Respons Tingkah Laku Ikan terhadap Alat Tangkap Bubu

25 Di Indonesia ikan kerapu terdapat di seluruh wilayah perairan teluk Banten, Ujung kulon, Kep. Riau, Kep. Karimunjawa, Kep. Seribu, Jawa, dan NTB Mayunar,1991. Ada berbagai jenis ikan kerapu yang terdapat di Indonesia, di antaranya adalah kerapu lumpur Epinephelus suillus, kerapu sunu Plectropomus leopardus , kerapu tikus Cromileptes altivelis, kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus , kerapu lodi Plectropomus maculatus, kerapu merah Epinephelus fasciatus , kerapu tutul Epinephelus melanustigma, kerapu batu Cephalopholis boenack , kerapu hitam Cephalopholis microprion, dan kerapu lokal Epinephelus gouyanus Balai Penelitian Perikanan Laut 2007. Ikan dari famili Serranidae di alam, aktif makan pada siang dan malam hari. Selanjutnya ikan kerapu dalam mencari makanan akan berenang-renang di antara batu karang, atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya yang terlihat. Dari tempat itulah ikan kerapu menunggu mangsanya. Bila mangsa telah tampak, ikan kerapu segera melesat dengan cepat menangkap mangsanya dan menelannya, setelah itu ikan kembali ke tempat persembunyiannya Sugama et al. 1986.

2.8 Respons Tingkah Laku Ikan terhadap Alat Tangkap Bubu

Tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan internal. Sistematika studi tingkah laku ikan termasuk ke dalam beberapa aspek He 1989, yaitu: 1 Ragam dari tingkah laku ikan; yaitu ragam tingkah laku dari berbagai tingkah laku ikan. 2 Evolusi tingkah laku ikan; yaitu perubahan tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan adaptasi terhadap lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. 3 Sejarah history tingkah laku ikan; yaitu untuk mempelajari bagaimana pola tingkah laku tertentu dari generasi yang lampau sampai generasi yang akan datang dan bagaimana variasi yang akan muncul hubungannya dengan perubahan lingkungan. 26 Terdapat enam tahap perilaku ikan yang dapat dikenali saat pengoperasian alat tangkap bubu, yaitu arousal, location, tingkah laku di sekitar bubu, masuk dalam bubu ingress, aktivitas di dalam bubu, dan melarikan diri Furevik 1994. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa untuk pengoperasian bubu dengan menggunakan umpan, arousal dan location merupakan dua tahap dalam tingkah laku ikan saat mengarah ke umpan, sedangkan tahap yang lain tidak begitu penting dalam penangkapan ikan dengan menggunakan bubu karena ketika ikan memakan umpan yang dipasang berarti ikan tersebut terperangkap. Beberapa alasan yang menyebabkan ikan menjadi lebih tertarik masuk dalam bubu ialah gerakan acak dari ikan, adaptasi ikan sebagai tempat tinggal atau tempat berlindung, keingintahuan ikan, tingkah laku sosial antarspesies atau adanya predator. Hal tersebut yang menjadikan dasar dalam mekanisme pengoperasian bubu tanpa umpan Furevik 1994. Rangsangan kimia dari mangsa menjadikan alasan yang penting untuk efisiensi penangkapan pada bubu yang menggunakan umpan maupun yang tidak menggunakan umpan Hara 1993. Bubu tanpa umpan yang direndam sekitar satu minggu di perairan, biasanya ditempeli oleh ganggang cokelat Phaeophyceae dan ganggang hijau Chlorophyceae. Adanya ganggang tersebut diduga menjadi daya tarik bagi kelompok ikan herbivor untuk datang dan mengkonsumsi ganggang tersebut Monintja et al. 1992 Bubu dengan menggunakan umpan, biasanya ikan mendekati bubu dari posisi bawah ketika aroma dari umpan telah menyebar. Ditemukan hampir 90 ikan haddock Melanogrammus aeglefinus mendekati bubu berumpan dari posisi atas Furevik 1994, sedangkan untuk bubu tanpa menggunakan umpan, posisi ikan saat mendekati bubu dari segala arah.

2.9 Alat Tangkap Bubu dan Efektivitasnya