Orang dengan riwayat atopi memiliki tubuh dengan hipersensitivitas yang tinggi jika terkena paparan benda asing di lingkungannya Harijono,
2006, karena hal tersebutlah pekerja dengan riwayat atopi memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap dermatitis kontak. Kemudian.adanya riwayat
penyakit kulit sebelumnya menyebabkan fungsi perlindungan kulit menurun karena adanya kerusakan pada kulit. Menurut Jeyaratnam Koh 1996
pekerja yang pernah mengalami riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan meninggalkan bekas seperti kulit yang mengelupas, lecet, atau tergores dapat
menjadi faktor predisposisi dermatitis kontak sehingga bahan kimia lebih mudah masuk ke dalam kulit. Jadi jika pekerja memiliki riwayat penyakit
kulit sebelumnya dan melakukan kontak dengan bahan kimia, meskipun sebentar akan dapat menyebabkan timbulnya dermatitis kontak.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tersebut diperkirakan karena adanya pengaruh dari riwayat atopi pvalue : 0.009 dan riwayat penyakit
kulit sebelumnya pvalue : 0.04 menyebakan tidak adanya hubungan antara lama kontak dengan dermatitis kontak pada penelitian ini.
2. Hubungan Frekuensi Kontak dengan Dermatitis Kontak
Frekuensi kontak merupakan jumlah berapa kalinya responden kontak dengan bahan yang menyebabkan dermatitis kontak di tempat kerja dalam
hitungan xkali. Hasil uji statistik pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa variabel frekuensi kontak memiliki nilai pvalue sebesar 0.304 yang dapat
diartikan bahwa pada
=5 tidak ada hubungan antara frekuensi kontak
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing meubel kayu di wilayah Ciputat Timur tahun 2012.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhdiat 2006 yang menyatakan adanya hubungan antara frekuensi
kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan proporsi pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuen
si kontak ≥5 kalihari sebesar 96.3, sedangkan proporsi pekerja yang mengalami dermatitis kontak
dengan frekuensi kontak 5 kalihari adalah sebesar 79.4. Hasil penelitian Ruhdiat 2006 menyatakan bahwa pekerja dengan frekuensi kontak lebih
banyak maka akan lebih berisiko terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja dengan frekuensi kontak yang lebih sedikit.
Terjadinya dermatitis kontak akibat kerja sebagian besar karena kontak dengan bahan kimia yang dipengaruhi oleh faktor lamanya kontak
dan frekuensi kontak. Semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit maka akan semakin luas dan dalam penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit,
yang akan mencetuskan reaksi peradanganiritasi kulit yang lebih luas dan berat Agius R, 2004; Cohen dan Rice R.H, 2004. Jika pekerja kontak
dengan bahan kimia yang sedikit jumlahnya tetapi dengan frekuensi kontak yang lebih banyak, maka akan beresiko mengalami dermatitis dengan luas
dan berat yang lebih. Frekuensi kontak pekerja proses finishing meubel kayu berbeda-beda
satu sama lainnya, karena sistem kerja yang dilakukan di meubel kayu berbeda-beda ada yang terkait dengan jam kerja yang ditetapkan ada juga
yang bekerja secara suka-suka. Umumya pekerja bekerja secara borongan tergantung pesanan konsumen, sehingga ada saatnya pekerja sering kontak
dengan bahan kimia, dan ada kalanya pekerja jarang kontak dengan bahan kimia yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa rata-rata frekuensi kontak pekerja proses finishing meubel dengan bahan kimia pada tabel 5.2
adalah sebesar 4 kalihari dengan frekuensi kontak minimum 2kalihari dan maksimum 8 kalihari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi
kontak pekerja tidak sering bahkan cenderung jarang jika mengacu pada kategori dalam penelitian Ruhdiat 2006. Pada dasarnya diketahui bahwa
pekerja dengan frekuensi kontak yang jarang lebih rendah risikonya dibandingkan dengan pekerja dengan frekuensi kontak yang sering.
Dalam penelitian ini, pekerja dengan frekuensi kontak yang lebih jarang belum tentu lebih rendah risikonya terhadap dermatitis kontak. Hal ini
disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi dermatitis kontak. Salah satunya adalah faktor usia pvalue : 0.000. Dalam penelitian
ini diketahui bahwa rata-rata usia pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak ≤ 4 kalihari adalah 40 tahun. Menurut Health
Safety Executive 2000 dalam Suryani 2011 kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun. Terkait dengan tekstur kulitnya
pekerja yang berusia tua lebih berisiko terkena dermatitis kontak karena fungsi perlindungan kulit yang semakin menurun dan kecenderungan
menipisnya lapisan luar kulit pada usia tua yang memudahkan penetrasi bahan kimia ke dalam kulit Cohen, 1999.
Kemudian jika ditinjau dari faktor masa kerja pvalue : 0.000, diketahui bahwa rata-rata masa kerja pekerja yang mengalami dermatitis
kontak dengan frekuensi kontak ≤ 4 kalihari adalah 124 bulan 10 tahun 4 bulan. Jika frekuensi kontak pekerja sedikit tetapi masa kerjanya lebih lama
maka pekerja akan mengalami kontak dengan bahan kimia yanglebih lama pula sehingga meningkatkan risiko dermatitis kontak karena bahan
kimiamasuk dan menempel pada kulit lebih lama. Menurut Djuanda dan Sularsito 2007, semakin sering pekerja mengalami kontak dengan bahan
kimia, maka semakin tinggi kesempatan untuk mengalami dermatitis kontak serta meningkatkan keparahan penyakitnya.
Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah riwayat atopi pvalue : 0.009 dan riwayat penyakit kulit sebelumnya pvalue : 0.04.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari 21 orang pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak ≤ 4 kalihari,
didapatkan 13 orang 61.9 memiliki riwayat atopi dan 17 orang 81 memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Orang dengan riwayat atopi
memiliki tubuh dengan hipersensitivitas yang tinggi jika terkena paparan benda asing di lingkungannya Harijono, 2006, karena hal tersebutlah
pekerja dengan riwayat atopi memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap dermatitis kontak. Demikian pula dengan riwayat penyakit kulit sebelumnya,
menurut Jeyaratnam Koh 1996 pekerja yang pernah mengalami riwayat
penyakit kulit sebelumnya dengan meninggalkan bekas seperti kulit yang mengelupas, lecet, atau tergores dapat menjadi faktor predisposisi dermatitis
kontak hingga bahan kimia lebih mudah masuk ke dalam kulit. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tersebut diperkirakan karena
adanya pengaruh dari usia pvalue : 0.000, masa kerja pvalue : 0.000 riwayat atopi pvalue : 0.009 dan riwayat penyakit kulit sebelumnya pvalue
: 0.04 yang menyebakan tidak adanya hubungan antara frekuensi kontak dengan dermatitis kontak pada penelitian ini.
3. Hubungan Usia dengan Dermatitis Kontak