Analisis Terhadap Dakwaan Kedua Subsider

Dalam konteks kasus Adelin Lis memang sudah terbukti adanya kerusakan hutan apalagi terbukti dilakukan pelanggaran administratif berupa tidak digunakannya sistem silvikultur dan adanya praktek penebangan di luar areal Rencana Kerja Tahunan RKT. Selain itu dibebankannya PT.KNDI dalam pebuatan korupsi didasarkan pada fakta-fakta persidangan yang dihubungkan dengan keterangan saksi–saksi bahwa benar PT. KNDI telah mendapat fasilitas dari negara berupa izin pengusahaan hutan di kawasan hutan Sungai Singkuang-Sungai Natal Kabupaten Mandailing Natal sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No: 238KPTS Um51974 yang telah beberapakali diperpanjang dan terakhir diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 805KPTS-VI1999 tanggal 30 September 1999. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 805Kpts- IV1999, tanggal 30 September 1999, PT. Keang Nam Development Indonesia mendapatkan fasilitas dari Negara Republik Indonesia Cq. Departemen Kehutanan RI berupa Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK seluas ± 58.590 lima puluh delapan ribu lima ratus sembilan puluh Ha yang terletak pada kelompok hutan produksi sungai Singkuang-Sungai Natal, Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal, dahulu sebelum tahun 2000 adalah Kec. Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara, diberikan jangka waktu 35 tiga puluh lima tahun, yang berlaku surut sejak tahun 1994 sd tahun 2029.

4. Analisis Terhadap Dakwaan Kedua Subsider

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dengan Pasal 50 ayat 3 huruf h Jo. Pasal 78 ayat 7, ayat 14 UU Nomor : 41 Tahun 1999 Jo. UU Nomor : 19 Tahun Universitas Sumatera Utara 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo. Pasal 42 PP No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHPidana. Unsur-unsurnya : 1. Setiap orang 2. Menebang pohon atau memanen atau memuggut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau ijin dan pejabat yang berwenang 3. Perbuatan atau tindak pidana tersebut dilakukan oleh atas nama badan hukum atau badan usaha 4. Perbuatan tersebut dilakukan secara berlanjut Unsur yang akan dibahas adalah uinsur nomor 2 dan 4 saja karena unsur nomor 1 dan 4 pembahsannya sama seperti diatas. Ad.2. Menebang pohon atau memanen atau memuggut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau ijin dan pejabat yang berwenang Berdasarkan penjelasan dari Pasal 50 ayuat 3 huruf e yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah pejabat pusat atau daerah yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk memberikan izin. Bila melihat fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan memang pada hakikatnya PT. KNDI adalah perusahaan yang bergerak di dalam bidang pemungutan hasil hutan dan telah memiliki ijin hak pengusahaan hutan berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 805 Kpts-VI99 tanggal 30 September 1999 yang masih sah berlaku karena belum ada pencabutan. Tetapi bila dicermati lebih mendalam ada ketentuan yang dilanggar oleh PT.KNDI yang mengakibatkan tidak berlakunya lagi surat ijin yang dikeluarkan oleh pejabat yang Universitas Sumatera Utara berwenang yang dalam hal ini adalah oleh Menteri Kehutanan. Dengan dilanggarnya ketentuan Amar keempat butir 1 Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 805Kpts-VI99, yang isinya menyatakan: “apabila PT. KNDI tidak merealisasikan pengalokasian saham kepada Koperasi, Lembaga Pendidikan setempat dan BUMD selambat-lambatnya 2 tahun sejak diterbitkannya Keputusan ini, maka Keputusan ini dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi ”. Teranglah kiranya selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan Januari 2006 bertempat di kawasan hutan Sungai Singkuang - Sungai Natal Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara dan di Kantor PT. Keang Nam Development Indonesia Jalan Mangkubumi No. 15 - 16 Medan telah melakukan kegiatan usahanya tanpa ijin sebagi akibat tidak direalisasikannya Amar keempat butir 1 keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 805Kpts-VI99.Jadi dalam hal ini unsurnya terpenuhi. Ad.3. Perbuatan atau tindak pidana tersebut dilakukan oleh atas nama badan hukum atau badan usaha Unsur ini kiranya sudah cukup jelas dan terang, dimana dalam hal pertanggungjawaban pidana korporasi Adelin Lis lah yang patut dipertanggungjawabkan oleh karena posisinya Direksi yakni sebagai Direktur Keuangan Umum PT. KEANG DEVELOPMENT INDONESIA yang berdasarkan Pasal 1 Ayat 4 Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menyebut Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakill perseroan baik didalam maupun diluar Pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar sehingga didalam hal ini meskipun yang dipandang Universitas Sumatera Utara sebagai pelaku tindak pidana sehubungan dengan tindak pidana yang didakwakan kepada Adelin Lis adalah berkaitan dengan tindakan Perseroan dalam menjalankan usahanya adalah badan hukum atau korporasi atas nama PT. KEANGNAM DEVELOPMENT INDONESIA, namun ADELIN LIS sebagai Organ Perseroan haruslah dipandang sebagai orang yang turut bertanggungjawab dan dapat dihadapkan sebagai pelaku tindak pidana dalam perkara pidana yang dilakukan untuk dan atas nama badan hukum Perseroan Korporasi. Jadi dalam hal ini unsurnya juga terprnuhi. Dalam hal ini Mahkamah Agung menyatakan dalam pertimbangannya bahwasanya Hakim PN. Medan telah salah menerapkan hukum atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya, di mana berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 805Kpts-VI99 Tanggal 30 September 1999, Menteri Kehutanan Republik Indonesia telah memutuskan sebagai berikut : PERTAMA : Memberikan Pembaharuan Hak Pengusahaan Hutan kepada PT. Keang Nam Development Indonesia atas areal hutan yang terletak di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara untuk jangka waktu 55 tahun 20 tahun ditambah daur tanaman pokok, dengan ketentuan sebagai berikut: : 1. Areal Hak Pengusahaan Hutan tersebut adalah seluas kurang lebih 58.590 lima puluh delapan ribu lima ratus sembilan puluh hektar yang terletak pada Kelompok Hutan Sungai Singkuang - Sungai Natal Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara ; 2. Luas dan letak defenitif areal Hak Pengusahaan Hutan tersebut di atas ditetapkan oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan setelah dilaksanakan pengukuran dan Universitas Sumatera Utara penataan batas di lapangan. 3. Mengikutsertakan Koperasi Koperasi Masyarakat setempat dan Koperasi Sinar Meranti 25 sebagai hak kompensasi masyarakat 15 dialihkan langsung pada saat Koperasi terbentuk dan 10 diangsur selama 5 tahun dengan hak opsi kenaikan 1 setiap tahun, Lembaga Pendidikan setempat 10 dan Badan Usaha Milik Daerah BUMD 10 sebagai Pemegang Saham Perusahaan. KETIGA : Pengalihan Saham PT. Keang Nam Development Indonesia kepada Koperasi, Lembaga Pendidikan setempat dan BUMO harus direalisasikan selambat-lambatnya dalam waktu 2 dua tahun sejak diterbitkannya Keputusan ini. KEEMPAT : Apabila PT. Keang Nam Development Indonesia tidak merealisasikan pengalokasian saham Koperasi, Lembaga Pendidikan dan BUMD sebagaimana Amar KETIGA butir 1 maka Keputusan ini dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi. Sesuai dengan Amar KETIGA butir 1 Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 805Kpts-VI99 Tanggal 30 September 1999, adapun Pengalihan Saham PT. Keang Nam Development Indonesia kepada Koperasi, Lembaga Pendidikan setempat dan BUMD harus direalisasikan selambat-lambatnya dalam waktu 2 dua tahun sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 805Kpts- VI99 Tanggal 30 September 1999, yang berarti selambat-lambatnya pada Tanggal 1 Oktober 2001. Ternyata PT. Keang Nam Development Indonesia tidak pernah Universitas Sumatera Utara mengalokasikan saham kepada Koperasi, Lembaga Pendidikan dan BadanUsaha Milik Daerah BUMD, yang berarti berdasarkan Amar KEEMPAT butir 1, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 805Kpts-VI99 Tanggal 30 September 1999 dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi. Dengan demikian MA menyatakan bahwa ketentuan di dalam Amar KEEMPAT butir 1 dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi dalam pelaksanaannya tidak memerlukan keputusan Beschiking lagi melainkan bersifat batal demi hukum Nietigbaar bukan dapat dibatalkan Vernietigbaar sebagaimana ditafsirkan oleh Majelis Hakim. Oleh karena selambat-lambatnya pada Tanggal 1 Oktober 2001 kewajiban PT. KNDI belum direalisasikan maka Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 805Kpts-VI99 Tanggal 30 September 1999 dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi. Dan oleh karena IUPHHK PT. KNDI sudah dinyatakan batal dan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Oktober 2001 maka tindakan atau perbuatan PT. KNDI di dalam melakukan penebangan pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tidak dapat dibenarkan.

5. Analisis Terhadap Dakwaan Lebih Subsider Lagi