kontak. Sedangkan dari 57 orang pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi, terdapat 19 orang 33.3 yang mengalami dermatitis kontak dan 38 orang
66.7 yang tidak mengalami dermatitis kontak. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai pvalue variabel riwayat alergi adalah sebesar 0.093
yang dapat diartikan bahwa pada
=5 tidak ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing
meubel kayu di wilayah Ciputat Timur tahun 2012.
6. Hubungan Antara Riwayat Atopi dengan Kejadian Dermatitis Kontak
pada Pekerja Proses Finishing Meubel Kayu di Wilayah Ciputat Timur
Tahun 2012.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 32 orang pekerja yang memiliki riwayat atopi, terdapat 19 orang 59.4 yang mengalami
dermatitis kontak dan 13 orang 40.6 yang tidak mengalami dermatitis kontak. Sedangkan dari 50 orang pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi,
terdapat 14 orang 29.8 yang mengalami dermatitis kontak dan 36 orang 70.2 yang tidak mengalami dermatitis kontak. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa nilai pvalue variabel riwayat atopi adalah sebesar 0.009 yang dapat diartikan bahwa pada
=5 ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing meubel kayu
di wilayah Ciputat Timur tahun 2012.
7. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya dengan
Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Proses Finishing Meubel
Kayu di Wilayah Ciputat Timur Tahun 2012.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 58 orang pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya, terdapat 28 orang 48.3
yang mengalami dermatitis kontak dan 30 orang 51.7 yang tidak mengalami dermatitis kontak. Sedangkan dari 24 orang pekerja yang tidak
memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya, terdapat 5 orang 20.8 yang mengalami dermatitis kontak dan 19 orang 79.2 yang tidak mengalami
dermatitis kontak. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai pvalue variabel riwayat penyakit kulit sebelumnya adalah sebesar 0.040 yang dapat
diartikan bahwa pada
=5 ada hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing
meubel kayu di wilayah Ciputat Timur tahun 2012.
89
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain study
cross sectional. Dengan desain study cross sectional, penelitian dilakukan pada satu waktu tertentu sehingga tidak dapat menentukan hubungan sebab
akibat. Akan tetapi hanya mampu menjelaskan hubungan antar variabel. 2.
Penentuan diagnosis dermatitis kontak dilakukan dengan pemeriksaan fisik oleh dokter, dimana dokter memeriksa melalui gambaran umum tanda dan
gejala yang dialami oleh pekerja tanpa menggunakan uji tempel yang merupakan uji untuk memperkuat kejadian dermatitis kontak. Hal tersebut
disebabkan karena adanya ketebatasan biaya dan waktu penelitian. 3.
Penelitian ini tidak melakukan uji konsentrasi bahan kimia yang digunakan karena beragamnya jenis bahan kimia yang digunakan pada proses finishing
meubel sehingga sulit untuk menentukan bahan kimia mana yang menyebabkan kejadian dermatitis kontak. Hal tersebut juga disebabkan oleh
keterbatasan biaya dan waktu penelitian. 4.
Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh ingatan dan kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan terkait variabel lama kontak, frekuensi kontak,
riwayat alergi, riwayat atopi, dan riwayat penyakit kulit sebelumnya dalam kuesioner penelitian.