agar punggung selalu kering, setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai.
5 Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap penderita
yang mempunyai riwayat urtikaria dadakan, karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis.
6 Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas.
Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal Bantas,
2009. Materi Presentasi Mata Ajar Anatomi Fisiologi.
7. Epidemiologi Dermatitis Kontak
Di Amerika Serikat, 90 klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokter kulit
akibat dermatitis adalah sebesar 4-7. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji tempel sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak lebih
tinggi dari pada Amerika. Biro Statistik Amerika Serikat 1988 menyatakan bahwa penyakit kulit menduduki sekitar 24 dari seluruh penyakit akibat
kerja yang dilaporkan Lestari dkk, 2007. Sedangkan di Jerman, angka insiden dermatitis kontak iritan adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana
insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut 46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya, tukang roti dan tukang masak Hogan, 2009.
Di Indonesia laporan dari Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unsrat Manado dari tahun 1988-1991 menujukkan insiden dermatitis kontak
sebesar 4.45. Di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992 dijumpai insiden dermatitis kontak sebanyak 17.76.
Sedangkan di RS. Dr. Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak pada tahun 1992 sebanyak 37.54 tahun 1993 sebanyak 34.74 dan tahun 1994
sebanyak 40.05. Dari data kunjungan pasien baru di RS. Dr. Pringadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897 pasien baru di poliklinik alergi
dengan 1193 pasien 30.61 dengan diagnosis dermatitis kontak Nasution dkk, 1994 dalam Sumantri dkk, 2008.
Dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien 30.40 menderita dermatitis kontak. Walaupun
demikian, kasus dermatitis kontak sebenarnya diperkirakan 10-50 kali lipat dari data statistik yang terlihat karena adanya kasus yang tidak dilaporkan.
Selain itu perkiraan yang lebih besar tersebut juga diakibatkan oleh semakin meningkatnya perkembangan industri Keefner, 2004 dalam Sumantri dkk,
2008 Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka hipersensitif. Dermatitis kontak iritan timbul pada 80 dari
seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis konta alergik hanya berkisar 10-20 Keefner, 2004, dalam Sumantri dkk, 2008. Di Jerman,
angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden tertinggi
ditemukan pada penata rambut 46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya, tukang roti dan tukang masak Hogan, 2009.
Berdasarkan jenis kelamin, dermatitis kontak iritan secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi
ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik Hogan, 2009. Angka kejadian dermatitis kontak alergik yang terjadi
akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan mencapai 25 dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja DKAK Trihapsoro, 2003. Angka
kejadian ini sebenarnya 20-50 kali lebih tinggi dari angka kejadian yang dilaporkan National Institute of Occupational Safety and Health, 2006.
Data dari balai hiperkes yang sejak tahun 2005 menjadi pusat keselamatan kerja dan hiperkes, menunjukkan hampir 90 penyakit kulit
akibat kerja adalah dermatitis kontak akibat kerja Utomo, 2007. Pada sub bagian alergi imunologi bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta, insidens dermatitis kontak akibat kerja pada tahun 1996 adalah 50 kasustahun atau 11.9 dari seluruh dermatitis kontak
Effendi, 1997. Utama Wijaya 1972 menemukan 23,75 dari pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja,
sementara Raharjo 1982 hanya menemukan 1,82 Siregar, 1996. Lestari dkk 2007 menemukan melalui penelitiannya bahwa 48.8 39 orang
pekerja body pressing dan chasis mobil mengalami kejadian dermatitis kontak. Kemudian berdasarkan penelitian Nuraga dkk 2008, sebanyak 74
40 orang pekerja industri otomotif yang menggunakan bahan kimia mengalami dermatitis.
Penelitian yang dilakukan pada pekerja penebang kayu di Palembang, 30 pekerja mengalami dermatitis kontak dan 11,8 pekerja perusahaan
kayu lapis di Palembang menderita dermatitis kontak Siregar, 1996. Laporan dari poliklinik perusahaan pembuatan triplek plywood di
Kalimantan, menemukan 10 pekerjanya mengalami penyakit kulit akibat kerja. Sedangkan hasil penelitian Astono Sudardja 2002 yang dilakukan
pada pekerja industri plywood di Kalimantan Selatan, menemukan bahwa 35 696 orang dari 2000 sampel mengalami penyakit kulit, dan 21,3148
orang diantaranya mengalami dermatitis kontak.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak