xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen …………………………………...…..
75 Lampiran 2
RPP Kelas Kontrol …………………………………………… 80
Lampiran 3 LKS Kelas Eksperimen ……………………………………….
84 Lampiran 4
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah….. 112
Lampiran 5 Soal
Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ………………………………………….
117 Lampiran 6
Kunci Jawaban Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika………………………………………......
119 Lampiran 7
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ……... 125
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Instrumen ………………………………..
126 Lampiran 9
Hasil Uji Reliabilitas………………………………………….. 129
Lampiran 10 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ………………………………….
131 Lampiran 11
Hasil Uji Daya Beda Soal ……………………………………. 133
Lampiran 12 Langkah-langkah Perhitungan Validitas Tes Uraian………….
136 Lampiran 13
Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Uraian…... 138
Lampiran 14 Langkah-langkah Perhitungan Daya Beda Tes Uraian………..
139 Lampiran 15
Langkah-langkah Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Uraian…. 140
Lampiran 16 Rekapitulasi Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat
Kesukaran Kisi-kisi
Kemampuan Pmecahan
Masalah Matematika ………………………………............................
141 Lampiran 17
Soal Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika…………………………….……………………… 143
Lampiran 18 Hasil Post Test Kelas Eksperimen ……………………………
147 Lampiran 19
Hasil Post Test Kelas Kontrol ………………………………... 149
Lampiran 20 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ……………...............
151 Lampiran 21
Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol …………………………... 155
Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen………….
159 Lampiran 23
Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol…… ……
......... 160
xii
Lampiran 24 Perhitungan Uji Homogenitas …… …………………………..
161 Lampiran 25
Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ………………………....... 162
Lampiran 26 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari
Pearson…………...……………………………………………. 163 Lampiran 27
Luas dibawah Kurva Normal …………………………………. 166
Lampiran 28 Nilai Kritis Distribusi Khi Kuadrat Chi Square……………..
168 Lampiran 29
Nilai Kritis Distribusi F……………………………………….. 169
Lampiran 30 Nilai Kritis Distribusi t………………………………………...
170 Lampiran 31
Uji Referensi…………………………………………………... 171
Lampiran 32 Surat Pengajuan judul Skripsi…………………………………. 175
Lampiran 33 Surat Permohonan Izin Observasi……………………………..
176 Lampiran 34
Surat Permohonan Izin Penelitian…………………………… 177
Lampiran 35 Surat keterangan telah Melakukan Penelitian…………………
178
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal mutlak yang sangat penting bagi kehidupan, pada dasarnya pendidikan merupakan proses yang membantu manusia dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan mereka dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat mengangkat derajat mereka dalam kehidupan.
Pendidikan juga merupakan sebuah jembatan bagi manusia untuk mencapai kesuksesan ataupun dalam menggapai cita-cita.
Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini, matematika memiliki peranan yang sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya seseorang
tidak pernah lepas dari matematika. Seperti yang kita ketahui bersama dalam jenjang pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran wajib yang ada dari
jenjang pendidikan Sekolah Dasar SD sampai pada Sekolah Menengah Atas SMA, matematika juga merupakan mata pelajaran wajib yang diikutsertakan
dalam Ujian Nasional UN serta diujikan pada siswa yang akan memasuki Perguruan Tinggi Negeri PTN, bahkan pada saat seseorang ingin bekerja pada
suatu perusahaan pun matematika merupakan salah satu yang diujikan dalam tes masuk untuk syarat bekerja. Seperti yang dikutip oleh Bahrul Hayat dan Suhendra
Yusuf dalam buku Benchmark Internasional Mutu Pendidikan bahwa kebutuhan akan penguasaan matematika menjadi sangat penting karena berkaitan dengan
kemampuan untuk dapat berpartisipasi di masyarakat dan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan sehari-hari.
1
Pentingnya belajar matematika dikemukakan oleh Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman yang mengemukakan alasan perlunya belajar matematika
1
Bahrul Hayat dan Suhendra Yusuf, Benchmark Internasional Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 211.
karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari serta sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman.
2
Matematika merupakan ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lainnya, dengan adanya matematika maka ilmu-ilmu lain
yang ada di dunia ini dapat berkembang dengan pesat. Matematika juga merupakan alat bantu seseorang untuk memecahkan masalah sehari-sehari,
tentunya dengan mempelajari matematika, secara tidak langsung seseorang akan terlatih untuk dapat memecahkan masalah.
Pada dasarnya belajar matematika adalah belajar konsep, yang dimulai dari konsep yang sederhana hingga yang lebih tinggi. Sebagaimana yang
dikatakan Russel dalam Hamzah B.Uno dan Masri Kuadrat bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat
dikenal menuju arah yang tidak dikenal.
3
Dengan mempelajari konsep-konsep dalam matematika maka siswa akan terlatih untuk memahami konsep tersebut
sehingga akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Oleh karena itu siswa akan mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada
dalam matematika. Tugas seorang guru khususnya guru matematika saat ini adalah menangani
permasalahan bagaimana matematika bisa diterima siswa dengan baik dan dengan hati yang senang, sehingga tidak ada lagi yang beranggapan bahwa matematika
adalah pelajaran yang sangat menakutkan, mengingat pendidikan di Indonesia khususnya pada pelajaran matematika, Indonesia masih jauh tertinggal dari
negara-negara lainnya. Hal ini sejalan menurut laporan The Trends in International Matemathic and Science Study TIMSS, 2011 bahwa dari 42 negara
peserta TIMSS, peserta didik Indonesia berada pada urutan ke-38 untuk matematika
4
. Indonesia berada di urutan lima terbawah dalam kemampuan
2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003,h. 253.
3
Hamzah B. Uno, dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 108.
4
Towards Equity and Excellence Highlight from TIMSS 2011 The South African Perspective, 2012, h. 4
http:www.hsrc.ac.zauploadspageContent2929TIMSSHighlights2012Dec7final.pdf
mengatasi masalah secara matematis bahkan Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Artinya
kemampuan siswa di Indonesia untuk mengatasi masalah secara matematis masih sangat kurang.
Berdasarkan pengalaman mengajar peneliti, di kalangan pelajar banyak dijumpai siswa yang bisa menyelesaikan suatu soal matematika tertentu, tetapi
jika soal matematika tersebut berbeda dengan contoh yang diberikan guru banyak pula siswa yang tidak dapat mengerjakan soal matematika itu, sehingga sulit bagi
mereka untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat tidak rutin. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah matematika yang rendah. Data yang menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa juga didukung dari hasil penelitian yang dilakukan The National Assesment of Educational Progress NAEP yang menunjukkan bahwa
siswa sekolah dasar pada umumnya menghadapi kesulitan dalam menghadapi soal tidak rutin yang memerlukan analisis dan proses berpikir mendalam.
5
Kesulitan tersebut tampak pada pemahaman siswa terhadap soal. Sehingga untuk
menyelesaikan soal tersebut siswa terlebih dahulu membaca soal dengan teliti, menganalisis soal serta memahami apa yang telah diketahui dan apa yang harus
dicari, siswa harus mencari tahu bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menyelesaikan soal tersebut. Jika siswa tidak memahami soal dengan baik
maka penyelesaian soal bisa salah. Berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Babelan, peneliti memperoleh
keterangan bahwa dengan KKM 64 yang ditentukan dari sekolah, sebagian besar siswa masih memiliki nilai dibawah KKM. Masih banyak kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal, baik dari tugas sehari-hari maupun soal ulangan harian dan ulangan semester. Kemampuan siswa dalam memahami soal masih kurang, siswa
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang memerlukan pemikiran mendalam. Hal ini menunjukan bahwa masih rendahnya kemampuan mereka
5
Erman Suherman,dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA-UPI, 2002, h. 95.
dalam pemecahan masalah matematika. Selain itu masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran masih berpusat
pada guru. Sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran, fasilitas yang mendukung dalam pembelajaran juga masih sebatas pada buku paket serta
Lembar Kerja Siswa LKS. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika rendah sehingga kemampuan pemecahan masalah
matematikanya rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tidak lepas dari
proses pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika yang dikutip dari Triyanto bahwa proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya.
6
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut bukan semata-mata kesalahan siswa, tetapi guru pun berperan
didalamnya, sebagai seorang guru akan lebih baik jika guru menggunakan metode, strategi, ataupun model pembelajaran yang berbeda dalam mengajar
sehingga siswa tidak bosan dengan cara guru mengajar di dalam kelas, dengan begitu pula siswa dapat lebih menangkap maksud tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Dengan model pembelajaran yang tepat maka kemampuan pemecahan masalah matematika pun dapat meningkat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebagai alternatif dapat diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures CUPs. CUPs
pertama kali dikembangkan oleh Richard F.Gunstone dari Universitas Monash, Australia melalui Project For Enhanching Learning PEEL. Penerapan model
pembelajaran CUPs dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar baik secara kognitif dan sikap, dan dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa.
7
CUPs merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran Konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk dapat mengkonstruk
6
Triyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, cet.1, h. 1.
7
Gunstone, R. F., Structured Cognitive Discussion Senior High School Physics: Student and Teacher Perception, Australia: 2002, h. 542.