Mengadakan Penyuluhan Hukum Upaya Non Penal

Pemilihan Umum dan Non-tahapan Pemilihan Umum. Tindakan pencegahan tersebut terdiri atas : a. Penguatan koordinasi antar lembaga dalam mencegah terjadinya pelanggaran b. Peningkatan kerjasama antar lembaga c. Peningkatan transparansi dan akuntabilitasi pelaksanaan Pemilihan Umum d. Pelaksanaan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Pemilihan Umum e. Gerakan sejuta relawan Pengawas Pemilihan Umum Kurang lebih 6 Enam ribu relawan dan f. Kegiatan-kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 77 Panwaslu Kota Medan secara khusus, telah menerapkan hal-hal yang menjadi bagian kewajibannya dalam melakukan upaya non penal atau yang disebut upaya pencegahan terjadinya tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif. Upaya-upaya non penal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1 Upaya penanggulangan ini dilakukan sebelum berlangsungnya proses Pemilihan Umum Legislatif di Kota Medan pada tahun 2014, yakni dengan adanya kegiatan Sosialisasi yang diadakan oleh Pemerintahan Kota Medan bekerjasama oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Bakesbangpol, Komisi Pemilihan Umum KPU, dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan yang saling bekerjasama untuk mewujudkan keamanan pelaksanaan Pemilihan Umum Pemilu Legislatif 2014. Sosialisasi ini bertujuan agar memberikan informasi dan memberikan pemahaman seluas-luasnya

a.Mengadakan Penyuluhan Hukum

77 http:www.Kesbangpol.kemendagri.go.id., diakses pada Tanggal 09 November 2014. kepada masyarakat tentang pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota Medan agar berjalan dengan lancar dan sukses serta memberikan pengarahan agar tidak terjadinya pelanggaran Pemilihan Umum khususnya tindak pidana pemilihan umum. 2 Dalam menanggulangi tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif pada tahun 2014, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan mengadakan sebuah Organisasi Masyarakat Sipil OMS yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap dapat menjadi panutan dalam masyarakat serta kalangan mahasiswa. Organisasi Masyarakat Sipil OMS ini akan turut serta dalam sosialisasi berupa Seminar yang diadakan di daerah-daerah tempat proses Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 berlangsung. Seminar tersebut bertujuan agar masyarakat dapat berperan dalam proses pengawasan Pemilihan Umum Legislatif yang terdiri atas memberikan informasi hal-hal yang merupakan tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif, proses pengawasan saat berlangsungnya Pemilihan Umum Legislatif hingga selesainya proses Pemilihan Umum Legislatif tersebut, hingga tata cara melapor kepada Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan ketika menemukan temuan adanya dugaan tindak pidana Pemilihan Umum. Para anggota Organisasi Masyarakat Sipil OMS ini dalam melaksanakan tugasnya membantu kinerja Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung proses Pemilihan Umum Legislatif yang sesuai dengan prosedurnya dan terhindar dari pelanggaran tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif walaupun mereka hanya diberikan biaya operasional pekerjaan saja. 3 Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan secara khusus, membentuk adanya Sentra GAKKUMDU yang merupakan kerja sama Panwaslu dengan instansi Kejaksaan Negeri Medan dan Kepolisian Medan. Sentra GAKKUMDU ini, juga melakukan seminar kepada masyarakat yang akan lebih menjelaskan mengenai jenis-jenis tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif , proses penanganan dan penyelesaian tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif dan akan melakukan sesi Tanya-jawab antara masyarakat dengan pihak Kejaksaan Negeri Medan serta Kepolisian Medan tersebut. b. 1 Terdapatnya relawan-relawan yang direkrut dari kaum muda yang membantu dalam proses sosialisasi ke masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memberikan hak suara dalam menyukseskan Pemilihan Umum Legislatif 2014 yang merupakan awal pesta demokrasi bangsa Indonesia di tahun 2014 menuju Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Gerakan Relawan Panwaslu 2 Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan, juga mengadakan “Gerakan Sejuta Relawan”. Disamping terdapatnya relawan-relawan yang direkrut pada saat sosialisasi mengenai kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memberikan hak suara serta sosialisasi mengenai tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif, Relawan yang terdiri atas masyarakat sekitar Tempat Pemungutan Suara TPS dan mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual akan berfungsi sebagai Pengawas Lapangan pada saat sebelum berlangsungnya Pemilihan Umum Legislatif, berlangsungnya proses Pemilihan Umum Legislatif, hingga selesainya proses Pemilihan Umum Legislatif tersebut. Relawan pengawas lapangan tersebut akan memantau proses Pemilihan Umum Legislatif dari segi apakah terdapat pelanggaran tindak pidana Pemilihan Umum yang terjadi dan memantau apakah setelah masa kampanye, terdapat pihak yang melakukan tindak pidana Pemilihan Umum tersebut. Apabila ditemukan dugaan tindak pidana Pemilihan Umum, maka relawan pengawas lapangan tersebut akan melaporkan temuannya kepada Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Kota Medan sesuai dengan prosedur laporan yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD,dan DPRD. 78 78 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N. NAPITUPULU Ketua Panwaslu Kota Medan pada Hari Senin, Tanggal 13 Oktober 2014,Pukul 13.30 BAB IV HAMBATAN YANG DIHADAPI PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PANWASLU KOTA MEDAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF

A. Hambatan yang dihadapi Panitia Pengawas Pemilihan Umum

PANWASLU KOTA MEDAN Tugas dan wewenang mengawasi proses Pemilihan Umum Legislatif yang berlangsung sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, tidaklah terlepas dari beberapa kendala-kendala yang dihadapi oleh Panwaslu sendiri.Sebuah Pemilihan Umum Legislatif yang berlangsung di setiap daerah di Indonesia pastilah memunculkan sebuah permasalahan pelanggaran yang salah satunya adalah tindak pidana Pemilihan Umum itu sendiri. Untuk melakukan penanggulangan terjadinya tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif yang berlangsung, pastilah Panwaslu telah melakukan berbagai upaya-upaya dengan maksud untuk mengurangi tindak pidana Pemilihan Umum yang akan terjadi. Namun, disela upaya-upaya tersebut terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Panwaslu baik hal yang berasal dari dalam lembaga Panwaslu sendiri maupun hambatan yang berasal dari lingkungan luar Panwaslu. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Hambatan Intern dari dalam Hambatan yang dihadapi oleh Panwaslu dalam menanggulangi tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif yang berasal dari faktor internal Panwaslu disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah : a Panwaslu yang bersifat Ad Hoc Ketentuan Pasal 69 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, dinyatakan bahwa “Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan,dan Pengawas Pemilu Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bersifat Ad Hoc. 79 Ketidakseimbangan yang terjadi antara peran pengawasan Pemilihan Umum Legislatif antara Badan Pengawas Pemilihan Umum Bawaslu Provinsi dengan Panwaslu tingkat KabupatenKota.Badan Pengawas Pemilu Bawaslu yang berdasarkan ketentuan Pasal 69 Ayat 2 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum bersifat Tetap. Panwaslu yang bersifat Ad Hoc atau bersifat tidak tetap, telah memunculkan sebuah permasalahan yang menjadi hambatan tersendiri bagi Panwaslu dalam menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Legislatif. Ketentuan ini berdampak pada keterlambatan atau kurang efektifnya proses pengawasan di setiap tahapan Pemilihan Umum Legislatif. Dimana Panwaslu hanya memiliki waktu yang singkat dalam pengawasan, sehingga kemungkinan belum selesainya pengawasan Pemilihan Umum Legislatif yang dimulai dari proses menyediakan logistik Pemilu,proses Pemilihan,hingga penghitungan suara dapat terjadi. 79 R.I.,Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang “Penyelenggaraan Pemilihan Umum”,Bab IV,Pasal 69. Hal ini juga berdampak terhadap laporan dugaan pelanggaran Pemilihan Umum hingga dugaan terjadinya tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif yang pertama kali akan dilaporkan oleh pihak masyarakat ataupun temuan kasus yang ditemukan sendiri oleh pihak Panwaslu akan diproses oleh Panwaslu tingkat Kecamatan maupun Panwaslu tingkat KabupatenKota sendiri.Sebagai Lembaga yang menangani laporan terlebih dahulu dengan waktu masa kinerja Panwaslu yang singkat memicu kurang efektifnya kinerja dalam hal menangani laporan dugaan Tindak Pidana Pemilihan Umum Legislatif tersebut.Di sisi lain, banyak terdapat Laporan-laporan yang tidak terselesaikan oleh pihak Panwaslu sendiri. 80 b Sumber Daya Manusia Jumlah Tenaga Kerja yang berada di Panwaslu Tingkat KabupatenKota kurang efektif. Hal ini dapat dilihat ketentuan pasal 72 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum menyatakan sebagai berikut: 1 Keanggotaan Bawaslu terdiri atas individu yang memiliki kemampuan pengawasan penyelenggaraan Pemilu 2 Jumlah anggota : a Bawaslu sebanyak 5 lima orang; b Bawaslu Provinsi sebanyak 3 tiga orang; c Panwaslu KabupatenKota sebanyak 3 tiga orang; d Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 tiga orang; 3 Jumlah anggota Panwaslu Pemilu Lapangan di setiap desa atau nama lainkelurahan paling sedikit 1 satu orang dan paling banyak 5 lima orang yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan sebaran TPS; 80 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N. NAPITUPULU Ketua Panwaslu Kota Medan pada Hari Senin, 13 Oktober 2014,Pukul 13.30 4 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu Kecamatan, terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan anggota; 5 Ketua Bawaslu dipilih dari dan oleh anggota Bawaslu; 6 Ketua Bawaslu Provinsi, ketua Panwaslu KabupatenKota, dan ketua Panwaslu Kecamatan dipilih dari dan oleh anggota; 7 Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu KabupatenKota, dan Panwaslu Kecamatan mempunyai hak suara yang sama; 8 Komposisi keanggotaan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu KabupatenKota memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang- kurangnya 30 tiga puluh persen; 9 Masa keanggotaan Bawaslu dan Bawaslu Provinsi adalah 5 lima tahun terhitung sejak pengucapan sumpahjanji; 81 Bagaimana upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif dalam hal pengawasan berjalan sesuai dengan ketentuan yang mengatur dapat terjadi apabila kurangnya pengawasan yang dilakukan akibat tenaga kerja atau sumber daya manusia yang minim. Walaupun dalam proses pengawasan Panwaslu tingkat KabupatenKota dibantu dengan Panwaslu tingkat kecamatan yang juga beranggotakan 3 tiga orang dan Panitia Pengawas Lapangan tingkat Kelurahan beranggotakan minimal 1 satu hinggan 5 lima orang sudah tentu sangat tidak wajar. Mengingat setiap Kelurahan memiliki beberapa banyak Tempat Pemungutan Suara TPS, dalam menanggulangi terjadi pelanggaran hingga tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif pastilah membutuhkan banyak tenaga pengawas. Dilihat pada Panwaslu Tingkat KabupatenKota yang menerima laporan dugaan tindak pidana Pemilu Legislatif, tidak akan dapat menerima serta mengklarifikasi laporan tersebut agar dapat diteruskan ke Pihak Kepolisian dengan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang minim. Proses yang panjang serta tingkat 81 R.I.,Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang “Penyelenggaraan Pemilihan Umum”,Bab IV,Pasal 72. ketelitian dalam menganalisa laporan kasus dugaan tindak pidana tersebut sangatlah membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan mampu bertanggung jawab terhadap proses pengawasan dan pengklarifikasian tersebut. 82 c Segi Anggaran Proses pengawasan di lapangan hingga melakukan sosialisasi terhadap masyarakat agar mengetahui prosedur -Pemilihan Umum Legislatif yang sesuai dengan Undang-Undang, sudah tentu membutuhkan anggaran agar dapat menunjang keefektivitas kinerja anggota Panwaslu. Sedikitnya anggaran yang diberikan oleh Pemerintah terhadap Panwaslu mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang tidak bekerja sesuai prosedur. Tenaga kerja tersebut beranggapan bahwa aktivitas yang mereka dilapangan tidak sesuai dengan pemasukan dari kerja tersebut sehingga tidak dapat menutupi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini menjadi pemicu masalah sehingga terjadinya hambatan-hambatan dalam melakukan upaya penanggulan tindak pidana Pemilu Legislatif tersebut. 83

2. Hambatan Ekstern dari Luar

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

ANALISIS YURIDIS SENGKETA DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 6 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM PERSELISIHAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 4 87

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 0 99

BAB II BENTUK-BENTUK PERBUATAN YANG DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Studi Kasus: Panwaslu Kota M

0 0 34

KUALIFIKASI PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

0 0 10

JURNAL ILMIAH KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP SISTEM DEMOKRASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM (Studi di Kabupaten Lombok Tengah)

0 0 17