Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 dan Undang-Undang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012

e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 dan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 Undang –Undang ini merupakan pengganti dari Undang-Undang yang sebelumnya berdasarkan tuntutan dan perkembangan masyarakat sebagaimana dituangkan dalam Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, dimana Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan DPRD KabupatenKota serta memilih Presiden dan Wakil Presiden. Perbandingan dengan Undang-Undang sebelumnya, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini terdapat sejumlah perbedaan dari awal proses Pemilihan Umum hingga Pengawasan dan Sanksi pidana. Di dalam Undang- Undang ini juga diatur perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur pada Bab XV, yaitu Pasal 137 hingga Pasal 140. Demikan juga ketentuan Pasal 141 yang mengatur mengenai dasar pemberatan pidana.

f. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008

Undang- Undang ini memuat perkembangan mengenai tindak pidana Pemilihan Umum terlihat dalam pasal 260-pasal 311 yang mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan oleh perorangan, calon, dan tim kampanye, Pejabat negara, PNS, TNI, dan POLRI,Petugas anggota KPU,Bawaslu di semua tingkatan, percetakan, lembaga penghitungan hasil Pemilihan Umum cepat. Dengan kata lain terdapat pembagian antara subjek hukum pelaku Tindak pidana yang terdiri atas perorangan dan institusi.

g. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012

Pengaturan tindak pidana Pemilihan Umum dalam Undang-Undang ini dikategorikan lebih jelas antara Kejahatan dan Pelanggaran yang berkaitan dengan denda pidana dan kurungannya. Selain itu terdapatnya penghapusan terhadap pidana minimum guna memberikan Asas Kepastian Hukum dan memudahkan bagi Hakim dalam memberikan putusan. Undang-Undang ini juga memperkuat peranan Badan Pengawas Pemilihan Umum Bawaslu yang juga dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Hal ini dapat dilihat dari penambahan waktu terhadap pelaporan pelanggaran Pemilihan Umum menjadi 7 tujuh hari, penambahan penanganan laporan pelanggaran Pemilihan Umum yang dilakukan menjadi 5 lima hari yang kemudian pengawas Pemilihan Umum dapat mengklasifikasi penggaran tersebut ke dalam : 1. Pelanggaran Kode Etik penyelenggaraan Pemilihan Umum yang akan diteruskan kepada Dewan Kehormatan Pelanggaran Kode Etik DKPP.Pada Undang-Undang Pemilihan Umum yang lama tidak mengatur mengenai hal ini 2. Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum diteruskan kepada Komisi Pemilihan Umum KPU, KPU Provinsi, atau KPU KabupatenKota. 3. Sengketa Pemilihan Umum diselesaikan oleh Bawaslu, yang pada Undang-Undang Pemilihan Umum lama hal ini juga tidak diatur. 4. Tindak pidana Pemilihan Umum diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia POLRI Undang-Undang Pemilihan Umum ini juga mengatur tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu Sentra Gakkumdu terkait mengenai penanganan tindak pidana Pemilihan Umum dengan tujuan untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan Tindak pidana Pemilihan Umum antara Bawaslu, Kepolisian Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia. 21

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

ANALISIS YURIDIS SENGKETA DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 6 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM PERSELISIHAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 4 87

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 0 99

BAB II BENTUK-BENTUK PERBUATAN YANG DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Studi Kasus: Panwaslu Kota M

0 0 34

KUALIFIKASI PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

0 0 10

JURNAL ILMIAH KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP SISTEM DEMOKRASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM (Studi di Kabupaten Lombok Tengah)

0 0 17