Metode penelitian Pengumpulan data Perbedaan jumlah tangkapan

138

7.2.2 Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah eksperimental penangkapan experimental fishing dengan rancangan acak lengkap RAL faktor. Penelitian ini menggunakan dua faktor yang mempengaruhi percobaan, yaitu jenis umpan dan waktu pemasangan bubu soaking time. Masing-masing faktor mempunyai taraf, yaitu: 1 Faktor pertama jenis umpan a. Taraf 1 a1 : umpan ikan rucah b. Taraf 2 a2 : umpan udang c. Taraf 3 a3 : umpan gonad bulu babi d. Taraf 4 a4 : umpan buatan jenis B e. Taraf 5 a5 : umpan buatan jenis D Penentuan buatan jenis B dan jenis D yang digunakan untuk uji coba di lapangan didasarkan pada hasil pengamatan terhadap rata-rata waktu respons yang paling cepat pada uji coba ikan kerapu skala laboratorium 2 Faktor kedua waktu pemasangan bubu soaking time a. Taraf 1 b1 : pemasangan siang waktu setting pada pagi hari dan hauling pada sore hari b. Taraf 2 b2 : pemasangan malam waktu setting pada sore hari dan hauling pada pagi hari Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah 1. Perlakuan jenis umpan diacak tanpa memilih bubu mana yang akan dipasang. 2. Lokasi dan kedalaman pemasangan bubu sama untuk semua perlakuan. 3. Faktor eksternal lingkungan, seperti angin, arus, dan musim diabaikan. 4. Lama waktu perendaman pada saat operasi dianggap sama. 139 Peta lokasi penelitian operasi penangkapan ikan kerapu dapat dilihat pada Gambar 73. 7.2.3 Penangkapan ikan kerapu 7.2.3.1 Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan selama penelitian di lapangan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Peralatan yang digunakan selama penelitian di lapangan No Alat Kegunaan 1 Unit penangkapan bubu tambun Alat penangkap ikan kerapu 2 Peralatan tulis Mencatat data lapangan 3 Buku identifikasi Mengidentifikasi hasil tangkapan bubu 4 Timbangan dengan ketelitian 1 g Mengukur berat ikan hasil tangkapan 5 Penggaris dengan ketelitian 1 mm Mengukur panjang total ikan hasil tangkapan 6 Umpan alami dan umpan buatan Atraktor penangkapan Gambar 73 Peta lokasi operasi penangkapan ikan kerapu Lokasi penelitian Keterangan : 140 Konstruksi bubu tambun yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 74. Gambar 74 Konstruksi bubu tambun

7.2.3.2 Pengoperasian bubu

Sistem pengoperasian bubu dengan cara meletakkan di dasar substrat berpasir di antara komunitas terumbu karang. Bubu ditimbun atau ditindih dengan karang yang telah mati, yang berfungsi sebagai pemberat juga untuk menutupi bubu. Semua bubu sebelum dioperasikan diberi tanda terlebih dahulu untuk membedakan jenis umpan. Setiap lima buah bubu diberi umpan yang berbeda yaitu ikan juwi, udang, gonad bulu babi, umpan buatan B, dan umpan buatan D, sedangkan satu bubu tidak diberi umpan kontrol. Pemasangan antarbubu dilakukan secara acak dengan jarak antarbubu adalah 1,5 –4 m. Hal tersebut bertujuan agar aroma yang ditimbulkan dari masing-masing umpan pada bubu tidak akan bercampur Lokkeborg 1994. Pengoperasian bubu dilakukan setiap hari dengan 2 trip, yaitu pagi dan sore hari. Masing-masing trip diulang sebanyak 20 kali, sehingga total ulangan adalah 40 kali. Pemasangan setting bubu sampai pengangkatan hauling bubu dilakukan pada batas waktu yang sama pada setiap ulangan, yaitu selama 6 jam operasi. Waktu yang diperlukan untuk pengangkatan bubu hauling dan penurunan setting sekitar 15 menit, termasuk pengambilan hasil tangkapan dan 3 cm 3 cm 141 penggantian umpan. Setting bubu dilakukan pada pagi hari antara pukul 08.00 – 08.30 WIB dan diturunkan kembali 15 menit kemudian untuk diangkat hauling lagi pada sore hari antara pukul 16.00-16.30 WIB. Kemudian dilanjutkan kembali dengan setting bubu dan diturunkan 15 menit kemudian untuk diangkat hauling lagi pada sore hari antara pukul 08.00 – 08.30 WIB. Demikian seterusnya hingga masing-masing setting diulang hingga 10 kali ulangan. Jadi lamanya bubu dipasang dalam air sekitar 6 jam.

7.2.4 Pengumpulan data

Hasil tangkapan yang diperoleh dikumpulkan setiap trip, yaitu saat hauling pada pukul 08.30-09.00 WIB dan pukul 15.30-16.00 WIB dengan jumlah ulangan penangkapan masing-masing trip 10 kali total 20 trip. Data yang dicatat adalah jumlah, jenis, ukuran, dan berat hasil tangkapan setiap kali trip dari masing- masing bubu yang menggunakan jenis umpan yang berbeda. Ikan hasil tangkapan tersebut kemudian diidentifikasi. 7.2.5 Analisis data 7.2.5.1 Hasil tangkapan bubu Komposisi hasil tangkapan dilakukan untuk mengelompokkan hasil tangkapan ke dalam kelompok-kelompok kelas ukuran tertentu. Ukuran yang digunakan untuk pengelompokan hasil tangkapan adalah ukuran berat dan panjang total. Ukuran berat hasil tangkapan dikelompokkan dalam selang kelas dan interval kelas berat. Ukuran panjang total hasil tangkapan dikelompokkan dalam selang kelas dan interval kelas panjang total total lengthTL. Penentuan jumlah selang kelas dan interval kelas untuk ukuran berat dan panjang total dihitung menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Walpole 1995, yaitu: K = 1 + 3,3 log n Lebar kelas i = Nilai terbesar – Nilai terkecil K Keterangan : K = jumlah kelas n = banyaknya data 142

7.2.5.2 Efektivitas penangkapan ikan kerapu

Pengukuran efektivitas penggunaan umpan pada bubu dapat dilakukan dengan 2 dua metode, yaitu: 1 Ditujukan untuk mengukur efektivitas penggunaan umpan pada bubu untuk menangkap ikan kerapu E f , yaitu banyaknya bubu menggunakan umpan yang menangkap ikan kerapu B k dibandingkan dengan jumlah total bubu yang digunakan TB yang dinyatakan dalam persen. Rumus tersebut ditulis sebagai berikut: 100 . TB B E k f 2 Demikian pula untuk pengukuran efektivitas penangkapan ikan kerapu pada masing-masing umpan pada pengoperasian bubu untuk menangkap ikan kerapu E fu-i , yaitu banyaknya bubu menggunakan umpan-i yang menangkap ikan kerapu B ku-i dibandingkan dengan jumlah total bubu yang menggunakan umpan TB u-i yang dinyatakan dalam persen, adalah sebagai berikut: 100 . i u i ku i u f TB B E Perhitungan efektivitas suatu alat tangkap khususnya alat tangkap bubu tidak dapat mengacu secara langsung berdasarkan pendapat Baskoro et al. 2006, bahwa apabila nilai persentase tingkat pencapaian hasil yang telah dicapai terhadap suatu tujuan di atas 100 dikatakan sudah efektif dan nilai persentase di bawah 100 dikatakan tidak efektif. Hal tersebut disebabkan: 1 Berdasarkan ketentuan dari CCRF Code of Conduct Responssible Fisheries dan syarat alat tangkap yang berwawasan lingkungan bahwa hasil tangkapan alat tangkap bukan berdasarkan hasil tangkapan maksimum tetapi hasil tangkapan optimum, artinya bahwa selektivitas alat tangkap harus diperhatikan 2 Sifat alat tangkap bubu yang pasif, yang memungkinkan bahwa setiap bubu yang dipasang setting pada suatu perairan akan memiliki peluang yang sama dalam menangkap ikan target tangkapan 143

7.2.6 Perbedaan jumlah tangkapan