52 berhubungan dengan kebisaan makan. Ikan kerapu memiliki sel kon ganda yang
dominan yang tersusun membentuk mosaik memiliki ketajaman mata yang kuat agar mampu menangkap makanan dan menandakan ikan ini sangat intensif
menggunakan penglihatannya dan mampu membedakan warna. Susunan mosaik dapat berubah pada satu individu bergantung habitatnya Fujaya 2002; Herring et
al . 1990.
3.4.3 Densitas fotoreseptor
Data mengenai densitas sel kon dihubungkan dengan panjang tubuh BL secara regresi Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin panjang ukuran tubuh
maka densitas sel kon cenderung menurun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tamura 1957 yang menyatakan bahwa densitas sel kon akan tetap sama
sepanjang hidupnya dan yang berubah adalah diameter lensa mata yang mengikuti pertumbuhan tubuh. Sel kon menurun jumlahnya karena volume sel kon
membesar seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila dibandingkan dengan ikan karang lain yang hidup pada kedalaman
100 m, seperti ikan kakap merah Lutjanus sebae yang memiliki densitas sel kon berkisar antara 80-112 per luasan 0,01 mm
2
, ikan beronang Siganus javus yang memiliki densitas sel kon berkisar 99-125 per luasan 0,01 mm
2
Salma 2008, ikan kepe-kepe yang memiliki densitas sel kon berkisar 200-541 per luasan 0,12
mm
2
Razak 2005 dan Sebastes schlegeli yang memiliki densitas sel kon berkisar 92-172 per luasan 0,1 mm
2
Torisawa et al. 2002, maka ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki densitas sel kon yang berada pada kisaran ikan kakap
merah, beronang, kepe-kepe, dan Sebastes schlegeli. Berdasarkan hasil penelitian Tamura 1957, kelompok Serranidae E.
septemfasciatus , E. chlorostigma, Lateniabrax japonicus dan Malakichthys
wakiyae memiliki kisaran nilai densitas sel kon 242-1050 per luasan 0,1 mm
2
untuk panjang tubuh 90-180 mm. Kisaran nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kisaran densitas sel kon pada ikan kerapu macan dan kerapu karet.
Densitas sel kon pada ikan karang menggambarkan kondisi adaptasi ekologi mata. Ikan karang diurnal memiliki kisaran densitas sel kon yang lebih besar
dibandingkan ikan karang nokturnal. Sebagai contoh pada ikan karang diurnal ,
53 ikan kepe-kepe dan beronang memiliki kisaran nilai densitas sel kon 200-541 per
luasan 0,12 mm
2
dan 99-125 per luasan 0,01 mm
2
, ikan karang nocturnal ikan kakap merah dan Sebastes schlegeli memiliki kisaran densitas 80-112 per luasan
0,01 mm
2
dan 92-172 per luasan 0,1 mm
2
. Ikan kerapu termasuk kelompok crepuscular
memiliki kisaran densitas paling kecil dibandingkan kelompok ikan diurnal dan nokturnal. Kelompok ikan crepuscular mempunyai kebiasaan makan
pada siang hari dan malam hari, namun lebih aktif lagi pada waktu fajar dan senja hari atau ikan yang aktif di antara waktu siang dan malam hari Indonesian Coral
Reef Foundation 2004 dan Herring et al. 1990.
3.4.4 Sumbu penglihatan v isual axis