Pasal 290 Pasal 291 Tindak Pidana yang berkaitan dengan Tahapan Pasca Pemungutan

f. Pasal 289

1 Setiap Pengawas Pemilu Lapangan yang tidak mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari PPS kepada PPK dan tidak melaporkan kepada Panwaslu Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat 6 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 dua belas juta rupiah. 2 Setiap Panwaslu Kecamatan yang tidak mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari PPK kepada KPU KabupatenKotadan tidak melaporkan kepada Panwaslu KabupatenKota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat 7 dipidana dengan pidana kurunganpaling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 dua belas juta rupiah. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 289 ayat 1 di atas dapat diketahui unsur-unsurnya,sebagai berikut: 1 Anggota Pengawas Pemilu Lapangan; danatau anggota Panwaslu Kecamatan; 2 Tidak mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari PPS kepada PPK dan tidak melaporkan kepada Panwaslu Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat 6. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 289 ayat 2 di atas dapat diketahui unsur-unsurnya,sebagai berikut: 1 Setiap Panwaslu Kecamatan; 2 Tidak mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari PPK kepada KPU KabupatenKotadan tidak melaporkan kepada Panwaslu KabupatenKota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat 7

g. Pasal 290

Setiap anggota PPS yang tidak mengumumkan salinan sertifikat hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 dua belas juta rupiah. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 290 di atas dapat diketahui unsur-unsurnya,sebagai berikut: 1 Setiap anggota PPS; 2 Tidak mengumumkan salinan sertifikat hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183.

h. Pasal 291

Setiap orang yang mengumumkan hasil survei atau jajak pendapat tentang Pemilu dalam Masa Tenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat 2, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 dua belas juta rupiah. Ketentuan pidana yang dirumuskan dalam pasal 291 di atas dapat diketahui unsur-unsurnya,sebagai berikut: 1 Setiap orang; 2 Mengumumkan hasil survei atau jajak pendapat tentang Pemilu dalam Masa Tenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat 2. Masa tenang adalah waktu selama 3 tiga hari sebelum hari pemungutan suara. 49 49 Wiyanto,Roni.PenegakanHukumPEMILUDPR,DPD,danDPRD.Bandung:MandarMaju,2014 hal 281. Tindak Pidana Pemilihan Umum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewa Perwakilan Rakyat Daerah No. Dasar Hukum Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2012 Kualifikasi Delik Ancaman Pidana 1 Pasal 273 Memberikan keterangan identitas tidak benar Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah. 2 Pasal 274 PPSPPLN tidak memperbaiki daftar pemilih sementara Pidana kurungan paling lama 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.6.000.000,00 enam juta rupiah 3 Pasal 275 Mengacaukan,menghalangimengganggu jalannya kampanye Pemilu Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah. 4 Pasal 276 Kampanye di luar jadwal Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah. 5 Pasal 277 Melanggar larangan Kampanye Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 6 Pasal 278 PNSTNIPOLRIKepala DesaPerangkat Desa melanggar larangan Kampanye Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 7 Pasal 279 Mengakibatkan terganggunya pelaksanaan kampanye : a.Kesengajaan mengakibatkan terganggunya pelaksanaan kampanye Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah b.karena kelalaian mengakibatkan terganggunya pelaksanaan kampanye Pidana kurungan paling lama 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.6.000.000,00 enam juta rupiah. 8 Pasal 280 Memberikan keterangan laporan dana kampanye yang tidak benar Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 9 Pasal 281 Melarang pekerjakaryawan menggunakan hak suaranya Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 10 Pasal 282 KPPSKPSSLN tidak memberikan surat suara pengganti Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 11 Pasal 283 Memberitahukan pilihan pemilih kepada orang lain Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 12 Pasal 284 KPPS tidak melaksanakan keputusan KPU Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 13 Pasal 285 KPPSKPPSLN tidak memuatMenandatangani berita acaraSertifikat Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 14 Pasal 286 Menyebabkan rusakhilangnya berita acarasertifikat perolehan suara Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah. 15 Pasal 287 Mengakibatkan hilangrubahnya berita acarasertifikat penghitungan suara Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 16 Pasal 288 KPPSKPPSLN tidak memberikan salinan berita acarasertifikat hasil Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan penghitungan suara Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 17 Pasal 289 PPLPanwaslu Kecamatan tidak mengawasi penyerahan kotak suara : a.Pengawas Pemilu Lapangan b.Panwaslu Kecamatan Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 18 Pasal 290 PPS tidak mengumumkan salinan sertifikat penghitungan suara Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 19 Pasal 291 Mengumumkan hasil jejak pendapat Pemilu dalam masa tenang Pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.12.000.000,00 dua belas juta rupiah 20 Pasal 292 Menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah 21 Pasal 293 Menghalangi orang lain untuk terdaftar sebagai pemilih Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,000 tiga puluh enam juta rupiah 22 Pasal 294 Tidak menindaklanjuti temuan Pengawas Pemilu Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 23 Pasal 295 KPU KabupatenKota tidak memberikan salinan Daftar Pemilih Tetap Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah 24 Pasal 296 Tidak menidaklanjuti temuan verifikasi calon peserta Pemilu Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 25 Pasal 297 Perbuatan curang untuk memperoleh dukungan pencalonan anggota DPD Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 26 Pasal 298 Membuatmemakai suratdokumen palsu Pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.72.000.000,00 tujuh puluh dua juta rupiah. 27 Pasal 299 Pelaksana,Peserta,dan Petugas kampanye melangggar larangan kampanye Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah 28 Pasal 300 Ikut serta sebagai pelaksana kampanye Pemilu Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah 29 Pasal 301 Menjanjikanmemberikan uangmateri lain kepada peserta kampanyepemilih a.Pelaksana kampanye menjanjikanmemberikan uangmateri lain kepada peserta Pemilu Pidana penjara paling lama 2 dua tahu dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah. b.Pada masa tenang menjanjikanmemberikan uangmateri lain kepada pemilih Pidana penjara paling lama 4 empat tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.48.000.000,00 empat puluh delapan juta rupiah c.Pada hari pemungutan suara menjanjikanmemberikan uangmateri lain kepada pemilih. Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 30 Pasal 302 Penyelenggara Pemilu melakukan tindak pidana pelaksana kampanye a.Kesengajaan Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah b.Kelalaian Pidana penjara paling lama 1 satu tahun 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.18.000.000,00 delapan belas juta rupiah 31 Pasal 303 Dana kampanye melebihi batas yang ditentukan Undang-Undang a.Pemberi dana Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 lima milyar rupiah b.Penerima danaPeserta Pemilu Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 lima milyar rupiah 32 Pasal 304 Dana kampanye melebihi batas bagi calon anggota DPD a.Pemberi dana Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah b.Penerima dana Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah 33 Pasal 305 Peserta Pemilu menerima sumbangan dari sumber yang dilarang 34 Pasal 306 Mencetak surat suara melebihi jumlah yang ditetapkan KPU Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 lima milyar juta rupiah 35 Pasal 307 Tidak menjaga kerahasiaan, keamanan dan keutuhan surat suara cetakan Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah 36 Pasal 308 Menghalangi pemilihmengganggu ketertiban pemungutan suara Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah 37 Pasal 309 Menyebabkan suara pemilih tidak bernilaimenambah suara peserta Pemilu Pidana penjara paling lama 4 empat tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.48.000.000,00 empat puluh delapan juta rupiah 38 Pasal 310 Mengaku dirinya sebagai orang lain pada saat pemungutan suara Pidana penjara paling lama 1 satu tahun 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.18.000.000,00 delapan belas juta rupiah 39 Pasal 311 Merusak menghilangkan hasil pemungutan suara. Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 40 Pasal 312 Mengubahmerusakmenghilangkan berita acarasertifikat pemungutan suara Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 41 Pasal 313 Merusakmenganggu sistem informasi penghitungan suara Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah 42 Pasal 314 KPPSKPPSLN tidak menjagamenyerahkan kotak suara Pidana penjara paling lama 1 satu tahun 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.18.000.000,00 delapan belas juta rupiah 43 Pasal 315 PPS tidak menyerahkan kotak suara tersegel Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000 dua puluh empat juta rupiah 44 Pasal 316 PPK tidak menyerahkan kotak suara tersegel Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000 dua puluh empat juta rupiah 45 Pasal 317 Pelaksana penghitungan cepat melanggar pasal 247 ayat 4 dan ayat 5 a.Tidak memberitahukan hasil penghitungan cepat bukan merupakan hasil resmi KPU Pidana penjara paling lama 1 satu tahun 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.18.000.000,00 delapan belas juta rupiah b.Hasil penghitungan cepat diumumkan sebelum 2 dua jam setelah selesainya pemungutan suara di wilayah Indonesia Bagian Barat. Pidana penjara paling lama 1 satu tahun 6 enam bulan dan Pidana denda paling banyak Rp.18.000.000,00 delapan belas juta rupiah 46 Pasal 318 Tidak melaksanakan putusan pengadilan Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000 dua puluh empat juta rupiah 47 Pasal 319 KPU tidak menetapkan perolehan hasil Pemilu Pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.60.000.000,00 enam puluh juta rupiah 48 Pasal 320 Pengawas Pemilu tidak menindaklanjuti temuanlaporan penanganan Pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan Pidana denda paling banyak Rp.24.000.000 dua puluh empat juta rupiah 50 Pasal 321 Penyelenggara Pemilu melakukan tindak pidana Pemilu Pidana ditambah 13 satu pertiga dari ketentuan pidana yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. BAB III PERANAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PANWASLU KOTA MEDAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

A. Gambaran Umum Mengenai Panitia Pengawas Pemilihan Umum

Pengawasan penyelenggaraan Pemilihan Umum dilakukan oleh Bawaslu 50 , Bawaslu Provinsi 51 , Panitia Pengawas Pemilihan Umum KabupatenKota Panwaslu KabupatenKota 52 , Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Panwaslu Kecamatan 53 , Pengawas Pemilihan Umum Lapangan PPL 54 atau Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri. 55 50 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 16, Bawaslu adalah lembaga penyelenggara pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Terhadap Bawaslu dan Bawaslu Provinsi berkedudukan tetap dengan masa keanggotaan selama 5 lima tahun terhitung sejak pengucapan sumpahjanji. Sedangkan Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu Kecamatan, dan PPLPengawas Luar Negeri bersifat Ad Hoc yang dibentuk paling lama 1 satu bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan Pemilihan Umum dimulai dan berakhir paling lambat 2 51 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 17, Bawaslu Provinsi adalah badan yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah Provinsi. 52 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 18, Panwaslu KabupatenKota adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah kabupatenkota 53 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 19, Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu KabupatenKota yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah Kecamatan atau nama lain 54 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 19, PPL adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di DesaKelurahan 55 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 21, Pengawas Pemilu Lapangan Luar Negeri adalah petugas yang mengawasi penyelenggaraan pemilu di luar negeri. dua bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum selesai. Selanjutnya baik Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu Kecamatan, dan PPCLPengawas Luar Negeri disingkat sebagai Pengawas Pemilu. 56 Jumlah anggota Panwaslu yang terdapat di KabupatenKota adalah terdiri atas individu yang memiliki kemampuan pengawasan penyelenggaraan Pemilu ditetapkan dan diseleksi oleh Bawaslu Provinsi yang terdiri atas 3 tiga orang. Terhadap Panwaslu Kecamatan keanggotaannya diseleksi dan ditetapkan oleh Panwaslu KabupatenKota yang terdiri atas 3 tiga orang dan terhadap PPL yang berada di setiap Kelurahan atau Desa akan diseleksi serta ditetapkan oleh Panwaslu Kecamatan yang terdiri atas 5 lima orang dan terhadap Pengawas Pemilu Luar Negeri dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Bawaslu atas usul kepala perwakilan Republik Indonesia.Keseluruhan proses penyeleksian dan penetapan pengawas Pemilihan Umum berlangsung sesuai dengan aturan Peraturan Bawaslu. 57 Panwaslu Kota Medan yang bersifat Ad Hoc dimana keanggotaanya terdiri atas seorang Ketua yang merangkap sebagai anggota dan dipilih oleh anggota Panwaslu Kota Medan sendiri. Keanggotaan Panwaslu Kota Medan saat ini berlangsung untuk proses Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum PresidenWakil Presiden 2014. Dimana, masa kepengurusannya akan berakhir pada akhir Desember 2014 dan digantikan dengan kepengurusan yang baru untuk menghadapi proses Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara. Panwaslu 56 Ibid,hal.17 57 .R.I.,Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang “Penyelenggaraan Pemilihan Umum”,Bab IV,Pasal 72-Pasal 96. Kota Medan sendiri terdiri dari seorang Ketua dan 3 tiga komisioner divisi, dimana Ketua Panwaslu Kota Medan juga menjabat sebagai salah satu dari ketiga komisioner divisi tersebut yakni divisi Penanganan Pelanggaran. 58 SKEMA KEPENGURUSAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KOTA MEDAN PERIODE 2014 BECHTA PERKASA,MA SETIA PANDIA,SH HELEN N.M.NAPITUPULU,SH DIV.UMUM DIV.PENGAWASAN DIV.PENANGANAN PELANGGARAN TUARAJA C.SITANGGANG,SE M.ALI HASIBUAN,SE KEPALA SEKRETARIAT BENDAHARA STAFF STAFF STAFF DIV.UMUM : DIV.PENGAWASAN: DIV.PENANGANAN PELANGGARAN ERIKA TARIGAN,SE ORIZA IRAWAN,S.Si JANNE LISNE GIOVANNY,SH M.ARSYAD LUBIS,SE JHON M.SIHOMBING AGUS FITRI,A.md DWI PURNAMA RIDA,S.Kom REZA HARIZ MARCEL ROBBY SINAGA MASMIN NURI RAHAYU Sumber: Panwaslu Kota Medan,pada hari Senin, Tanggal 13 Oktober 2014.Pukul 13.30 58 Hasil Wawancara dengan Ibu HELEN N.M NAPITUPULU KETUA PANWASLU KOTA MEDAN pada Hari Senin,Tanggal 13 OKTOBER 2014.PUKUL 13.30

B. Tugas dan Kewenangan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Menurut

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tugas dan wewenang terhadap peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum tersebut, terlebih dahulu mengetahui kedudukan dari Panitia Pengawas Pemilihan Umum itu sendiri yakni, Panitia Pengawas Pemilihan Umum yang merupakan institusi yang diberi kewenangan oleh Bawaslu Badan Pengawas Pemilihan Umum yang berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dan yang berkedudukan di Provinsi berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum merupakan institusi yang bersifat tetap. Sedangkan Panitia Pengawas Pemilihan Umum yang berkedudukan di Kabupaten, Kotamadya dan Kecamatan adalah bersifat Ad Hoc. Panitia Pengawas Pemilihan Umum sendiri dibentuk paling lambat 1 satu bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan Pemilihan Umum dimulai dan akan berakhir setelah seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum selesai. Pelaksanakan pengawasan proses Pemilihan Umum yang berlangsung, baik terhadap Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Umum Kepala Daerah, hingga Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Panitia Pengawas Pemilihan Umum yang bersifat Ad Hoc tersebut tetap mempunyai tugas dan wewenang yang tidak akan pernah berubah dan akan mengalami pertambahan walaupun merupakan institusi yang tidak tetap dan harus melaksanakannya sesuai dengan Peraturan PerUndang-Undangan yang berlaku. Dalam hal ini, telah terdapat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 yang mengatur tugas dan wewenang tersebut. Panitia Pengawas Pemilihan Umum yang berasal dari Badan Pengawas Pemilihan Umum Pusat dan Provinsi adalah suatu hal yang lebih spesifik dalam hal penjabaran mengenai tugas dan wewenang Panitia Pengawas Pemilihan Umum itu sendiri. Tugas Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum adalah : 1. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum di wilayah KabupatenKota yang meliputi : a. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap; b. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota dan pencalonan BupatiWalikota; c. Proses penetapan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota dan calon BupatiWalikota; d. Penetapan calon BupatiWalikota; e. Pelaksanaan Kampanye; f. Pengadaan logistik Pemilihan Umum dan pendistribusiannya; g. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilihan Umum; h. Mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara; i. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK; j. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU KabupatenKota dari seluruh Kecamatan; k. Pelaksaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan Umum lanjutan, dan Pemilihan Umum susulan; dan l. Proses penetapan hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kota dan Pemilihan BupatiWalikota; 2. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan Peraturan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilihan Umum; 3. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilihan Umum yang tidak mengandung unsur tindak pidana ; 4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU KabupatenKota untuk ditindaklanjuti; 5. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang; 6. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum oleh Penyelenggara Pemilihan Umum di tingkat KabupatenKota; 7. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU KabupatenKota, sekretaris dan pegawai secretariat KPU KabupatenKota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum yang sedang berlangsung; 8. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan Umum;dan 9. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. 59 Tugas Panitia Pengawas Pemilihan Umum pada hakikatnya adalah kegiatan penegakan hukum karena Panita Pengawas Pemilihan Umum berkewajiban mengawasi supaya ketentuan peraturan perundang-undangan Pemilihan Umum ditaati dan dipatuhi agar terjaminnya penyelenggaraan Pemilihan Umum yang demokratis, transparan, jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia. 60 Wewenang mempunyai pengertian yakni adalah kekuasaan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut dan secara umum diartikan sebagai perluasan dari tugas yang telah ditetapkan. Hal yang menjadi wewenang Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu berdasarkan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum adalah: 59 R.I.,Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang “Penyelenggaraan Pemilihan Umum”,Bab IV,Pasal 77,Ayat 1. 60 Santoso Topo. Tindak Pidana Pemilu. Jakarta; Sinar Grafika, 2006.hal. 45 1. Memberikan rekomendasi kepada Komisi Pemilihan Umum KPU untuk menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf g. 2. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana pemilu. 61 Wewenang Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu yang telah dijabarkan tersebut dapat diketahui bahwa, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu memiliki hak untuk memberikan rekomendasi kepada lembaga yang berwenang terhadap laporan atas tindak pidana Pemilihan Umum yang terjadi dan memberikan rekomendasi kepada KPU 62 Undang-Undang Pemilihan Umum, juga menegaskan bahwa lembaga yang memiliki wewenang menyelesaikan perselisihan dalam Pemilihan Umum adalah Panitia Pengawas Pemilihan Umum yang terpisah dari Komisi Pemilihan Umum. Meski panita sama sekali tidak dibekali wewenang dalam hal Penyelesaian perselisihan yang tergolong tindak pidana Pemilihan Umum. atas pengenaan sanksi terhadap subjek hukum tindak pemilihan umum yang terdiri atas anggota, sekretaris, anggota sekretaris KPU KabupatenKota. 63 Hal ini dapat terlihat dari Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum yang menyatakan bahwa Panita Pengawas Pemilihan Umum memiliki kewenangan sebagai berikut : 61 R.I.,Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang “Penyelenggaraan Pemilihan Umum”,Bab IV,Pasal 77,Ayat 2 62 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 1 angka 6, KPU adalah lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan pemilu. 63 Santoso Topo.Tindak Pidana Pemilu.Op.cit.hal. 44 1. Segala sengketa atau perselisihan yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, diselesaikan oleh Panita Pengawas di daerah Pemilihan Umum sesuai dengan daerah tingkat pemilihannya masing- masing. 2. Di dalam melaksanakan pengawasan, Panitia Pengawas melakukan kegiatan: a. Dalam hal ada masalah yang penyelesainnya memerlukan koordinasi dengan instansi lain, Panita Pengawas dapat melakukan konsultasi dengan Panitia Pengawas Pelaksana Pemilihan Umum. b. Kunjungan ke wilayah kerja atau daerah-daerah dilakukan tim setelah mendapat keputusan musyawarah Panita Pengawas. c. Menindaklanjuti temuan, sengketa, dan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan memerintahkan kepada Panitia Pelaksana Pemilihan Umum sesuai dengan wilayah kerjanya untuk melaporkan kepada penegak hukum. 64 Panitia Pengawas Pemilihan Umum dalam hal ini, hanya memiliki wewenang dalam menyelesaikan perselisihan tindak pidana Pemilihan Umum. Melainkan hanya dapat mengkategorikan apakah suatu pelanggaran tersebut termasuk kepada pelanggaran administratif, 65 pelanggaran kode etik, 66 Penanggulangan yang memiliki pengertian sebagai upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, menghadapi, atau mengatasi suatu keadaaan yang telah dianggap tidak sesuai dengan tujuannya melalui tahapan- tahapan agar keadaan menjadi sesuai dengan aturannya kembali. Dalam hal ini yang menjadi atau pelanggaran tindak pidana Pemilihan Umum yang selanjutnya akan diserahkan penyelesaiannya lebih lanjut kepada pihak yang berwenang. 64 Ibid,hal.44. 65 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD,dan DPRD, Bab XXI, Bagian kesatu, Pasal 253, Pelanggaran Administratif pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu diluar tindak pidana pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggaraan pemilu 66 Lihat R.I.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD,dan DPRD, Bab XXI, Bagian kesatu, Pasal 251, Pelanggaran Kode Etik adalah pelanggaran terhadap etika penyelenggara pemilu yang berpedomankan sumpah danatau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilu. kajian dalam melakukan upaya penanggulangan tindak pidana Pemilihan Umum adalah Panitia Pengawas Pemilihan Umum.

C. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pemilihan Umum.

1. Upaya Penal

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

ANALISIS YURIDIS SENGKETA DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 6 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM PERSELISIHAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 4 87

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 0 99

BAB II BENTUK-BENTUK PERBUATAN YANG DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Studi Kasus: Panwaslu Kota M

0 0 34

KUALIFIKASI PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

0 0 10

JURNAL ILMIAH KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP SISTEM DEMOKRASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM (Studi di Kabupaten Lombok Tengah)

0 0 17