semakin sering pekerja mengalami kontak dengan bahan kimia, maka semakin tinggi kesempatan untuk mengalami dermatitis kontak serta
meningkatkan keparahan penyakitnya. Kemudian diketahui pula dari 19 orang pekerja yang mengalami
dermatitis kontak dan tidak memiliki riwayat alergi, terdapat 14 orang 73.7 memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Sehingga meskipun
pekerja tidak memiliki riwayat alergi akan tetapi pekerja memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya yang menyebabkan terkikisnya lapisan epidermis
kulit dan menimbulkan bekas kerusakan pada kulit, maka pekerja tersebut memliki risiko yang lebih tinggi karena sistem perlindungan kulit telah
menurun dan mempermudah jalan masuknya bahan kimia ke dalam kulit Jeyaratnam Koh, 1996.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tersebut diperkirakan karena adanya pengaruh dari usia pvalue : 0.000, masa kerja pvalue : 0.000 dan
riwayat penyakit kulit sebelumnya pvalue : 0.04 yang menyebakan tidak adanya hubungan antara frekuensi kontak dengan dermatitis kontak pada
penelitian ini.
6. Hubungan Riwayat Atopi dengan Dermatitis Kontak
Atopi merupakan suatu reaksi yang tidak biasanya, berlebihan hipersensitivitas dan disebabkan oleh paparan benda asing yang terdapat
didalam lingkungan kehidupan. Sindrom atopik disini meliputi dermatitis atopik DA, rhinitis alergi, asma bronkiale. Hasil uji statistik variabel
riwayat atopi menunjukkan bahwa nilai pvalue variabel riwayat atopi adalah
sebesar 0.009 yang dapat diartikan bahwa pada
=5 ada hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak.
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa pekerja yang memiliki riwayat atopi sebanyak 32 orang 39 dan pekerja yang tidak memiliki riwayat
atopi adalah sebanyak 50 61. Pada tabel tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 32 orang pekerja yang memiliki riwayat atopi, terdapat 19 orang 59.4
yang mengalami dermatitis kontak dan 13 orang 40.6 orang yang tidak mengalami dermatitis kontak. Sedangkan dari 50 orang pekerja yang tidak
memiliki riwayat atopi, terdapat 14 orang 29.8 yang mengalami dermatitis kontak dan 36 orang 70.2 yang tidak mengalami dermatitis
kontak. Proporsi pekerja yang memiliki riwayat atopi dan mengalami
dermatitis kontak 59.4 lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki riwayat atopi dan tidak mengalami dermatitis kontak 40.6.
Kemudian proporsi pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi dan tidak memiliki dermatitis kontak 70.2 juga cukup tinggi. Maka dapat
disimpulkan bahwa pekerja yang memiliki riwayat atopi lebih berisiko terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki
riwayat atopi. Riwayat atopi merupakan salah satu faktor predisposisi dari
dermatitis kontak. Atopi merupakan suatu reaksi yang tidak biasanya, berlebihan hipersensitivitas dan disebabkan oleh paparan benda asing yang
terdapat didalam lingkungan kehidupan manusia yang bersifat familial atau
turunan Harijono, 2006 dalam Indriani, 2010. Dalam penelitian ini, riwayat atopi berhubungan secara signifikan dengan dermatitis kontak. Hal tersebut
sesuai dengan pernyatan Sularsito 2007 yang menyatakan bahwa seseorang yang telah memiliki riwayat atopik akan lebih mudah terkena dermatitis
kontak dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopik. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah, pengelola menyediakan
sarana dan prasarana personal hygiene yang baik. Kemudian pekerja diharuskan untuk menjaga personal hygiene dengan menggunakan sarana
dan prasarana yang tersedia. Pengelola juga harus melakukan pengawasan terhadap perilaku personal hygiene pekerja. Kemudian penyediaan alat
pelindung diri berupa sarung tangan vinyl dan neoprene untuk pekerja dan mengawasi pekerja untuk selalu menggunakan sarung tangan tersebut
sebagai proteksi kulit dari bahan kimia. Hal tersebut guna memperkecil risiko timbulnya dermatitis kontak.
7. Hubungan Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya dengan Dermatitis