26 Terdapat enam tahap perilaku ikan yang dapat dikenali saat pengoperasian
alat tangkap bubu, yaitu arousal, location, tingkah laku di sekitar bubu, masuk dalam bubu ingress, aktivitas di dalam bubu, dan melarikan diri Furevik 1994.
Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa untuk pengoperasian bubu dengan menggunakan umpan, arousal dan location merupakan dua tahap dalam tingkah
laku ikan saat mengarah ke umpan, sedangkan tahap yang lain tidak begitu penting dalam penangkapan ikan dengan menggunakan bubu karena ketika ikan
memakan umpan yang dipasang berarti ikan tersebut terperangkap. Beberapa alasan yang menyebabkan ikan menjadi lebih tertarik masuk
dalam bubu ialah gerakan acak dari ikan, adaptasi ikan sebagai tempat tinggal atau tempat berlindung, keingintahuan ikan, tingkah laku sosial antarspesies atau
adanya predator. Hal tersebut yang menjadikan dasar dalam mekanisme pengoperasian bubu tanpa umpan Furevik 1994. Rangsangan kimia dari mangsa
menjadikan alasan yang penting untuk efisiensi penangkapan pada bubu yang menggunakan umpan maupun yang tidak menggunakan umpan Hara 1993.
Bubu tanpa umpan yang direndam sekitar satu minggu di perairan, biasanya ditempeli oleh ganggang cokelat Phaeophyceae dan ganggang hijau
Chlorophyceae. Adanya ganggang tersebut diduga menjadi daya tarik bagi kelompok ikan herbivor untuk datang dan mengkonsumsi ganggang tersebut
Monintja et al. 1992 Bubu dengan menggunakan umpan, biasanya ikan mendekati bubu dari
posisi bawah ketika aroma dari umpan telah menyebar. Ditemukan hampir 90 ikan haddock Melanogrammus aeglefinus mendekati bubu berumpan dari posisi
atas Furevik 1994, sedangkan untuk bubu tanpa menggunakan umpan, posisi ikan saat mendekati bubu dari segala arah.
2.9 Alat Tangkap Bubu dan Efektivitasnya
Bubu perangkap adalah alat tangkap yang umumnya berbentuk kurungan. Ikan dapat masuk dengan mudah tanpa adanya paksaan, tetapi ikan tersebut akan
sukar keluar karena terhalang pintu masuknya yang berbentuk corong non-return device
Brandt 1984.
27 Bubu dalam berbagai macam ukuran dan bentuk banyak digunakan pada
berbagai lokasi, terutama daerah karang Martasuganda 2003. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa bentuk bubu sangat beraneka ragam, antara lain ada yang
berbentuk segi empat, trapesium, silinder, lonjong, bulat setengah lingkaran, dan persegi panjang. Bentuk bubu biasanya disesuaikan dengan ikan yang akan
dijadikan target tangkapan sama. Terkadang bentuk bubu yang dipakai biasa juga berbeda bergantung pada kebiasaan atau pengetahuan nelayan yang
mengoperasikan. Secara umum bubu terdiri atas bagian badan body, mulut funnel atau ijeb
dan pintu masuk. Badan berupa rongga sebagai tempat ikan terkurung. Mulut bubu merupakan pintu ikan masuk dan tidak dapat keluar. Umumnya berbentuk
seperti corong. Pintu bubu untuk mengambil hasil tangkapan dari dalam badan bubu Subani dan Barus 1989.
Metode pengoperasian untuk semua jenis bubu pada umumnya hampir sama, yaitu dipasang di daerah penangkapan yang sudah diperkirakan banyak hidup ikan
yang akan dijadikan target tangkapan Martasuganda 2003. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa lama perendaman bubu di perairan ada yang hanya
direndam beberapa jam, ada yang direndam satu malam, ada juga yang direndam sampai tiga hari tiga malam dan bahkan ada yang direndam sampai tujuh hari
tujuh malam. Bubu dioperasikan di dasar perairan dengan umpan sebagai pemikat mangsa.
Hasil tangkapan bubu berkualitas tinggi dan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup Martasuganda 2003. Ikan yang banyak tertangkap oleh bubu adalah ikan
kue caranx spp, beronang Siganus spp, kerapu Epinephelus spp, kakap Lutjanus spp, kakatua Scarus spp, ekor kuning Caesio spp, ikan kaji
Diagramma spp, dan lencam Lethrinus spp Subani dan Barus 1988. Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil yang telah dicapai terhadap suatu
tujuan. Efektivitas Ef sama dengan hasil yang telah dicapai atau telah didapatkan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam persen
Gibson et al. 1990. Efektivitas dapat pula diartikan sebagai perbandingan antara hasil dengan tujuan dalam persen. Apabila nilai efektivitasnya di atas 100 maka
dapat dikatakan cukup efektif, apabila nilai efektivitasnya di bawah 100 dapat
28 dikatakan kurang efektif. Dengan kata lain, efektivitas sama dengan hasil yang
telah dicapai atau telah didapatkan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam persen.
Pengertian efektivitas pada alat tangkap adalah suatu kemampuan alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimum sesuai dengan tujuan
penangkapan. Tujuan penangkapan yang dimaksud harus mengacu dari usaha menjaga keberlangsungan sumber daya ikan, yaitu operasi penangkapan dengan
mempertimbangkan faktor keramahan terhadap lingkungan yang sesuai dengan Code of Conduct for Responssible Fisheries
. Menurut Baskoro et al. 2006, nilai efektivitas pada alat tangkap dikategorikan tiga, yaitu apabila nilainya kurang dari
50 dapat dikatakan alat tangkap tersebut efektivitasnya rendah, nilai 50-80 dikatakan alat tangkap yang cukup efektivitasnya dan nilai 80-100 dikatakan
alat tangkap yang efektivitasnya tinggi. Menurut Friedman 1988, bahwa hasil tangkapan suatu alat tangkap
dipengaruhi efektivitas alat dan efisiensi cara operasi. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa efektivitas alat tangkap secara umum bergantung pada faktor-faktor, antara
lain parameter alat tangkap itu sendiri rancang bangun dan konstruksi, pola tingkah laku ikan, ketersediaan atau kelimpahan ikan, dan kondisi oseanografi.
Dapat diartikan bahwa dalam menentukan efektivitas jenis alat tangkap tertentu harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.
3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU
3.1 Pendahuluan