih dan tenaga teknis pada seluruh tingkatan untuk mendukung pemanfaatan, implementasi, pendidikan dan latihan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : Terdapat sturktur organisasi perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan yang ada. Masih ada posisi-posisi yang tidak ada tenaganya dan jumlahnya belum mencukupi. Kesimpulan : Buruk. Universitas Sumatera Utara f Indikator 6 : kapasitas dan mekanisme untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan priodik, evaluasi, dan penyajian umpan balik mengenai kemajuan pencapaian UPHHK pada hutan alam. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Tidak ada sistem pemantauan dan menajemen yang proporsional terhadap luas areal Unit Manajemen UM dan kejelasan mekanisme pengambilan keputusan untuk dapat mensinkronkan keputusan dalam setiap satuan organisasi. ii. Tidak ada perangkat pemantau informasi, organisasi dan tindakkan SOP, dan tidak ada perangkat SIM yang dapat dimanfaatkan pada semua tingkat jabatan. Kesimpulan : Buruk. 2 Kreteria Produksi : a Indikator 1 : Tingkat dan persentase tediri dari a hutan produksi yang dicakup dalam rencana pemanfaatan hutan lestari. b Blok dan Petak Tebangan yang dipanen menurut rencana operasional pemanenan kayu. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Tidak terdapat implementasi perencanaan yang konsisten terhadap bagian hutan. ii. Dalam pengelolaan tidak terdapat kompartemenisasi dan pengaturan hasil yang konsisten. Universitas Sumatera Utara iii. Telah terjadi perubahan kondisi RKL berdasarkan SEL dan RKPH. iv. Tidak dilakukan implementasi penataan dan pemeliharaan blok dan petak dilapangan. Kesimpulan : Buruk. b Indikator 2 : Tingkat penebangan pemanenan lestari untuk setiap jenis hasil hutan kayu utama dan nir kayu pada setiap ekosistem hutan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Perusahaan telah membuat Plot Ukur Permane ii. Perusahaan telah melakukan pengukuran, namun hanya sampai tahun 2001. iii. Perencanaan pemanenan pada saat ini diproyeksikan berdasarkan hasil pengukuran data survei potensi. iv. Analisa pertumbuhan tegakan riap belum dilakukan. Kesimpulan : Buruk. c Indikator 3 : Ketersediaan prosedur implementasi : a.Evaluasi Komprehensif terhadap implementasi panduan pemanfaatan hutan. b.Penilaian kerusakan tegakan. c.Inventarisasi tegakan sisa untuk efektivitas permudaan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Perusahaan menganggap petunjuk teknis TPTI sebagai SOP, sedangkan dukumen lainnya untuk melaksanakan seluruh tahapan pemanfaatan hutan tidak dapat ditunjukan. Universitas Sumatera Utara ii. Perusahaan belum mempunyai prosedur untuk penilain tingkat kerusakan tegakan akibat eksploitasi. iii. Data-data dari hasil ITT tidak di evaluasi secara memadai, sehingga tidak dapat dipakai sebagai acuan untuk kegiatan selanjutnya. Kesimpuan : Sangat Buruk. d Indikator 4 : Ketersediaan dan penerapan teknologi tepat guna untuk menjalankan PHAPL secara efektif dan efesien serta ketersediaan dan penerapan prosedur pemanenan ramah lingkungan reduced impact logging. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Teknologi tepat guna belum sepenuhnya apalagi implementasinya dalam menjalankan RIL serta penelitian untuk menilai faktor eksploitasi belum pernah dilakukan. ii. Intensitas Pembukaan Wilayah Hutan PWH tergolong rendah dengan nilai sebesar 0,15. iii. Tidak terdapat perangkat sistem informasi dan SOP tidak ada. Kesimpulan : Sangat Buruk. e Indikator 5 : Kesehatan finansial pemegang ijin. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : PT. Keang Nam Development Indonesia memiliki ratio keuangan : i. Likuiditas rata-rata dalam 3 tahun terakhir 340,1 170 . Universitas Sumatera Utara ii. Solvabilitas rata-rata selama 3 tahun terakhir sebesar 35,72 Solvabel. iii. Rentabilitas rata-rata dalam 3 tahun terakhir sebesar 0, 56 Suku bunga. Kesimpulan : Sedang. f Indikator 6 : Kuantitas volume hasil hutan kayu dan luasan hutan yang dipanen untuk setiap tahun untuk setiap tipe hutan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. PT. Keang Nam Development Indonesia mempunyai rencana pengaturan hasil jangka panjang, namun realisasi tidak sesuai dengan yang direncanakan. ii. Terdapat over estimate pada penentuan AAC bila dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh PT. FOCUS CONSULTING GROUP FCG. Kesimpulan : Buruk. g Indikator 7 : Tingkat investasi dan reinvestasi yang memadai dan memenuhi kebutuhan dalam pemanfaatan hutan, administrasi, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Terdapat beberapa aspek yang mendapat alokasi biaya sangat besar, yaitu kegiatan pemungutan hasil hutan eksploitasi. Universitas Sumatera Utara ii. Tingginya pos biaya pemungutan kayu tidak diimbangi dengan penglokasian dana pada bagian perencanaan hutan. iii. Penyediaan dana untuk mendukung kelancaran kegiatan produksi cukup lancar, namun untuk kegiatan perencanaan dan kegiatan lainnya tersendat-sendat. iv. Tidak terdapat alokasi dana untuk penelitian dan pengembangan SDM. Kesimpulan : Buruk. 3 Kreteria Ekologi : a Indikator 1 : Data mengenai Kawasan lindung dalam setiap tipe hutan meliputi : a Jumlah, Luas, Persentase dari tipe hutan yang tercakup, b Jumlah luasan dan luas rata-rata Kawasan Lindung, serta c Persentase Batas Kawasan yang telah ditandai sebagai batas dan ditetapkan dengan jelas. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Terdapat ketidakpastian Kawasan Lindung akibat terjadinya perubahan baik jumlah maupun lokasi areal Kawasan Lindung berdasarkan RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan dan RKPH Rencana Karya Pengusahaan Hutan yang di ajukan. Hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi riil hutan dilapangan. ii. Luasan riil Kawasan Lindung tidak jelas, luas Kawasan Lindung yang dijelaskan pada RKL dan RKPH hanya sebatas perkiraan dan rencana, Universitas Sumatera Utara tidak ada data ataupun keterangan yang menjelaskan berapa luas masing-masing dari Plot Areal yang termasuk Kawasan Lindung yang tergambarkan dalam Peta baik untuk PPN, ASDG KB, PPS, Kanan Kiri Sungai, sekitar mata air dan sekeliling danau. iii. Tata batas yang tidak dilakukan juga akan mengakibatkan ketidakpastian baik posisi maupun luas kawasan masing-masing plot areal kawasan yang harus dilindungi. Batas yang tidak jelas untuk kawasan lindung akan menyulitkan dan tidak menutup kemungkinan terjadinya overlap dengan areal blok-blok tebangan. iv. Tidak dilakukkannya pemeliharaan dan perlindungan Hasil pengamatan dan wawancara pada areal kawasan lindung, memberikan peluang yang besar untuk tidak terpeliharanya kawasan yang harus dilindungi. Kesimpulan : Buruk b Indikator 2 : Ketersediaan prosedur dan implementasi pengendalian perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Tidak tersedianya prosedur standar dalam penanganan dan pengendalian perambahan, kebakaran, penggembalaan, dan pembalakan illegal menunjukkan tidak terencananya kegiatan apabila terjadi hal-hal tersebut diatas. Staf perusahaan pada tingkat teknis dilapangan akan kesulitan menentukan sikaf dan tindakan bila terjadi perambahan, Universitas Sumatera Utara kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal, karena tidak ada pedoman yang jelas dan tertulis. ii. Pengiriman tenagastaf untuk pelatihan yang kurang terbukti dengan wawancara hanya 1 orang yang pernah mengikuti pelatihan pengendalian kebakaran dan sertifikatnya tidak bisa dibuktikan serta sumber daya dilapangancamp yang tidak memiliki tingkat sarjanaS1 Kehutanan, D3 Kehutanan atau SKMA akan menjadi semakin terbatasnya pemahaman tenaga teknis dilapangan terhadap perlindungan hutan akibat perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal. iii. Upaya perlindungan hutan dari illegal logging pernah dilakukan seperti pada Paragraf 8, data dan informasi, akan tetapi itu dilakukan pada tingkat pengambilan kebijakan Medan. Pedoman teknis atau standar operasi sebagai pedoman dilapangan untuk mengendalikan terjadinya perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal tidak dibuat, sehingga apabila terjadi hal tersebut diatas tidak ada pedoman standar sebagai acuan yang harus dilakukan baik oleh staf maupun karyawan yang berada dalam bagian kerjanya. iv. Perambahan dengan pembukaan lahan hutan areal perlindungan dan pengungsian satwa menjadi perkebunan karet dan membiarkan sudah berjalan lebih dari 1 tahun menunjukkan belum adanya penanganan atau pengendalian terhadap perambahan. Kesimpulan : Buruk. Universitas Sumatera Utara c Indikator 3. : Ketersediaan prosedur dan implementasi pengelolaan flora untuk : 1 Pemadatan tanah akibat alat-alat mekanisberat, 2 Erosi tanah selama dan sesudah operasi penebanganpemanenan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Tidak tersedianya pedoman standar khususnya ditingkat lapangan camp sebagai pedoman pengelolaan flora untuk : a. Pemadatan tanah akibat alat-alat mekanisberat. b. Erosi tanah selama dan sesudah penebanganpemanenan. Serta implementasi dilapangan yang tidak melakukan upaya-upaya penanaman dan pemeliharaan terhadap tanaman pada lahan-lahan bekas jalan sarad dan TPn secara umum menunjukkan komitmen yang rendah dari perusahaan terhadap pengelolaan hutan alam produksi lestari PHPL. Terbukti hasil wawancara dan cek lapangan kondisi tanaman yang dilakukan pada areal bekas penebangan RKT 2004 pada mati dan tidak ditemukannya tanaman-tanaman pada bekas jalan saradTPn pada RKT-RKT sebelumnya. ii. Hasil wawancara dan cek lapangan terhadap pengendalian erosi dengan penanaman tanamanflora dan juga instalasi lain pengendali erosi tanggul, terasering tidak ditemukan. Demikian juga dengan plot-plot pengamatan erosi. iii. Seperti diketahui pada bagian Tipologi awal dan Tipologi akhir bahwa PT. Keang Nam Development Indonesia merupakan areal yang rawan Universitas Sumatera Utara pisik dengan sebagian besar areal berupa kelerengan curam yaitu seluas ± 27.869 Ha areal mempunyai kelerangan curam 25-40 sedangkan sisanya ± 18.021 Ha mempunyai kelerengan datar 0-8 – agak curam 15-25. Dukumen studi evaluasi lingkungan, RKL dan RPL tahun 1995. Sehingga kegiatan pengendalian erosi harus menjadi bagian penting dari kegiatan pengelolaan hutan. iv. Kondisi visual air sungai tagelang dan aek raso yang cukup keruh kuning, coklat, pekat pada musim hujan menunjukkan tingkat erosi yang cukup besar pada areal UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia. Kesimpulan : Buruk. d Indikator 4. : Ketersediaan dan penerapan prosedur untuk mengidentifikasi spesies flora dan fauna yang langka, jarang dan terancam punah. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Prosedur identifikasi flora dan fauna baik yang langka, jarang maupun terancam punah Unit Manajemen UM mengacu pada apa yang pernah dilakukan pada saat Studi Evaluasi Lingkungan Pedoman SEL dan pedoman rencana pengelolaan lingkungan RKL pada tahun 1995. ii. Berdasarkan hasil penelusuran lebih lanjut terhadap dokumen tersebut diatas, ternyata yang dimaksud prosedur oleh pihak UM adalah metode yang dilakukan untuk membuat dokumen SEL. Dokumen RKL dan Universitas Sumatera Utara RPL lebih merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan dan bukan merupakan prosedur. Berdasarkan hal tersebut maka sebenarnya pihak UM belum memiliki SOP Standar Operasional Prosedur. SOP adalah tatacara pelaksanaan kegiatan dilapangan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. iii. Pedoman SEL, RKL dan RPL tidak ada ditingkat operasional lapangancamp. iv. Tidak pernah dilakukan identifikasi flora dan fauna baik langka, jarang maupun terancam punah, dan tidak ditemukan dengan jelas kapan akan dilakukan Berdasarkan data dan wawancara. v. Kondisi tersebut menunjukkan perusahaan kurang peduli dengan flora dan fauna yang langka, jarang dan terancam punah secara khusus dan biodiversity Keanekaragaman hayati pada umumnya vi. Upaya untuk mengenali jenis-jenis fauna yang ada dalam kawasan hutan, hanya sebatas tanpa disengaja, tidak tersetruktur dan tidak sistimatis tanda disengaja ditemui pada saat perjalanan atau melakukan kegiatan lain. Kesimpulan : Sangat Buruk. e Indikator 5 : Ketersediaan dan implementasi pedoman pengelolaan flora untuk : 1 Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu, dan bagian yang tidak rusak, 2 Perlindungan terhadap species flora jarang, langka dan terancam punah, 3 Melindungi flora yang merupakan kekhasan wilayah setempat. Universitas Sumatera Utara Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Pengelolaan flora hanya sebatas rencana, yaitu berdasarkan pengelolaan lingkungan RKL dan rencana pemantauan lingkungan RPL tahun 1995. ii. Dokumen RKL dan RPL lebih merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan dan bukan merupakan prosedur SOP. Berdasarkan hal tersebut maka sebenarnya pihak Unit Manajemen UM belum memiliki SOP Standar Operasional Prosedur untuk pengelolaan flora. Pedoman RKL dan RPL yang dimaksud juga tidak ada ditingkat operasional lapangancamp. SOP sebagai acuan adalah tata caraprosedur pelaksanaan kegiatan dilapangan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan yang tentu saja harus mencakup dengan jelas ruang lingkup kegiatan, kapan dilaksanakan, dimana lokasinya, siapa yang melaksanakan, bagaimana melakukannya, from apa yang harus diisi dan output apa yang diinginkan. iii. Implementasi dilapangan untuk pengelolaan flora dalam luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu dan bagian yang tidak rusak tidak dilakukan, demikian juga perlindungan terhadap species flora jarang, langka, dan terancam punah, termasuk perlindungan flora yang merupakan kekhasan setempat. Kesimpulan : Buruk. f Indikator 6 : Ketersediaan dan implementasi pedoman pengelolaan fauna untuk : 1 Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu, dan Universitas Sumatera Utara bagian yang tidak rusak, 2 Perlindungan terhadap species fauna jarang, langka dan terancam punah, 3 Melindungi fauna yang merupakan kekhasan wilayah setempat. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Pengelolaan fauna hanya sebatas rencana, yaitu berdasarkan pengelolaan lingkuangan RKL dan Rencana pemantauan Lingkungan RPL tahun 1995. ii. Dokumen RKL dan RPL lebih merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan dan bukan merupakan prosedur SOP. Berdasarkan hal tersebut maka sebenarnya pihak Unit Manajemen UM belum memiliki SOP Standar Operasional Prosedur untuk pengelolaan fauna. Pedoman SEL, RKL dan RPL juga tidak ada ditingkat operasional lapangancamp. SOP adalah tata caraprosedur pelaksanaan kegiatan dilapangan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan yang tentu saja harus mencakup dengan jelas ruang lingkup kegiatan, kapan dilaksanakan, dimana lokasinya, siapa yang melaksanakan, bagaimana melakukannya, from apa yang harus diisi dan outpun apa yang diinginkan. iii. Implementasi dilapangan untuk pengelolaan fauna dalam luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu dan bagian yang tidak rusak tidak dilakukan, demikian juga perlindungan terhadap species fauna jarang, langka, dan terancam punah, termasuk perlindungan fauna yang merupakan kekhasan setempat. Universitas Sumatera Utara Kesimpulan : Buruk. 4 Kreteria Sosial : a Indikator 1 : Luas dan batas yang jelas antara kawasan unit manajemen UPHHK pada hutan alam dengan kawasan masyarakat hukum adat dan atau masyarakat setempat dan telah mendapat persetujuan para pihak yang terkait. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Pembuatan tata batas luar kawasan konsesi tidak disaksikan oleh wakil masyarakat. ii. Masalah hak ulayat masyarakat desa tidak pernah dibicarakan dengan pihak UM, sehingga sampai sekarang belum ada kesepakatan yang dibuat antara UM dan masyarakat adat mengenai batas wilayah adat dengan areal UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia. iii. Perambahan yang terjadi dapat menjadi sumber konflik antara UM dengan Masyarakat. iv. Pihak UM tidak memiliki SOP dalam menangani konflik yang terjadi. Kesimpulan : Buruk. b Indikator 2 : Jenis dan jumlah perjanjian yang melibatkan masyarakat hukum adat dan atau masyarakat setempat dalam kesetaraan tanggung jawab pengelolaan bersama. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : Universitas Sumatera Utara Dengan adanya surat dari masyarakat tertanggal 20 Juli 2002 satu tahun setelah rapat terakhir dengan KUD Koperasi sebagai calon pemegang saham di aula kantor Camat Natal 29 Mei 2001 yang mempertanyakan realiasasi kemitraan dengan KUD Koperasi ; menunjukan ketidakseriusan UM untuk memenuhi kesepakatan yang telah dibuat bersama masyarakat. Kesimpulan : Sedang. c Indikator 3 : Ketersediaan mekanisme dan implementasi pendistribusian insentif yang efektif, serta pembagian biaya dan manfaat yang adil antara pihak. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Unit Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia memiliki mekanisme distribusi manfaat untuk para pihak seperti dalam program PMDH, namun baru sebatas pemenuhan kewajiban terhadap peraturan. ii. Terdapat keluhan masyarakat, tetapi relatif kecil yang diakibatkan oleh kebijaksanaan manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia. iii. Belum ada mekanisme pembagian keuntungan dari hasil operasi. Kesimpulan : Sedang. d Indikator 4 : Perencanaan dan implementasi pemanfaatan hutan telah mempertimbangkan hak masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : Universitas Sumatera Utara i. Berdasarkan fakta-fakta dilapangan dapat dilihat bahwa proses perencanaan pemanfaatan hutan belum dilakukan secara partisipatif, termasuk proses monitoring pelaksanaan pemanfaatan hutan. ii. Unit Manajemen merealisasikan sebagian kegiatan-kegiatan yang dibuat dalam dokumen perencanaan dalam bentuk pemberian bantuan fisik. iii. Tidak terdapat rencana konpensasi secar tertulis terhadap penggunaan hak-hak masyarakat adat dan atau masyarakat setempat. iv. Belum ada SK Gubernur yang mengatur kompensasi FEE dari kubikasi kayu. Kesimpulan : Buruk. e Indikator 5 : Peningkatan peran serta masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat yang aktifitas ekonominya berbasis hutan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : i. Kesempatan kerja bagi masyarakat setempat terbuka, tapi sangat terbatas, dimana kesempatan kerja hanya di isi sebesar 17,45 oleh masyarakat setempat. ii. Bidang pekerjaan yang diisi oleh masyarakat setempat masih terbatas pada taraf Low management dan karyawan biasa. iii. Peluang usaha yang muncul adalah supply produk pertanian, penyediaan jasa transportasi dan perdagangan. Universitas Sumatera Utara iv. Peranan PMDH masih belum bisa mengangkat masyarakat untuk dapat menjadi petani pertanian intensif, tetapi masih taraf belajar dan terlihat masih memerlukan waktu yang cukup lama. Artinya ketergantungan terhadap hutan secara penuh masih akan berlangsung lama. Kesimpulan : Buruk. Kesimpulan dari Lembaga Penilai Independen PT. FOCUS CONSULTING GROUP yang telah melakukan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PHPL Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia adalah: a Hasil akhir dari penilaian kinerja PHPL Unit Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia dikaitkan dengan lampiran 2 Keputusan Dirjen Bina Produksi Kehutanan No : 42KptsVI-PHP2003, maka peringkat kinerja PHPL PT. Keang Nam Development Indonesia masuk dalam Peringkat “ BURUK “ Nilai 143-96 dengan perolehan nilai 131. Hasil penilaian terhadap pihak UPHHK hutan alam PT. Keang Nam Development Indonesia dengan peringkat buruk ini lebih dipengaruhi oleh aspek implementasi dilapangan yang kurang baik serta kekurangan beberapa dokumen yang diperlukan. b Berdasarkan hasil analisa data survey potensi diketahui bahwa diareal konsesi UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia telah terjadi degradasi tidak ditemukan untuk jenis tertentu pada limit diameter tertentu, hal ini mengindikasikan untuk jenis-jenis tersebut akan menuju ke arah kepunahan. Jenis-jenis tersebut, yaitu : Alim, Basul, Keruing Minyak, Universitas Sumatera Utara Resak, Kayu Layang-layang, Semangkok dan Tumus. Bahkan untuk jenis kayu indah Resak Tembaga sudah tidak ditemukan lagi. c Pada penilaian bobot Indikator 3.1 pada kenyataanya adalah Kawasan Lindung tidak tertata baik, karena tidak dilakukan penataan batas kawasan lindung dan demikian juga dengan pemeliharaannya tidak dilakukan, untuk kondisi tersebut tidak terdapat bobot yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pembobotan nilai Buruk dengan landasan kawasan lindung lokasinya masih ada walaupun tidak tertata dan terpelihara dengan baik. d Berdasarkan hasil verifikasi lapangan ditemukan adanya perambahan didalam areal Unit Manajemen sekitar petak 235 Koordinat GPS : 00° 58’ 10,6’’ LU dan 099° 11’ 14,06’’ BT berupa kebun karet yang baru dibuka dengan tanaman karet berumur + 1 tahun dengan luasan ± 20 ha ditemukan ± 6-7 gubuk, yang dilakukan oleh masyarakat dari sekitar wilayah Lubuk Kapundung. Areal tersebut masuk dalam kawasan lindung Perlindungan dan Pengungsian Satwa PPS . Informasi tersebut baru diketahui oleh Pihak Unit Manajemen UM pada saat dilakukan penilaian. Rekomendasi dari Lembaga Penilai Independen PT. FOCUS CONSULTING GROUP yang telah melakukan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PHPL Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia adalah: Universitas Sumatera Utara a Aspek Prasyarat : Pihak Unit Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia harus melengkapi dokumen SK Pengukuran, Berita Acara Tata Batas, Peta Peta RKPH, RKL, RKT dan peta RTRW-TGHK sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dilapangan. Dalam implementasi kegiatan ITSP dilapangan sebaiknya berdasarkan Juknis petunjuk tehnis TPTI, terutama mengenai tanda-tanda pohon dilapangan penandaan pohon yang telah diinventarisasi dengan menggunakan label plastik warna merah untuk pohon yang akan ditebang sesuai dengan standar 3 bagian, sedangkan untuk penandaan pohon inti menggunakan label plastik warna kuning. b Aspek Produksi : Ditinjau dari aspek produksi, UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia hampir semua kriteria memiliki kinerja yang buruk. Berbagai aktivitas pengelolaan hutan seperti Penataan Areal Kerja PAK, PWH, ITSP, Pembalakan hingga kegiatan pemeliharaan dan perlindungan hutan mencerminkan rendahnya komitmen Unit Manajemen dalam membangun hutan menuju satu kesatuan yang utuh dalam upaya pengelolaan hutan produksi lestari dan usaha menekan dampat negatif terhadap kerusakan fisik dan biologi baik pada struktur dan komposisi tegakan tinggal maupun kondisi tapaknya. c Aspek Ekologi :Hasil penilaian lapangan untuk aspek ekologi menunjukkan kinerja yang buruk dan sangat buruk. Kawasan lindung diareal UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia Perlindungan Universitas Sumatera Utara Plasma Nutfah, Areal Sumber Daya GenetikKebun Benih, Perlindungan dan Pengungsian Satwa, areal sekitar mata air, sekeliling danau dan kanan kiri sungai tidak dilakukan tata batas. Untuk menjamin kepastian kawasan maka perlu dilakukan penataan batas kawasan lindung, sehingga ada kepastian lokasi dan luas masing-masing kawasan lindung tersebut. Perlindungan dan pemeliharaan kawasan lindung perlu dilakukan dengan pembuatan dan pemeliharaan pal tanda batas, pemasangan papan laranganperingatan untuk mencegah terjadinya pengambilan, penebangan dan pengrusakan baik flora maupun fauna dalam kawasan hutan, dan kontrol atau pengawasan periodik pada areal-areal kawasan lindung. Sehingga pada akhirnya akan menjamin kelangsungan areal beserta isi dari kawasan yang dilindungi d Aspek Sosial :Melihat kondisi dilapangan mengenai belum adanya batas yang jelas antara kawasan UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia dengan kawasan hukum adat dan kompensasi hak ulayat, maka pemerintah perlu bertindak sebagai fasilitator dalam upaya menjembatani kepentingan masyarakat, pengusahaunit manajemen dan pemerintah dalam memastikan luas dan batas wilayah adat serta nilai kompensasi hak ulayat atas nilai kayu secara adil dan wajar. 9 Bahwa kriteria penilaian dengan klasifikasi “ Buruk “ atas penilaian LPI PT. FOCUS CONSULTING GROUP yang menyimpulkan bahwa kinerja PHPL PT. Keang Nam Development Indonesia masuk dalam peringkat Buruk adalah dengan status penilaian kinerja BURUK dapat diartikan bahwa Unit Universitas Sumatera Utara Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia tidak mampu mengelola hutan secara lestari ditinjau dari ketiga aspek kelestarian yaitu aspek produksi, ekologi dan sosial. 10 Bahwa laporan hasil Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PHPL Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia dikirimkan kepada Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 11 Hasil Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PHPL Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia ditembuskan kepada Unit Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia dengan maksud memberikan kesempatan bagi Unit Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia mengajukan keberatan atas temuan dari Tim LPI PT. FOCUS CONSULTING GROUP, namun dalam tempo waktu yang ditentukan yaitu 10 hari kerja sejak diterimanya Laporan dari LPI bahkan sampai saat ini tidak ada tanggapan dari Unit Manajemen PT. Keang Nam Development Indonesia. 12 Bahwa akibat yang ditimbulkan terhadap Hutan yang dikelola oleh UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia atas temuan dari Lembaga Penilai Independen LPI PT. FOCUS CONSULTING GROUP yang menyimpulkan bahwa kinerja PHPL PT. Keang Nam Development Indonesia masuk dalam peringkat BURUK dengan sasaran penilaian Lembaga Penilai Independen LPI PT. FOCUS CONSULTING GROUP adalah Unit Universitas Sumatera Utara Manajement PT. Keang Nam Development Indonesia dengan hasil Buruk, dengan demikian pengelolaan hutan tidak Lestari dan dibuat rekomendasi oleh LPI agar pengelolaan hutan tersebut dilaksanakan secara Lestari sesuai dengan Kriteria dan Indikator yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan RI. 13 Bahwa apa dan bagaimana tanggapan dan tindakan dari Departemen Kehutanan RI kepada PT. Keang Nam Development Indonesia setelah diperoleh status penilaian BURUK dari Lembaga Penilai Independen LPI PT. FOCUS CONSULTING GROUP saya tidak mengetahuinya, Kami hanya menilai kinerja PT. Keang Nam Development Indonesia dan menyajikan laporan hasil pemeriksaan LPI kepada Menteri Kehutanan RI dan yang berkompeten lainnya sesuai dengan tembusan surat. 14 Bahwa Hasil wawancara Tim Lembaga Penilai Independen LPI PT. FOCUS CONSULTING GROUP terhadap Mandor Lapangan tidak diketahui namanya dengan disaksikan oleh KRISTIAN MANULLANG selaku Petugas Lapangan dan Karyawan lainnya dari PT. Keang Nam Development Indonesia menjelaskan dan mengatakan bahwa “ PT. Keang Nam Development Indonesia pada saat proses penebangan di areal HPH IUPHHK yang terletak di Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal, Prop. Sumatera Utara tidak mempunyai dasar, dan penebangan terhadap pohon kayu hasil hutan dan tempat penebangan dilakukan tidak teratur, dimana ada pohon yang bagus langsung ditebang, serta tidak berdasarkan Peta RKT dan Peta penyebaran pohon “. Universitas Sumatera Utara

6. Ir. H. ERFI HASIBUAN, Sibuhuan, 45 tahun25 Juli 1960, PNS Kehutanan Prop.