Pasal 304 Pasal 305 Tindak Pidana Pemilu yang Berkaitan dengan Tahapan Kampanye

2 Memberikan dana kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 ayat 1 yang menyatakan: “Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 129 ayat 2 huruf c tidak boleh lebih dari Rp.1.000.000.000,00 satu milyar rupiah”. Unsur-unsur yang dirumuskan dalam ketentuan pidana pasal 303 ayat 2 terdiri atas : 1 Peserta Pemilu; 2 Menggunakan kelebihan sumbangan; a Tidak melaporkan kelebihan sumbangan kepada KPU; b Tidak menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas negara paling lambat 14 empat belas hari setelah masa kampanye Pemilu berakhir sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 ayat 4;

f. Pasal 304

1 Setiap orang, Kelompok, Perusahaan, danatau Badan Usaha Non Pemerintah yang memberikan dana Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat 1 dan ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. 2 Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan sumbangan kepada KPU, danatau tidak menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas negara paling lambat 14 empat belas hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 304 ayat 1 tersebut diatas, maka unsur-unsurnya terdiri atas: 1 Setiap orang, kelompok, perusahaan,danatau badan usaha non pemerintah; 2 Memberikan dana kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 ayat 1 dan ayat 2. Pasal 131 ayat 2 menyatakan : “Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan, danatau badan usaha non pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 129 ayat 2 huruf c tidak boleh lebih dari Rp.7.500.000.000,00 tujuh milyar lima ratus juta rupiah. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 304 ayat 2 tersebut di atas, maka unsur-unsurnya terdiri atas : 1 Peserta Pemilu; 2 Menggunakan kelebihan sumbangan; a Tidak melaporkan kelebihan sumbangan kepada KPU,danatau; b Tidak menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas negara paling lambat 14 empat belas hari setelah masa kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam pasa 133 ayat 4;

g. Pasal 305

Peserta Pemilu yang terbukti menerima sumbangan dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 305 di atas, maka unsur-unsurnya terdiri atas : 1 Peserta Pemilu; 2 Menerima sumbangan dana kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam pasal 139 Pasal 139 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD, dan DPRD, menyatakan : “Peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan dana kampanye Pemilu yang berasal dari : a Pihak asing; b Penyumbang yang tidak jelas identitasnya; c Pemerintah,Pemerintah Daerah,Badan Usaha Milik Negara,dan Badan Usaha Milik Daerah;dan d Pemerintah desa dan Badan Usaha Milik desa”;

4. Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Pemungutan Suara atau

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

ANALISIS YURIDIS SENGKETA DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 6 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM PERSELISIHAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 4 87

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 0 99

BAB II BENTUK-BENTUK PERBUATAN YANG DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Studi Kasus: Panwaslu Kota M

0 0 34

KUALIFIKASI PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

0 0 10

JURNAL ILMIAH KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP SISTEM DEMOKRASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM (Studi di Kabupaten Lombok Tengah)

0 0 17