Hambatan Ekstern dari Luar

ketelitian dalam menganalisa laporan kasus dugaan tindak pidana tersebut sangatlah membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan mampu bertanggung jawab terhadap proses pengawasan dan pengklarifikasian tersebut. 82 c Segi Anggaran Proses pengawasan di lapangan hingga melakukan sosialisasi terhadap masyarakat agar mengetahui prosedur -Pemilihan Umum Legislatif yang sesuai dengan Undang-Undang, sudah tentu membutuhkan anggaran agar dapat menunjang keefektivitas kinerja anggota Panwaslu. Sedikitnya anggaran yang diberikan oleh Pemerintah terhadap Panwaslu mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang tidak bekerja sesuai prosedur. Tenaga kerja tersebut beranggapan bahwa aktivitas yang mereka dilapangan tidak sesuai dengan pemasukan dari kerja tersebut sehingga tidak dapat menutupi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini menjadi pemicu masalah sehingga terjadinya hambatan-hambatan dalam melakukan upaya penanggulan tindak pidana Pemilu Legislatif tersebut. 83

2. Hambatan Ekstern dari Luar

Panwaslu Kota Medan dalam melakukan upaya penanggulangan tindak pidana Pemilu, tidak hanya menemukan hambatan yang berasal dari dalam lingkungan Panwaslu sendiri melainkan juga mendapatkan hambatan yang berasal 82 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N. NAPITUPULU Ketua Panwaslu Kota Medan pada Hari Senin, 13 Oktober 2014,Pukul 13.30 83 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N. NAPITUPULU Ketua Panwaslu Kota Medan pada Hari Senin, 13 Oktober 2014,Pukul 13.30 dari lingkungan luar Panwaslu. Hal ini menyangkut hubungan kerja sama pihak Panwaslu dengan pihak lainnya dalam upaya penanggulangan tindak pidana Pemilihan Umum Legislatif. Diantaranya adalah: a Pihak Kepolisian dan Kejaksaan sulit dihadirkan. Peran Kepolisian dan Kejaksaan dalam upaya penanggulangan Tindak Pidana Pemilihan Umum Legislatif terletak pada SENTRA GAKKUMDU sebagai proses penyelesaian Tindak Pidana Pemilu Legislatif. Berdasarkan ketentuan Pasal 267 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Sentra GAKKUMDU dibentuk untuk menjalankan fungsi sebagai berikut : 1 Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia membentuk sentra penegakan hukum terpadu; 2 Untuk pembentukan sentra penegakan hukum terpadu di luar negeri Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, 3 Ketentuan lebihh lanjut mengenai sentra penegakan hukum terpadu diatur berdasarkan kesepakatan bersama antara Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan Ketua Bawaslu. Kepolisian, Kejaksaan, serta Panwaslu sendiri akan duduk bersama dengan tujuan untuk mengklarifikasi laporan dugaan tindak pidana Pemilu Legislatif yang terjadi dengan menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak Pidana Pemilu secara terpadu dan terkoordinasi, sehingga terwujudnya kerjasama dan sinergisme dalam rangka tercapainya penegakan hukum tindak pidana Pemilu secara cepat dan sederhana serta tidak memihak. Dari perspektif Hukum Acara Pidana, kita mengetahui proses dimulai dengan mengidentifikasi bilamana suatu tindakan tersebut termasuk suatu Tindak Pidana. Proses identifikasi ini kemudian berlanjut dengan mekanisme untuk menemukan pihak-pihak yang diduga menjadi pelaku atas tindak pidana yang terjadi, beserta alat-alat bukti untuk mendukung dugaan tersebut untuk kemudian dilimpahkan ke Pengadilan yang berwenang. 84 Permasalahan yang terjadi dan menjadi hambatan adalah ketidakhadiran pihak Kepolisian dan pihak Kejaksaan yang tanpa alasan disetiap agenda pembahasan Laporan dugaan tindak pidana Pemilu Legislatif yang menyebabkan terbengkalainya laporan kasus tersebut baik dari segi penyidikan dan penuntutan.Sehingga masyarakat menyalahkan kinerja dari Panwaslu sendiri dalam menyelesaikan kasus tersebut. 85 b Pengumpulan Alat-Alat Bukti Panwaslu dalm hal menanggulangi tindak pidana Pemilu Legislatif yakni, dalam proses pengklarifikasian atau penyidikan pada Sentra Gakkumdu tidak menemukan adanya barang bukti pada saat dilakukannya proses tersebut menjadi kendala karena tidak ditemukannya alat bukti tersebut. Saat Laporan yang diajukan ke Panwaslu yang diduga sebagai dugaan pelanggaran tindak pidana Pemilu Legislatif, maka pihak Panwaslu akan memanggil para saksi dan mengumpulkan alat-alat bukti tersebut. 84 http:www.bawaslu.go.idsitesdefaultfilesbuletinnovember_2013.pdf., diakses pada Tanggal 15 November 2014. 85 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N. NAPITUPULU Ketua Panwaslu Kota Medan pada Hari Senin, 13 Oktober 2014,Pukul 13.30 Pada saat pemanggilan saksi tersebut, saksi sulit untuk dihadirkan. Terutama apabila saksi menyangkut mengenai pihak pelaksana penyelenggara Pemilihan Umum Legislatif, misalnya Ketua KPPS. Di samping hal tersebut, pada kasus pelanggaran tindak pidana Pemilu Legislatif dalam hal penggunaan formulir C6 yang sulit ditemukan. Pada kasusnya, pihak korban yang sebenarnya memegang formulir C6 asli melaporkan bahwasanya terdapat pihak lain yang menggunakan formulir C6 miliknya kepada Panwaslu, sehingga Panwaslu akan melakukan pencarian terhadap subjek pengguna formulir C6 palsu tersebut.Namun dalam kenyataannya bahwa Subjek pengguna formulir C6 palsu tersebut sangat sulit ditemukan. Di samping hal tersebut, alat bukti di TKP yang termasuk dalam alat bukti yang sangat sulit untuk ditemukan menghambat Panwaslu dalam menanggulangi serta menyelesaikan tindak pidana tersebut. Kasus yang sering ditemukan oleh Panwaslu adalah mengenai tindak pidana Money Politik, dimana uang yang diberikan kepada masyarakat haruslah memiliki Nomor Seri uang yang sama dengan yang akan dijadikan alat bukti oleh Panwaslu. Dalam hal ini, pastilah sangat sulit untuk menemukannya, sehingga banyak kasus-kasus yang diterima oleh Panwaslu diberhentikan prosesnya dengan alasan tidak ditemukannya alat bukti. 86 86 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N.NAPITUPULUKetua Panwaslu Kota Medan Pada Hari Senin,13 Oktober 2014 Pukul 13.30 c Kurangnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Panwaslu Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Panwaslu dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan pengawasan serta menanggulangi tindak pidana Pemilu Legislatif dapat disebabkan karena posisi Panwaslu yang bersifat sementara dengan sumber daya manusia yang minim serta kehadirannya saat proses pengawasan Pemilu Legislatif yang tidak begitu mendominasi menjadikan masyarakat kurang menghargai atau mempercayai Panwaslu sendiri. Bila dillihat dari kedudukan Panwaslu sendiri yang terbilang baru dalam Pemilihan Umum Legislatif dapat memunculkan rasa ketidakkepercayaan masyarakat terhadap kinerja Panwaslu sendiri. Hal ini juga didukung dari kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat yang diakibatkan dari segi anggaran dana yang tidak mencukupi untuk melakukan sosialisasi secara terus-menerus. Kasus yang terjadi akibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Panwaslu adalah saat terjadinya laporan dugaan tindak pidana Pemilu Legislatif, pihak Panwaslu KabupatenKota akan memberikan undangan pemanggilan saksi atau korban ke Panwaslu Kecamatan yang akan meneruskannya langsung ke pihak terkait. Dalam proses tersebut, pihak terkait tidak mengakui pemanggilan tersebut dan tidak mengakui kedudukan Panwaslu sehingga menghambat Panwaslu dalam mengklarifikasi Laporan tesebut pada Sentra Gakkumdu. Laporan dugaan tindak pidana Pemilu Legislatif selain hal yang ditemukan sendiri oleh pihak Panwaslu, dapat juga yang dilaporkan oleh masyarakat. Dengan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Panwaslu maka semakin berkuranglah masyarakat yang akan melaporkan suatu peristiwa yang diduga tindak pidana Pemilu Legislatif kepada Panwaslu dan karena laporan tersebut tidak sampai ke Panwaslu, maka Panwaslu tidak akan mengetahui informasi bahwa telah terjadi praktik pelanggaran tindak pidana Pemilu Legislatif sehingga kasus tersebut tidak akan terungkap dan para pelakunya akan tetap dengan leluasa melakukan pengulangan pelanggaran tindak pidana Pemilu diproses Pemilihan Umum selanjutnya. 87 d Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Hukum Kurangnya kesadaaran masyarakat terhadap hukum dapat mendorong masyarakat untuk menolak keberadaan suatu hukum yang diterapkan kepadanya. Karena masyarakat yang tidak patuh akan hukum akan bersikap acuh tak acuh terhadap hukum yang berlaku itu dalam kehidupannya, akibatnya masyarakat akan hidup tanpa adanya aturan hukum sehingga mereka menjadi tidak tertib dan ketidaktertiban inilah yang akan memunculkan suatu kejahatan terhadap Pemilihan Umum Legislatif. Penyebab kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dapat mendorong disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat akan hukum itu sendiri. 87 Hasil Wawancara dengan IBU HELEN M.N. NAPITUPULU Ketua Panwaslu Kota Medan pada Hari Senin, 13 Oktober 2014,Pukul 13.30

B. Upaya yang dilakukan Panitia Pengawas Pemilihan Umum

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

ANALISIS YURIDIS SENGKETA DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 6 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM PERSELISIHAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 4 87

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

0 0 99

BAB II BENTUK-BENTUK PERBUATAN YANG DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah - Peranan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pemilihan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Studi Kasus: Panwaslu Kota M

0 0 34

KUALIFIKASI PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

0 0 10

JURNAL ILMIAH KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP SISTEM DEMOKRASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM (Studi di Kabupaten Lombok Tengah)

0 0 17