penyakit kulit sebelumnya dengan meninggalkan bekas seperti kulit yang mengelupas, lecet, atau tergores dapat menjadi faktor predisposisi dermatitis
kontak hingga bahan kimia lebih mudah masuk ke dalam kulit. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tersebut diperkirakan karena
adanya pengaruh dari usia pvalue : 0.000, masa kerja pvalue : 0.000 riwayat atopi pvalue : 0.009 dan riwayat penyakit kulit sebelumnya pvalue
: 0.04 yang menyebakan tidak adanya hubungan antara frekuensi kontak dengan dermatitis kontak pada penelitian ini.
3. Hubungan Usia dengan Dermatitis Kontak
Usia adalah lama hidup pekerja terhitung sejak lahir sampai penelitian berlangsung yang diketahui melalui kuesioner. Hasil uji statistik pada tabel
5.4 menunjukkan bahwa usia memiliki nilai pvalue sebesar 0.000 yang dapat diartikan bahwa pada
=5 ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata usia pekerja adalah 35 tahun dengan usia termuda adalah 16 tahun dan usia tertua pekerja
adalah 65 tahun. Pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata usia pekerja yang mengalami dermatitis kontak adalah 41 tahun sedangkan rata-rata usia
pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah 31 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis kontak
adalah pekerja dengan rata-rata usia 41 tahun yaitu pekerja yang tergolong usia tua. Menurut Health Safety Executive 2000 dalam Suryani 2011,
kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun.
Kondisi kulit pekerja yang lebih tua cenderung lebih rentan karena fungsinya sudah menurun dibandingkan dengan kondisi kulit pekerja yang
lebih muda yang cenderung lebih sehat sehingga lebih berisiko terkena dermatitis kontak. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kulit manusia
mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini
memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Pada pekerja yang lebih tua terjadi
peningkatan kerentanan terhadap bahan iritan dan kegagalan dalam pengobatan, sehingga timbul dermatitis kontak Cronin, 1980. Pada pekerja
dengan usia yang lebih tua, ketebalan kulit pun semakin berkurang, sehingga lapisan kulit menipis dan menyebabkan mudahnya bahan kimia masuk ke
dalam lapisan kulit yang lebih dalam lagi. Pada industri meubel kayu, tidak adanya sistem penempatan dimana
pekerja yang lebih muda ditempatkan di tempat yang lebih berisiko dibanding pekerja yang lebih tua, sehingga risiko yang dihadapi pun sama.
Dengan risiko yang sama tetapi kondisi kulit yang berbeda, maka dapat menjadi alasan bahwa pekerja lebih tua yang lebih berisiko terkena dermatitis
kontak. Hal inilah yang menyebabkan adanya hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak.
Untuk mengurangi risiko dermatitis kontak, pengelola diharuskan untuk menyediakan sarana dan prasarana penunjang personal hygiene yang
baik. Peningkatan kesadaran pekerja terhadap personal hygiene juga perlu
dilakukan, seperti adanya poster-poster mengenai kebersihan. Setelah tersedianya sarana dan prasarana tersebut maka pekerja diwajibkan untuk
menggunakannya dengan baik sehingga risiko dermatitis kontak berkurang. Kemudian penyediaan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan sebagai
proteksi terhadap kontak langsung dengan bahan kimia juga diperlukan. Sarung tangan yang cocok untuk melindungi tangan dari bahan kimia adalah
sarung tangan vinyl dan neoprene Cholis, 1995. Pekerja juga diwajibkan untuk memakai sarung tangan yang telah disediakan dengan pertimbangan
sensitivitas masing-masing individu. Dengan penerapan pengendalian tersebut, diharapkan risiko dermatitis kontak berkurang.
4.
Hubungan Masa Kerja dengan Dermatitis Kontak
Masa kerja adalah kurun waktu atau lamanya responden bekerja sebagai pekerja meubel kayu sejak awal bekerja sampai penelitian
berlangsung. Hasil uji statistik pada tabel 5.4 diketahui masa kerja memiliki nilai pvalue sebesar 0.000 yang dapat diartikan bahwa pada
=5 ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis
kontak. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa rata-rata masa kerja pekerja
proses finishing meubel adalah 89 bulan 7 tahun 5 bulan. Masa kerja terpendek adalah 1 bulan dan masa kerja terlama adalah 360 bulan. Rata-rata
masa kerja pekerja proses finishing meubel cenderung lama yaitu 89 bulan 7tahun 5 bulan. Dengan rata-rata masa kerja selama 89 bulan 7 tahun 5
bulan maka dapat diasumsikan bahwa pekerja proses finishing meubel telah
lama melakukan kontak dengan bahan kimia sehingga risiko dermatitis kontak pun meningkat.
Pekerja dengan masa kerja yang lebih lama cenderung memiliki frekuensi kontak dan lama kontak yang lebih sering dibanding dengan
pekerja yang baru. Seperti yang dikatakan oleh Djuanda dan Sularsito 2007, semakin sering pekerja menglami kontak dengan bahan kimia, maka semakin
tinggi kesempatan untuk mengalami dermatitis kontak serta meningkatkan keparahan penyakitnya.
Pekerja dengan masa kerja yang lebih lama merupakan pekerja dengan usia yang lebih tua, maka dari itu risiko dermatitis meningkat karena
kondisi kulit pekerja yang lebih tua telah menurun dibanding dengan pekerja yang lebih muda. Sesuai dengan teori Cohen 1999 bahwa kulit manusia
mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini
memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis. Hal tersebutlah yang menyebabkan bahwa pekerja
dengan masa kerja yang lama memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap dermatitis kontak dibanding dengan pekerja yang baru.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk pekerja proses finishing meubel kayu adalah dengan mengurangi lama kontak kulit dengan bahan
kimia. Akan tetapi mengingat bahwa jam kerja pekerja tidak teratur serta adanya sistem kerja borongan, maka pengurangan lama kontak tidak bisa
dilakukan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah pengelola dianjurkan untuk
menyediakan sarana dan prasarana personal hygiene yang dibutuhkan pekerja. Kemudian pekerja diharuskan untuk selalu menjaga personal
hygiene yang baik dibawah pengawasan pengelola yaitu dengan mencuci bagian tubuh yang terkena bahan kimia dengan sabun menggunakan cara
yang benar setelah melakukan tiap proses finishing agar bahan kimia tidak melekat terus di kulit sehingga meningkatkan risiko dermatitis kontak.
Pengelola juga dianjurkan untuk menyediakan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan vinyl dan neoprene untuk pekerja. Setelah
tersedia, maka pekerja diwajibkan untuk menggunakannya agar terhindar dari kontak langsung antara bahan kimia dengan kulit pekerja. Pekerja yang selalu
menggunakan sarung tangan dengan tepat akan menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja baik jumlah maupun lama perjalanan
dermatitis kontak Susanti, 2010.
5. Hubungan Riwayat Alergi dengan Dermatitis Kontak