322
www.kinerja.or.id
Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar
dan kewajiban masyarakat serta kewajiban pemerintah dalam penyediaan pelayanan
publik; 3. Analisis
stakeholder.
b. Pembentukan
Tahapan pembentukan merupakan tahap untuk mencari cara mengidentiikasi keinginan masyarakat
dengan melakukan pencarian terhadap kemiripan kebutuhan diantara mereka. Pada tahap ini,
diharapkan aspirasi masyarakat dapat digali dan dapat diidentiikasi faktor pendukung maupun faktor
penghambat terbentuknya suatu kelompok. Dengan memperoleh informasi tentang apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat, maka akan diketahui apakah masyarakat merasa butuh atau tidak akan
adanya kelompok. Apabila kondisi tersebut telah dicapai,maka pembentukan forum bisa diinisiasi.
Yang penting untuk diperhatikan dan diusahakan oleh para fasilitator adalah keberadaan kelompok
harus merupakan keinginan dan kebutuhan yang datangnya dari masyarakat, untuk masyarakat, dan
akan dikelola oleh masyarakat itu sendiri, jadi bukan merupakan paksaan atau pesanan pemerintah top
down. Kegiatan pembentukan biasanya dilakukan dalam sebuah lokakarya inisiasi pembentukan MSF.
c. Tahap Penggiatan
Tahapan ini ditandai dengan adanya kecenderungan perubahan sikap. Sebagian besar anggota forum
biasanya merasakan sangat perlu dan setuju adanya wadahprosesmekanisme dalam mencapai
tujuan mereka, maka fasilitator perlu secara terus menerus melaksanakan pendekatan kepada mereka
melalui pertemuan-pertemuan baik yang dilakukan secara formal maupun informal, seperti berkunjung
dari rumah ke rumah, mengadakan pertemuan di balai pertemuan ataupun kegiatan lainnya
yang dapat memperkokoh minat serta keinginan masyarakat dalam membentuk wadah kelompok.
Pada tahap ini, informasi penting yang dibutuhkan masyarakat diusahakan harus selalu tersedia. Dapat
juga dengan melakukan kegiatan studi banding yaitu dengan mengajak beberapa anggota masyarakat
yang menjadi tokoh mengadakan kunjungan ke tempat yang memiliki kelompok maju yang dapat
dijadikan contoh. Tahap ini dimaksudkan untuk menggiatkan peran
dan pengembangan kapasitas MSF yang dapat dilakukan melalui kegiatan: survei pengaduan
pada tahapan identiikasi pengaduan, analisis penyebab pengaduan, penyusunan janji perbaikan
layanan dan rekomendasi; penguatan kapasitas-JW, pertemuan rutin, dll.
d. Tahap Integrasi
Setelah semakin terlihat adanya perubahan yang kuat pada sikap dan perilaku anggota masyarakat,
fasilitator kiranya perlu memfasilitasi masyarakat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan formal.
Pertemuan-pertemuan ini penting dalam rangka membangun kesepahaman dan kesepakatan
tentang pentingnya kelompok sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama, dan unit produksi.
Diharapkan elemen-elemen yang terlibat dalam pertemuan ini adalah tokoh-tokoh masyarakat,
323
www.kinerja.or.id
Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar
pemerintah daerah dan bila perlu melibatkan pula LSM-LSM, dunia usaha dan pihak lain yang terkait.
Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam dialog tersebut maka akan semakin banyak masukan dari
berbagai sudut pandang yang dapat memperkaya dan memperkokoh kelancaran dan kesuksesan
program kelompok apabila nantinya terbentuk, serta mempermudah pembinaan kelompok di masa datang.
Maksud dari tahap integrasi ini adalan memadukan kegiatan MSF dengan agenda daerah. Misalnya
perencanaan dan penganggaranreses, Rapat Dengar Pendapat RDP, Konsultasi Publik KP,
penyadaran akan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal SPM, advokasi - monev, dan lain-lain.
e. Tahap Pengikatan atau Pelembagaan
Dari pertemuan-pertemuan formal akan dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk
suatu kelompok. Pada tahap ini, para anggota masyarakat mengikrarkan kesepakatan dalam
sebuah kebersamaan atau kelompok kerja. Setelah kelompok terbentuk, maka dapat dilanjutkan dengan
penyusunan struktur organisasi kelompok, norma kelompok, program kerja, penentuan sekretariat
kelompok, sumber dana kegiatan dan lain sebagainya demi kelancaran aktivitas kelompok dan
kelangsungan hidup kelompok. Kegiatan-kegiatan dalam tahapan ini difokuskan untuk melembagakan
forum multi stakeholder. Strategi pelembagaan MSF dalam program USAID-
KINERJA lebih menekankan kepada penguatan pembentukan danatau pelibatan dewan pendidikan,
penguatan dewan penyantun Puskesmas, dan komite sekolah. Jika sudah ada dan sudah cukup
mapan, maka didorong untuk mengembangkan kelompok independen.
Dalam implementasi pendampingan kepada daerah mitra yang terfokus pada sektor penidikan dasar,
kesehatan dasar dan perbaikan iklim usaha Program KINERJA telah memfasilitasi dan mendorong
penguatan dan pengembangan Multi Stakeholders Forum. MSF yang di kembangkan tidak hanya
fokus di tataran unit pelayanan tetapi di juga di kembangkan di tataran kabupatenkota. Di tingkat
sekolah MSF di perankan oleh komite sekolah, sehingga peran KINERJA dalam konteks sekolah
adalah dengan memberikan penguatan terkait hal-hal teknis pendidikan dan peran serta fungsi
MSF. Dengan pendekatan ini di harapkan komite sekolah akan mampu mengambil peran dalam
advokasi, mediasi, komunikasi dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan di sekolah.
Sedangkan di tingkat Puskesmas, di kembangkan MSF Puskesmas yang keberadaannya di sesuaikan
dengan kebutuhan di masing masing Puskesmas. Sampai dengan saat ini untuk seluruh daerah
mitra KINERJA telah di kembangkan MSF di 61 Puskesmas untuk mengawal penyelenggaraan
pelayanan publik di Puskesmas. MSF tingkat kabupaten baik untuk sektor
pendidikan, kesehatan dan iklim usaha hampir di semua daerah mitra telah dikembangkan forum multi
stakeholders. Bahkan di Kabupaten Bengkayang dan di Kabupaten Sekadau, MSF yang ada sepakat