yang telah dipelajari, dan mereka mulai antusias dalam menyelesaikan soal yang ada dalam LKS yang memuat soal-soal pemecahan masalah. Walaupun masih ada
beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan permasalahan soal yang diberikan.
Proses pembelajaran pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa terlihat pasif dan hanya
mendengarkan penjelasan dari guru, siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang disampaikan guru pun hanya sedikit. Dalam proses pembelajaran
kelas kontrol guru menjelaskan materi yang pembelajaran, memberikan contoh- contoh soal mengenai bangun datar segiempat, guru memberikan sesi tanya jawab
antara guru dan siswa, selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan LKS yang disediakan oleh sekolah. Dalam pengerjaan LKS banyak diantara siswa yang
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan. Diantara siswa hanya sedikit yang mau bertanya jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Siswa terlihat
sangat pasif selama proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa dalam materi pembelajaran yang disampaikan sehingga siswa
kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi bangun datar segiempat ini.
Tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilakukan pada akhir pembelajaran. Soal tes yang diberikan sebanyak 8 soal berupa tes
uraian. Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diukur peneliti, setiap soal memuat tiga tahapan
kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut, yaitu:
a. Memahami Masalah
Nilai yang diperoleh siswa dari soal post test untuk tahapan memahami masalah pada kelompok eksperimen sebesar 70,28 dan kelas kontrol sebesar
62,91. Sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa untuk tahapan memahami masalah pada kelas eksperimen adalah 25,90 dan kelas kontrol 22,65. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tahapan memahami masalah siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelompok kontrol.
Hasil penelitian diatas diperkuat oleh hasil jawaban post test yang dikerjakan siswa. Dibawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa sebagai berikut:
Soal no.3 “Pak Kasman akan membuat layang-layang untuk mainan anak-anak. Kerangka
layang-layang itu dibuat dari bambu. Sebuah layang-layang memerlukan dua batang kerangka yang masing-masing panjangnya 30 cm dan 20 cm. untuk
membuat 50 layang-layang, berapa m
2
kertas yang harus disediakan Pak Kasman?”
Soal tersebut adalah persoalan untuk mencari luas layang-layang. Untuk dapat menyelesaikan soal tersebut siswa harus mampu mengetahui unsur-unsur
yang diketahui dalam soal tersebut, dalam hal ini siswa dituntut untuk bisa memahami masalah dalam soal.
Cara menjawab siswa kelas kontrol
Gambar 4.6 Jawaban soal
post test nomor 3 i yang salah dan ii yang benar di kelas kontrol
Pada Gambar 4.6, jawaban siswa pada bagian i di atas terlihat bahwa siswa hanya menuliskan panjang yang diketahui saja tanpa mengetahui panjang
i ii
itu termasuk dalam unsur apa. Siswa terlihat tidak memahami soal yang diberikan. Pada bagian ii terlihat siswa mampu memahami masalah yang diberikan pada
soal, siswa menuliskan semua unsur yang diketahui dalam soal namun masih sulit dalam menerjemahkan apa itu panjang yang diketahui dalam soal.
Cara menjawab siswa kelas eksperimen
Gambar 4.7 Jawaban soal
post test nomor 3 i yang salah dan ii yang benar di kelas eksperimen
Pada Gambar 4.7, pada bagian i terlihat siswa mampu memahami masalah dalam soal yang diberikan, namun jika dilihat dari cara menuliskan unsur
yang diketahui tersebut siswa mengalikan kedua panjang yang diketahui. Pada bagian ii terlihat siswa mampu memahami masalah dalam soal dengan baik,
siswa menggunakan unsur-unsur yang diketahui dengan jelas dan tepat. Dilihat dari jawaban pada Gambar 4.6 dan 4.7, kemampuan memahami
masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, dalam proses pembelajarannya terjadi
aktifitas dimana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyampaikan gagasan atau pendapat mereka dalam suatu masalah sehingga terjalin komunikasi
dalam pembelajaran yang dapat memudahkan mereka dalam memahami masalah dalam setiap permasalahan yang diberikan. Berbeda dengan kelompok kontrol,
mereka hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dengan proses pembelajaran yang sedikit pasif sehingga mereka sedikit kesulitan dalam
memahami masalah dari setiap persoalan yang diberikan.
i ii