itu termasuk dalam unsur apa. Siswa terlihat tidak memahami soal yang diberikan. Pada bagian ii terlihat siswa mampu memahami masalah yang diberikan pada
soal, siswa menuliskan semua unsur yang diketahui dalam soal namun masih sulit dalam menerjemahkan apa itu panjang yang diketahui dalam soal.
Cara menjawab siswa kelas eksperimen
Gambar 4.7 Jawaban soal
post test nomor 3 i yang salah dan ii yang benar di kelas eksperimen
Pada Gambar 4.7, pada bagian i terlihat siswa mampu memahami masalah dalam soal yang diberikan, namun jika dilihat dari cara menuliskan unsur
yang diketahui tersebut siswa mengalikan kedua panjang yang diketahui. Pada bagian ii terlihat siswa mampu memahami masalah dalam soal dengan baik,
siswa menggunakan unsur-unsur yang diketahui dengan jelas dan tepat. Dilihat dari jawaban pada Gambar 4.6 dan 4.7, kemampuan memahami
masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, dalam proses pembelajarannya terjadi
aktifitas dimana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyampaikan gagasan atau pendapat mereka dalam suatu masalah sehingga terjalin komunikasi
dalam pembelajaran yang dapat memudahkan mereka dalam memahami masalah dalam setiap permasalahan yang diberikan. Berbeda dengan kelompok kontrol,
mereka hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dengan proses pembelajaran yang sedikit pasif sehingga mereka sedikit kesulitan dalam
memahami masalah dari setiap persoalan yang diberikan.
i ii
b. Menyelesaikan Masalah
Nilai yang diperoleh siswa dari soal post test untuk tahapan menyelesaikan masalah pada kelompok eksperimen sebesar 72,04 dan kelas kontrol sebesar
62,01. Sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa untuk tahapan
menyelesaikan masalah pada kelas eksperimen adalah 25,93 dan kelas kontrol 22,32. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan menyelesaikan masalah siswa
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol. Hasil penelitian diatas diperkuat oleh hasil jawaban post test yang
dikerjakan oleh siswa. Dibawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang dikerjakan
oleh siswa sebagai berikut: Soal nomor 4.
“Luas sebuah trapesium 60 cm
2
, tinggi 5 cm, dan panjang sisi sejajar yang satu tiga kali panjang sisi sejajar lainnya. Hitunglah panjang masing-masing sisi
sejajar tersebut ”. Soal tersebut adalah permasalahan dalam luas trapesium, yaitu untuk
mencari panjang sisi sejajar dari suatu trapesium yang luasnya telah diketahui. Dalam hal ini siswa harus mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan
menggunakan unsur-unsur yang diketahui pada soal dan menerapkannya dalam rumus yang ada sehingga menghasilkan pemecahan masalah yang benar.
Cara menjawab siswa kelas kontrol
Gambar 4.8 Jawaban soal
post test nomor 4 i yang salah dan ii yang benar di kelas kontrol
i ii
Pada Gambar 4.8, jawaban siswa dari kelas kontrol pada bagian i tidak tepat. Terlihat siswa tidak dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik,
dari cara memahami soal yang sangat kurang maka akan berpengaruh juga dalam menyelesaikan masalah tersebut. Jawaban soal post test pada bagian ii siswa
terlihat dapat menyelesaikan masalah dalam soal tersebut, hanya ada sedikit kesalahan dalam penulisan operasi hitung serta peletakan angka saat melakukan
operasi hitung. Cara menjawab siswa kelas Eksperimen
Gambar 4.9 Jawaban soal
post test nomor 4 i yang salah dan ii yang benar di kelas eksperimen
Pada Gambar 4.9, jawaban siswa pada kelas eksperimen pada bagian i di atas tampak bahwa siswa hanya mengetahui rumus yang ada tanpa bisa
menyelesaikan soal dengan baik. Sedangkan jawaban siswa pada bagian ii, siswa bisa menyelesaikan soal dengan baik dan tepat. Siswa mengetahui rumus
yang ada serta menggunakan semua unsur yang diketahui untuk menyelesaikan soal tersebut.
Dilihat dari jawaban pada Gambar 4.8 dan 4.9, kemampuan meyelesaikan masalah siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini terlihat
dari cara matematis siswa dalam menyelesaikan masalah pada kedua kelas tersebut. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa kelas eksperimen
i ii
terbiasa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, sehingga ketika dihadapi dengan permasalahan yang ada dalam soal mereka lebih mudah dalam
menyelesaikannya. Sedangkan pada kelompok kontrol mereka hanya terbiasa dengan soal yang sesuai dengan rumus yang ada, sehingga ketika dihadapkan
dengan soal yang berbeda mereka kesulitan dalam menyelesaikannya.
c. Menjawab Masalah
Nilai yang diperoleh siswa dari soal post test untuk tahapan menjawab masalah pada kelompok eksperimen sebesar 54,81 dan kelas kontrol sebesar
45,80. Sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa untuk tahapan menjawab masalah pada kelas eksperimen adalah 9,87 dan kelas kontrol 8,24. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tahapan menjawab masalah siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol.
Hasil penelitian diatas diperkuat oleh hasil jawaban post test yang dikerjakan oleh siswa. Dibawah ini merupakan jawaban salah satu siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang dikerjakan oleh siswa sebagai berikut.
Soal nomor.5. “ Seorang petani mempunyai sebidang tanah berukuran panjang 24 m dan lebar
15 m. Tanah tersebut akan dibuat sebuah kolam berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal-diagonalnya berturut-turut 9 m dan 12 m, sedangkan sisanya
akan ditanami pohon pisang. Berapakah luas tanah yang ditanami pohon pisang?”.
Soal tersebut adalah permasalahan dalam luas belah ketupat dan luas persegi panjang. Dalam soal ini siswa harus memahami dengan teliti
permasalahan yang dihadapi, menggunakan unsur-unsur yang diketahui dalam soal, sehingga siswa mampu menjawab soal tersebut dengan benar.
Pada Gambar 4.10, jawaban siswa di kelas kontrol pada bagian i tampak bahwa siswa tidak menjawab sama sekali. Sedangkan jawaban pada bagian ii
siswa menjawab dengan benar tetapi diselesaikan pada saat terakhir proses
perhitungan tanpa adanya satuan yang jelas serta tidak mengarah kepada pertanyaan yang diberikan.
Cara menjawab siswa kelas kontrol
Gambar 4.10 Jawaban soal
post test nomor 5 i yang salah dan ii yang benar di kelas kontrol
Cara menjawab siswa kelas eksperimen
Gambar 4.11 Jawaban soal
post test nomor 5 i yang salah dan ii yang benar di kelas eksperimen
Pada Gambar 4.11, jawaban siswa pada bagian i dari kelas eksperimen sudah benar namun siswa tidak tepat dalam menggunakan satuan untuk luas,
sedangkan pada bagian ii siswa terlihat sangat tepat dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan tepat dalam menggunakan satuan untuk luas.
i ii
i ii
Ditinjau dari hasil pekerjaan siswa pada Gambar 4.10 dan 4.11, kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas
eksperimen, selama proses pembelajaran siswa terbiasa untuk memahami masalah yang ada pada soal yang diberikan, mereka mampu membuat kesimpulan dari apa
yang telah dipelajari sehingga terlatih dalam menyelesaikan soal dengan baik serta mampu menjawab soal yang diberikan dengan tepat. Berbeda dengan kelas
kontrol, siswa hanya memahami apa yang diajarkan oleh peneliti tanpa mampu menggali kemampuan mereka dalam menghadapi masalah matematika yang
dihadapi sehingga mereka kesulitan dalam menjawab soal yang ada. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures CUPs pada pokok bahasan bangun datar segiempat, yang diterapkan di SMPN 1 Babelan memberikan dampak positif pada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiguna Wahyu 2010, dengan judul
penelitiannya “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
CUPs”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran Conceptual Understanding
Prosedures CUPs lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional, selain itu beberapa siswa menunjukkan respon positif terhadap model pembelajaran
Conceptual Understanding prosedures CUPs yang telah dilakukan karena mereka menganggap pembelajaran tersebut menyenangkan dan membuat siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta memudahkan mereka dalam memahami konsep matematika, dengan memahami konsep matematika maka
siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh
hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun
mempunyai keterbatasan diantaranya: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada mata pelajaran matematika khususnya
pada pokok bahasan bangun datar segiempat, sehingga belum dapat dilihat hasilnya pada pokok bahasan matematika lainnya.
2. Kemampuan berhitung siswa masih rendah sehingga cukup menghambat jalannya proses pembelajaran selama penelitian.
3. Sarana yang mendukung dalam proses pembelajaran masih kurang sehingga peneliti sedikit kesulitan dalam mengefisienkan waktu.
4. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sedangkan aspek lain
tidak dikontrol.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
CUPs terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di SMPN 1 Babelan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
CUPs memiliki nilai rata-rata 67,50. Nilai tahapan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang paling baik adalah pada tahapan
menyelesaikan masalah dengan nilai 72,04, tahapan memahami masalah dengan nilai 70,28 dan yang paling rendah adalah tahapan menjawab masalah
dengan nilai 54,81. 2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 59,64. Nilai tahapan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
paling baik adalah pada tahapan memahami masalah dengan nilai 62,91, tahapan menyelesaikan masalah dengan nilai 62,01 dan yang paling rendah
adalah tahapan menjawab masalah dengan nilai 45,80. 3. Nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelompok eksperimen adalah sebesar 67,50 dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok kontrol adalah
sebesar 59,64. Selisih dari nilai kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kedua kelas sebesar 7,86. Berdasarkan analisis dengan uji-t, diperoleh
hasil t-hitung sebesar 2,41 dan t-tabel pada taraf signifikansi 5 sebesar 2,00, maka nilai
berarti ditolak, artinya kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures CUPs lebih
tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures CUPs berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:
1 Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Conceptual Understanding prosedures CUPs mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran
matematika yang dapat diterapkan. 2 LKS sebagai bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai sumber informasi mengenai perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Guru dapat membuat LKS yang lebih menarik dan
konstruktif dalam berbagai pokok bahsan matematika lain. 3 Langkah kerja pada LKS harus dikomunikasikan kepada siswa secara jelas
dan terarah sehingga siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan baik. 4 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji seberapa besar
pengaruh masing-masing model pembelajaran Conceptual Understanding prosedures CUPs terhadap kemampuan berpikir matematik lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, Nahrowi dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, Bandung: UPI PRESS, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
D, Kloot
2003. CUPs
Guide [Online].
Tersedia :
http:www.education.monash.edu.auresearchgroupssmteprojectscupsc ups-guide.doc [27 November 2011].
George, W Cathcart, Learning Mathematics in Elementary and Middle Schools Fourth Edition, Toronto: Pearson Prentice Hall, 2004.
Gunstone, R. F., Structured Cognitive Discussion Senior High School Physics: Student and Teacher Perception, Australia: 2002.
Hayat, Bahrul, dan Suhendra Yusuf, Benchmark Internasional Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Huda, Miftahul, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Rosemata Sampurna,
2010. Mills, david, dkk., CUP-Cooperative Learning That Works, Australia: 1999.
Muhammad, Farouk dan Djaali, Metodologi Penelitian Sosial Bunga Rampai, Jakarta: Restu Agung, 2003.
Pribawanto, Herry Suryawan, Strategi Pemecahan Masalah Matematika, 2011, dalam
http:ebookbrowse.comstrategi-pemecahan-masalah-matematika- pdf-d33814193
Retno, Iin Indriawati, “Penerapan Metode Conceptual Understanding Procedures CUPs Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
PTK pada siswa kelas V sd”, 2009, Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tidak diterbitkan.
Rochmad, Skema Kognitif Pemecahan Masalah, Universitas Negeri Semarang, blog.unnes.ac.idrochmadfiles...ARTIKEL3-ROCHMAD-REVISI.pdf,
[14 Desember 2011]. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Bandung: Prenada, 2006.