Tahap Integrasi Monitoring kepatuhan pelaksanaan SOP.

324 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar untuk berintegrasi menjadi MSF Peduli Pelayanan Publik. Untuk MBS, sebagian besar MSF tingkat sekolah atau komite sekolah telah menjalankan fungsinya dengan cukup baik. MSF tingkat kabupaten bidang MBS sebagian besar telah mempunyai kepengurusan, rencana kerja sederhana dan beberapa di antaranya telah melakukan monitoring pelaksanaan janji perbaikan layanan seperti MSF Kota Probolinggo. Sedangkan MSF pendidikan di Kabupaten Bengkayang telah terintegrasi dengan MSF Kesehatan dan telah berbadan hukum serta telah melakukan kegiatan-kegiatan yang aktif. Di Kabupaten Sekadau, MSF pendidikan dan kesehatan telah terintegrasi menjadi satu menjadi Forum Sekadau Sehat dan Cerdas. Keberadaan MSF hasil intervensi Program KINERJA pada tahun pertama di Sulawesi Selatan berjalan cukup baik, selain telah mempunyai kepengurusan dan rencana kerja, MSF yang ada juga telah melakukan advokasi dalam penyusunan dan implementasi regulasi terkait dengan pemerataan guru proporsional seperti di Kabupaten Barru dan Kabupaten Luwu Utara. Sedangkan MSF Kabupaten Bulukumba di Sulawesi selatan dan Kabupaten Simeuleu di Aceh telah melakukan advokasi penyusunan dan implementasi BOSP. Status MSF Tahun Pertama Bidang Pendidikan No PropinsiKabKota Ada Kepengurusan Pertemuan MSF Rencana Kerja Pemantauan advokasiPelayanan I ACEH 1 Kab. Simeleu Ada Ada Ada Sudah 2 Kab. Aceh Tenggara Ada Ada Ada belum II Jawa Timur 1 Kota Probolinggo Ada Ada Ada Sudah 2 Kab. Jember Ada Ada Ada Belum III Kalimantan Barat 1 Kab. Melawi Ada Kurang aktif Belum Belum 2 Kab. Sekadau Ada Ada Ada Belum 3 Kab. Bengkayang Ada Ada Ada Belum IV Sulawesi Selatan 1 Kab. Luwu Ada Ada Ada Sudah 2 Kab. Luwu Utara Ada Ada Ada Sudah 3 Kab. Barru Ada Ada Ada Sudah 4 Kab. Bulukumba Ada Ada Ada Sudah 325 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Untuk MSF Pendidikan di tahun kedua, sebagian besar telah cukup aktif dalam menjalankan perannya. MSF di Kabupaten Bener Meriah yang merupakan kabupaten yang mendapatkan bantuan teknis bidang MBS, keberadaan MSF baik MSF tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten telah cukup aktif dalam menjalankan perannya. MSF ini berperan dalam proses survei pengaduan sampai dengan penyusunan Janji Pelayanan dan rekomendasi teknis. Selain itu MSF di Kabupaten Bener Meriah telah mempunyai kepengurusan lengkap, rencana kerja sederhana, telah melakukan pemantauan pelaksanaan pelayanan dan monitoring janji pelayanan. Di Aceh Singkil, Jaringan Komunikasi Pendidikan Aceh Singkil atau JK Pas, sangat aktif dalam melakukan advokasi penyusunan regulasi tentang pemerataan guru. MSF ini mempunyai peran yang besar dalam mengawal dan berdialog untuk mendorong lahirnya Peraturan Bupati tentang PTD dan implementasinya. Di Kota Banda Aceh, Forum Bersama Peduli Pendidikan juga mempunyai peran yang aktif dalam mendorong dan melakukan advokasi implementasi BOSP di Banda Aceh. Keterlibatan MSF sudah di lakukan sejak awal proses. Peran OMP untuk memberikan penguatan kepada MSF sangat membantu. Gambaran MSF Pendidikan Tahun Kedua No PropinsiKabKota Ada Kepengurusan Pertemuan MSF Rencana Kerja Pemantauan Pelayanan I ACEH 1 Kota Banda Aceh Ada Ada Ada Sudah 2 Kab Aceh Singkil Ada Ada Ada Sudah 3 Kab Bener Meriah Ada Ada Ada Sudah II Jawa Timur 1 Bondowoso Belum Belum Belum Belum III Kalimantan Barat 1 Kab Sambas Belum Belum Belum Belum 2 Kota Singkawang Belum Belum Belum Belum IV Sulawesi Selatan 1 Kab Barru Ada Ada Ada Ada 326 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Status MSF Tahun Pertama Bidang Kesehatan No PropinsiKabKota Ada Kepengurusan Pertemuan MSF Rencana Kerja Pemantauan Pelayanan I ACEH 1 Banda Aceh Ada Ada Ada Sudah 2 Bener Meriah Ada Ada Ada Sudah 3 Aceh Singkil Ada Tidak aktif Ada Sudah II Jawa Timur 1 Bondowoso Ada Ada Ada Sudah III Kalimantan Barat 1 Sambas Ada Tidak aktif Belum Sudah 2 Singkawang Ada Ada Belum Sudah Di sektor kesehatan semua MSF tahun pertama telah terbentuk, sudah mempunyai kepengurusan, sudah mempunyai rencana kerja sederhana dan sebagian besar MSF masih aktif melakukan pertemuan ineternal dan kegiatan untuk memantau pelaksanaan pelayanan publik di Puskesmas. Contohnya, MSF Puskesmas Semparuk di Kabupaten Sambas, MSF Singkawang Selatan di Kota Singkawang, MSF Kota Banda Aceh, bahkan di Kabupaten Bener Meriah MSF tingkat kecamatan cukup aktif dalam melakukan pertemuan internal dan telah melakukan pemantauan pelayanan publik Puskesmas. Kondisi MSF Kesehatan tergambar di bawah ini: MSF Kesehatan tahun kedua baik di tingkat kabupatenkota maupun tingkat Puskesmas kecamatan di seluruh kabupatenkota daerah KINERJA telah terbentuk, semua MSF sudah mempunyai kepengurusan, sudah menyusun rencana kerja secara sederhana dan sudah melakukan kegiatan advokasi penyusunan regulasi maupun pengawasan pelayanan publik. Di Sulawesi Selatan di Kota Makassar dan Kabupaten Bulukumba, MSF sudah melakukan evaluasi maklumat pelayanan bersama-sama dengan Puskesmas untuk melihat apakah maklumat pelayanan yang di susun masih relevan atau tidak. 327 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Di Jawa Timur, MSF Kota Probolinggo terlibat aktif dalam penyusunan janji perbaikan pelayanan dan rekomendasi teknis Puskesmas non mitra yang mengadopsi pelaksanaan survei pengaduan. MSF Kabupaten Jember sudah membangun forum pertemuan bulanan dan terlibat aktif dalam penyusunan SOP di Puskesmas. MSF Kesehatan di Kalimantan Barat di Kabupaten Sekadau, Melawi dan Bengkayang terlibat aktif dalam inalisasi survei pengaduan, pelaksanaan analisis masalah penyebab pengaduan dan penyusunan janji perbaikan pelayanan serta rekomendasi teknis. Bahkan MSF Kabupaten Bengkayang bertindak sebagai fasilitator utama pelaksanaan survei pengaduan hingga selesai. Di samping itu MSF di ketiga daerah tersebut aktif dalam pembahasan regulasi tentang kemitraan bidan dan dukun. sebagai wujud kepedulian MSF dalam mengawal pelayanan yang lebih baik. Berdasarkan hasil evaluasi, maklumat pelayanan yang disusun masih relevan untuk di lakukan. Selain itu MSF sudah terlibat aktif dalam pengembangan mekanisme pengaduan dengan penyediaan kotak pengaduan di Puskesmas dan jajarannya. MSF terlibat dalam pemantauan dan pembahasan pengaduan yang di berikan oleh masyarakat melalui kotak pengaduan. Di Luwu dan Luwu Utara, dalam kuartal ini MSF sudah melakukan pembahasan tugas dan fungsi MSF dan penguatan MSF mengenai teknik advokasi, monitoring dan mediasi. Di Simeuleu, MSF sudah mulai aktif dengan melakukan pertemuan-pertemuan dan telah mempunyai sekretariat. Di Aceh Tenggara, Majelis Kesehatan Kabupaten dan Majelis Kesehatan Kecamatan yang merupakan MSF tingkat kabupaten dan kecamatan sudah mulai aktif melakukan pertemuan dan sudah mempunyai rencana kerja sederhana. 328 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar BAHAN BACAAN 4.5. Penerapan Survei Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan Pendahuluan Sejak diberlakukannya UU No. 252009 tentang Pelayanan Publik, setiap penyelenggara layanan dituntut untuk terus berupaya memperbaiki akses maupun kualitas dari layanan yang diselenggarakannya serta tanggap responsive terhadap kebutuhan masyarakat pengguna layanan. Upaya perbaikan pelayanan publik dapat dilakukan secara lebih efektif bila didasarkan pada hasil kajian persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan yang tersedia. Perbaikan kualitas pelayanan Puskesmas juga dapat dilakukan melalui survei pengaduan masyarakat. Beberapa instrumen untuk mengetahui jenis-jenis pengaduan masyarakat antara lain adalah dengan: 1. Kotak pengaduan; 2. SMS pengaduan; 3. Hotlinetelpon pengaduan; 4. Surat pengaduan; dan 5. Survei pengaduan. Penyediaan akses untuk menerima pengaduan masyarakat pada umumnya dilakukan secara permanen oleh suatu unit pelayanan, tidak seperti Survei Kepuasan yang dilakukan 1 atau 2 tahun sekali. Yang menjadi dasar pelaksanaan survei pengaduan sampai saat ini adalah Peraturan Menteri PAN no 13 tahun 2010 tentang Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat. Pelaksanaan survei pengaduan di daerah mitra Program KINERJA untuk sektor kesehatan fokus kepada pelayanan persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif. Sedangkan untuk sektor pendidikan fokus pada sekolah yang menerapkan manajamen berbasis sekolah. Survei ini sangat penting untuk dilakukan karena merupakan perwujudan dari partisipasi masyarakat guna menilai penyelenggaraan pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas dan sekolah kepada masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan survei pengaduan ini harus dilakukan secara objektif dan independen sehingga hasilnya dapat mencerminkan aspirasi masyarakat terhadap pelayanan yang diperolehnya, dan dapat dijadikan sebagai pedoman penyusunan janji perbaikan pelayanan dan rekomendasi perbaikan pelayanan serta perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan. MSF sebagai forum multi pihak yang menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan survei pengaduan yang telah di laksanakan di daerah mitra KINERJA, peran MSF tidak hanya pada saat pelaksanaan survei tetapi juga berperan aktif mulai dari tahap persiapan, lokakarya penyepakatan kuesioner, pelaksanaan survei, pengolahan data, penyusunan indeks pengaduan, lokakarya analisis penyebab masalah 329 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar pengaduan, penyusunan dan penyepakatan janji dan rekomendasi perbaikan pelayanan hingga proses pemantauan janji dan rekomendasi serta pengkomunikasian dan advokasi pelaksanaan janji perbaikan pelayanan. Pengaduan atau keluhan complaint adalah pernyataan ketidak-puasan, apapun bentuknya tertulis maupun lisan tentang pelayanan, tindakan danatau kekurangan tindakan yang dilakukan oleh unit penyedia layanan atau para stafnya yang mempengaruhi atau dirasakan oleh para pengguna layanan tersebut. Berdasarakan uraian-uraian di atas maka survei pengaduan masyarakat di deinisikan sebagai sebuah survei dengan menggunakan kuesioner pengaduan yang berisi pernyataan-pernyataan pengaduan yang merupakan hasil lokakarya mekanisme pengelolaan pengaduan masyarakat. Dimana dalam lokakarya tersebut masyarakat dan aparatur penyedia layanan bersama-sama merumuskan pernyataan-pernyataan pengaduan terkait dengan kekurangan layanan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dari unit layanan publik secara partisipatif dan transparan. Setelah itu dilakukan prioritisasi pernyataaan pengaduan dan di masukkan dalam kuesioner pengaduan masyarakat. Survei pengaduan ini merupakan sebuah tahapan dalam metode pengelolaan pengaduan masyarakat, dimana dalam survei ini akan terlihat persepsi masyarakat demand side terhadap kualitas layanan yang selama ini telah diberikan oleh penyedia layanan supply side. Dinamakan survei pengaduan karena memang secara khusus ingin mengetahui berapa banyak orang yang mengadu tentang hal-hal yang selama ini dirasakan kurang oleh masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Tahapan Survei Pengaduan KINERJA mengadopsi pelaksanaan survei pengaduan untuk diterapkan pelaksanaannya di tingkat unit pelayanan, di Puskesmas dan sekolah. Tahapan pelaksanaan survei pengaduan yang telah di selenggarakan dan di fasilitasi oleh KINERJA adalah: Tahap Persiapan Merupakan tahap awal untuk mengenalkan kepada dinas teknis pendidikan atau kesehatan, Puskesmas maupun sekolah dan stakeholders lainnya. Tahap ini di gunakan untuk menjelaskan ilosoi, proses dan manfaat survei pengaduan bagi unit pelayanan bersangkutan. Komunikasi yang baik dan advokasi yang tepat akan memudahkan proses survei pengaduan selanjutnya. Dukungan dari dinas dan unit pelayanan bersangkutan menjadi sangat penting karena perubahan di harapkan dapat terjadi setelah survei ini di jalankan. Kontribusi OMP KINERJA dalam proses ini adalah: 1. Melakukan audiensi dengan kepala dinas teknis bersangkutan dan komunikasi yang intensif dengan unit pelayanan bersangkutan. Dalam tahapan ini MSF sudah terlibat secara aktif. 330 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar 2. Proses selanjutnya dari tahap persiapan ini adalah pembentukan tim survei. 3. Penyiapan lokakarya, dalam tahap ini OMP KINERJA bersama dengan MSF, dinas teknis terkait dan pimpinan unit pelayanan melakukan koordinasi untuk penyelenggaraan lokakarya pengelolaan pengaduan. Pada tahap ini, fasilitator bersama tim survei melakukan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan lokakarya seperti penenentuan tanggal pelaksanaan lokakarya, penyiapan tempat, undangan dan logistik lokakarya. Tahap Lokakarya Pengelolaan Pengaduan Lokakarya pengelolaan pengaduan ini sangat penting karena hasil dari lokakarya ini adalah kuesioner survei pengaduan dan rencana kerja pelaksanaan survei pengaduan, sehingga pelaksanaan lokakarya perlu di siapkan dengan baik. Prosentase peserta lokakarya diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a 20 - 30 dari jumlah peserta adalah aparatur penyedia layanan publikunit layanan publik sekolahPuskesmas dan organisasilembaga pembina pelayanan publik SKPDdinasbadan yang bersangkutan b 70 - 80 dari jumlah peserta lokakarya berasal dari pengguna layanan, LSM, Forum Multi Stakeholder MSF, akademisi, massa, organisasi profesi, Jurnalis Warga JW, dan organisasi pemerintah lainnya Penentuan Responden Responden adalah orang yang dijadikan sasaran untuk merespon atau untuk menjawab pernyataan pengaduan. Oleh karenanya responden yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dilakukannya survei pengaduan. Dalam survei pengaduan yang di lakukan oleh Program USAID-KINERJA sasaran survei pengaduan adalah pengguna pelayanandi unit layanan baik sekolah maupun Puskesmas yang menjadi sasaran peningkatan pelayanan publik. Responden yang di maksud dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Sektor pendidikan fokus kepada pelayanan MBS Manajemen Berbasis Sekolah, respondennya adalah siswa dan orang tua siswa. Siswa yang dipilih sebagai responden untuk siswa SD sebaiknya adalah siswa kelas 4, 5 dan 6, sedangkan untuk siswa SMP sebaiknya adalah siswa kelas 2 dan 3. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang dipilih menjadi responden benar- benar merupakan siswa yang sudah memahami pelayanan yang diberikan oleh sekolahnya. 2. Sektor kesehatan pelayanan KIA Kesehatan Ibu dan Anak - yang dapat di jadikan responden adalah seluruh pengguna pelayanan KIA Ibu hamil dan ibu menyusui di Puskesmas dan jajarannya dan sebagian pengantar pengguna pelayanan yang mempunyai hubungan keluarga dan memahami pelayanan yang di berikan oleh Puskesmas dan jajarannya. 3. Sektor kesehatan ko-inveksi TB – HIV - yang dapat dijadikan responden adalah seluruh 331 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar pengguna layanan dan sebagian pengantar pengguna pelayanan Puskesmas dan jajarannya yang menggunakan pelayanan pemeriksaan TB dan HIV. 4. Sektor kesehatan integrasi KIA – HIV - yang dapat dijadikan responden adalah pengguna pelayanan ibu hamil dan ibu menyusui dan sebagian pengantar pengguna pelayanan Puskesmas dan jajarannya yang memanfaatkan pelayanan KIA dan atau pemeriksaan HIV. Jumlah Responden Mengacu pada Permenpan no 13 tahun 2009 tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat, jumlah responden yang menjadi sasaran survei pengaduan ini ditentukan sebagai berikut: o Bagi unit layanan yang mempunyai data valid pengguna layanan, maka jumlah responden survei adalah 80 dari total pengguna layanan aktif. o Bagi unit layanan yang tidak mempunyai data pengguna, maka survei dilakukan kepada seluruh pengguna layanan setiap hari selama kurang lebih 14 hari 2 minggu Pelaksanaan Lokakarya Lokakarya ini adalah kegiatan pertama dari pengelolaan pengaduan masyarakat untuk peningkatan pelayanan publik, dimana untuk pertama kalinya penyelenggara pelayanan publik bertemu dengan masyarakat pengguna layanan. Lokakarya ini merupakan kunci menuju proses selanjutnya. Kesan awal yang buruk akan berdampak pada tahapan selanjutnya dari metode ini. Tips sukses lokakarya adalah ciptakan situasi kondusif agar antara penyelenggara pelayanan publik dan masyaratakat pengguna layanan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga tujuan dari lokakarya ini akan tercapai. Di Papua, untuk memudahkan proses penyusunan kuesioner, sebelum pelaksanaan lokakarya pengelolaan pengaduan yang dilaksanakan di tingkat kabupatenkota, untuk memudahkan dalam memberikan pemahaman dan dalam penyusunan kuesioner pernyataan pengaduan di masing masing PKM dapat melakukan FGD, dengan melibatkan unsur unsur dari PKM, MSF dan pengguna layanan serta tokoh masyarakat. FGD ini di maksudkan untuk mengidentiikasi keluhan-keluhan masyarakat di tingkat PKM terkait dengan pelayanan yang di berikan oleh PKM bersangkutan. Utamanya terkait tata kelola pelayanan, tata laksana pelayanan dan SPM. Keluaran dari FGD ini adalah daftar pernyataan pengaduan dari masing masing PKM untuk di bawa dalam lokakarya pengelolaan pengaduan, sehingga dalam lokakarya pengelolaan pengaduan, draft pernyataan pengaduan dari masing masing PKM akan dijadikan bahan untuk dilokakaryakan ditambah dengan tambahan- tambahan pernyataan pengaduan pada saat lokakarya. 332 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Hasil yang Diharapkan dari Lokakarya 1. Adanya rancangan kuisioner pernyataan pengaduan masyarakat pengguna layanan yang telah disepakati oleh seluruh peserta lokakarya 2. Rencana tindak lanjut setelah lokakarya 3. Menetapkan Tim MSF yang akan membantu tim dalam pelaksanaan survei pengaduan masyarakat 4. Seluruh tim termasuk MSF terampil dalam melaksanakan survei pengaduan masyarakat dan mampu mengolah serta menyajikan hasil survei dalam bentuk Indeks Pengaduan Masyarakat Uji Coba Kuesioner Setelah kuesioner selesai dibuat, maka kuesioner tersebut digandakan dan dibuat untuk proses simulasi survei dan tabulasi pada saat hari kedua pelaksanaan lokakarya mekanisme pengelolaan pengaduan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan untuk menguji apakah kuesioner tersebut sudah benar, baik dari tata bahasa, tata letak, tidak adanya pernyataan pengaduan yang multi tafsir ataupun pernyataan ganda, serta terlalu banyaknya pernyataan pengaduan yang ada dalam kuesioner. Perbaikan Kuesioner Dalam proses penyusunan kuesioner ada kalanya masih banyak terdapat pernyataan-pernyataan yang mempunyai makna kalimat yang punya makna hampir sama, sudah tercakup di pernyataan lainnya, atau bahkan bisa dihilangkan. Untuk itu perlu di periksa ulang sebelum kemudian kuesioner tersebut digandakan dan dipakai dalam survei pengaduan. Tahap Pelaksanaan Survei Tahapan kedua dari metode pengelolaan pengaduan masyarakat untuk peningkatan kualitas pelayanan publik adalah survei pengaduan masyarakat.Hal ini menjadi salah satu titik kritis dalam metode penerapan pengelolaan pengaduan masyarakat guna meningkatkan kualitas pelayanan publik karena disinilah hasil survei akan diketahui sejauh mana persepsi masyarakat akan kualitas pelayanan yang telah diberikan oleh aparatur penyedia layanan. Sehingga kadang kala memunculkan ketakutan dikalangan penyelenggara pelayanan bahwasannya penilaian masyarakat atas pelayanan mereka tidak seperti yang mereka harapkan. Demikian juga dengan responden survei yang kadang kala tidak mendapatkan informasi yang memadai sehingga kemudian mereka mengisi survei tidak berdasarkan fakta lapangan yang ada, tetapi lebih pada asumsi yang membuat hasil survei tidak maksimal. Untuk itu diperlukan upaya sosialisasi dan persiapan yang cukup sebelum survei pengaduan dilaksanakan, sehingga baik aparatur penyedia layanan publik maupun masyarakat yang menjadi target survei memahami maksud dan kegunaan dari survei pengaduan ini. 333 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Hal–hal yang harus diingat selama pelaksanaan survei, adalah: 1. Bagaimana menjangkau responden 2. Bagaimana menjelaskan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari survei adalah dalam upaya untuk mengetahui prioritas layanan yang harus segera diperbaiki serta rekomendasi perbaikan pelayanan yang akan datang 3. Meyakinkan responden bahwa mereka tidak perlu takut akan ada tekanan 4. Pastikan kerahasiaan dan kepercayaan selama survei 5. Jelaskan pernyataan pengaduan menggunakan kata-kata sederhana atau menggunakan bahasa setempat 6. Cara merekapitulasi hasil survei rekapitulasi harian dan rekapitulasi total Penyusunan Indeks Pengaduan Masyarakat IPM Hasil survei pengaduan masyarakat yang telah dilaksanakan dalam bentuk format rekapitulasi harian akan dirubah dalam bentuk Indeks Pengaduan Masyarakat IPM yang mudah dilihat dan dimengerti oleh siapapun yang membaca data tersebut. Untuk itulah Indeks Pengaduan Masyrakat IPM ini dibuat agar menarik untuk dibaca baik warna tulisan maupun bentuk tabelnya. Proses penyusunan indeks ini tetap melibatkan MSF sebagi tim dalam pelaksanaan survei pengaduan. 334 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar 4 400 400 340 340 340 300 290 280 280 260 240 230 230 200 200 190 190 180 170 160 150 140 130 130 90 90 80 80 10 10 100 200 300 400 50 Guru mengajar lebih dari satu pelajaran Toilet tidak berfungsi, jumlahnya masih kurang, dan tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan Belum adanya sarana ibadah Penyerahan ijazah seringkali terlambat Ruang kelas belajar tidak cukup Tidak ada guru BP di sekolah Sekolah tidak melarang siswa membawah HP Tidak ada laboratorium dan sarana olahraga untuk praktek Pendaftaran siswa baru masih rumit Pemberian sanksi kepada murid bersifat kekerasan. Tidak tersedia tong sampah yang memadai dan terpisah antara sampah basah dan kering Penyerahan raport atau ijasah selalu terlambat Guru tidak menggunakan alat bantuperagaTIK Ruang UKS, Ruang guru BK belum tersedia Guru menambah jam belajar di luar jam sekolah. Jumlah koleksi buku yang tidak memadai di perpustakaan Beasiswa siswa miskin BSM yang tidak tepat sasaran dan tidak diterima secara penuh Ruang kelas tidak memadai Hasil ulangan tidak dibagikan Guru mengajar tidak tepat waktu Siswa diharuskan membeli buku paket pelajaran Materi yang diajarkan guru tidak menggunakan buku panduan Guru tidak mengembalikan lembar hasil Ulangan harian siswa Mata pelajaran muatan local tidak sesuai dengan kebiasaan siswa Tidak ada pagar sekolah Cara mengajar guru tidak dipahami oleh siswa Belum ada kerjasama yang baik antara orangtua siswa dengan pihak sekolah Siswa dikeluarkan sekolah tanpa alasan yang jelas Lingkungan sekitar sekolah tidak nyaman Masih ada guru yang merokok dalam kelas Masih ada siswa yang merokok di lingkungan sekolah Contoh hasil indeks pengaduan adalah: 335 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Lokakarya Analisis Masalah Penyebab Pengaduan dan Rencana Perbaikan Pelayanan Lokakarya ini di laksanakan untuk melakukan analisis penyebab permasalahan dari setiap pengaduan masyarakat, oleh karenanya komposisi peserta lokakarya lebih banyak diikuti oleh penyelenggara pelayanan. Perbandingan peserta lokakarya adalah sebagai berikut: a 70 - 80 dari jumlah peserta adalah aparatur penyedia layanan publikunit layanan publik sekolahPuskesmasperijinan terpadu satu pintu dan organisasilembaga pembina pelayanan publik SKPDdinasbadan yang bersangkutan. b 30 - 20 dari jumlah peserta lokakarya berasal dari pengguna layanan, LSM, Multi Stakeholder Forum MSF, akademisi, organisasi massa, organisasi profesi, Jurnalis Warga JW, dan organisasi pemerintah lainnya. Lokakarya ini adalah untuk mencari penyebab masalah pengaduan dari setiap pengaduan masyarakat. Untuk memudahkan peserta dalam melakukan analisis maka dapat menggunakan tabel atau matriks analisis penyebab masalah pengaduan. Dalam menggunakan matrik analisis penyebab pengaduan ini, kita harus kembali mengingat bahwa ada rumus logis antara pernyataan pengaduan dengan penyebab pengaduan yaitu Jika sebab...................Maka pengaduan.............. Kalimat haruslah merupakan kalimat yang mempunyai hubungan sebab akibat. Apabila syarat ini tidak terpenuhi maka dapat dipastikan faktor terebut bukanlah merupakan penyebab dari pengaduan tersebut. Untuk menghindari adanya kalimat penyebab yang tidak memenuhi kriteria hubungan sebab akibat, maka peran fasilitator sangatlah vital untuk selalu melakukan koreksi dengan cara menyambungkan kalimat sebab dengan pengaduan. Contoh : JIKA Sebab MAKA Pengaduan Jumlah KMWC tidak sebanding dengan jumlah siswa dalam ketentuan SPM, 1 KM = 30 siswa Jumlah KMWC tidak mencukupi untuk siswa 336 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Dari hasil analisis pengaduan maka solusi yang masih dalam kewenangan dan kemampuan aparatur penyelenggara pelayanan dimasukkan dalam kolom Solusi Internal yang kemudian akan menjadi Janji Perbaikan Pelayanan dari unit pelayanan publik tersebut. Janji perbaikan pelayanan ditulis seperti surat yang ditujukan kepada pengguna yang memberikan informasi bahwa pengaduan sudah diterima dan merupakan pernyataan terbuka tentang upaya perbaikan yang dilakukan. Janji perbaikan pelayanan harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dalam gaya bahasa yang bersahabat dan meyakinkan. Manfaat Survei Pengaduan dalam Peningkatan Pelayanan Publik Survei pengaduan masyarakat ini sangatlah penting dan menjadi tolok ukur akan kualitas pelayanan yang telah diberikan oleh aparatur kepada masyarakat. Hal ini juga menunjukkan kelemahan-kelemahan dari unit pelayanan publik yang harus segera diperbaiki jika masih dalam kewenangan dan kemampuan unit layanan bisa langsung diperbaiki ataupun merupakan input bagi penyusunan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah di level yang lebih tinggi misalnya Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan dalam konteks Program KINERJA. Manfaat survei pengaduan masyarakat ini seperti “ General Check Up” atau merupakan “pemeriksaan secara menyeluruh” akan kualitas dari sebuah pelayanan unit layanan publik baik menyangkut sarana prasarana, sumber daya manusia ataupun sistem. Untuk perbaikannya, ada yang bisa dilaksanakan oleh unit layanan publik itu sendiri baik saat itu juga ataupun bertahap sesuai dengan kemampuan ataupun meminta support kebijakan baik yang menyangkut anggaran ataupun lainnya yang merupakan domainwilayahwewenang dari para pengambil keputusan kepala daerah dan ketua DPRD . Bagi Pengguna Layanan 1. Akan ada respon positif merasa dihargai karena aspirasi tersalurkan dan dilibatkan dalam analisis dan pemecahan masalah 2. Adanya jaminan bahwa sebagian dari masalah yang dihadapi dapat terselesaikan 3. Terbangunnya kepercayaan terhadap unit layanan Pemerintah Daerah 4. Terbangunnya komunikasi yang harmonis antara penyedia dan pengguna layanan 5. Sebagian beban pengguna layanan bisa dikurangi Bagi Kepala Daerah 1. Diperolehnya informasi pengaduan masyarakat yang aktual dan akurat sebagai bahan pengambilan keputusan 2. Legitimasi politik dari masyarakat cenderung meningkat 3. Terbangunnya sistem pelayanan publik yang transparan, partisipatif, dan akuntabel 337 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar 4. Salah satu metode pendekatan kepada rakyat konstituen Bagi Kepala SKPD 1. Sebagai bahan perencanaan pelayanan yang tepat sasaran dan tepat manfaat 2. Sebagai bahan kajian untuk memperbaiki kualitas layanan 3. Sebagai bahan masukan untuk usulan pengajuan kegiatan 4. Sebagai bahan kajian untuk mengetahui eisiensi dan efektiitas pelaksanaan program Bagi Unit Layanan 1. Mendapatkan data valid tentang kekurangan kualitas layanan secara rinci baik tentang prosedur dan proses pelayanan, fasilitas yang tersedia, biaya, serta kompetensi dan perilaku aparatur pelayananan 2. Menjadi prioritas untuk rencana perbaikan dan pembiayaan untuk tahun kegiatan yang akan datang 3. Menjadi basis data yang kemudian dianalisis dan dimasukkan dalam janji dan rekomendasi perbaikan pelayanan 4. Sebagai instrumen komunikasi dua arah yang sangat efektif dengan pengguna layanan dalam upaya untuk perbaikan kualitas pelayanan publik secara terus –menerus continuous improvement. Penerapan dan Realisasi Hasil Survei Pengaduan di Daerah Mitra KINERJA Program KINERJA telah memfasilitasi pelaksanaan survei pengaduan di 180 sekolah yang tersebar di Kalimantan Barat, Sulawesi selatan, Aceh dan Jawa Timur, serta di 61 Puskesmas mitra. Tahapan pelaksanaan survei yang di lakukan mengacu pada tahapan survei yang di tetapkan oleh Kemenpan. Realisasi dan implementasi hasil survei pengaduan di beberapa daerah mitra KINERJA melalui proses dan dinamika yang sangat bervariatif di kabupaten kota. Hasil survei pengaduan masyarakat seperti graik IPM, graik KIA dan Janji Layanan sudah diinformasikan di media publik dan ditempelkan di papan Puskesmas. Evaluasi yang melibatkan staf Puskesmas mitra terkait, Multi Stakeholder Forum, dan dinas kesehatan dilakukan pada Desember 2012 hingga Januari 2013. Laporan evaluasi veriikasi status realisasi Janji Layanan sudah dilakukan oleh Puskesmas Singkawang Barat dan Puskesmas Singkawang Selatan. Evaluasi oleh MSF dan dinas kesehatan kepada Puskesmas mitra dilakukan pada pertengahan bulan Desember 2012. Hasil evaluasi ini ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi dan evaluasi program KINERJA bersama-sama dengan Pemkot Singkawang pada akhir Desember 2012 untuk mendorong diterbitkannya peraturan walikota. Janji Layanan dan rekomendasi bidang layanan KIA sudah dilakukan antara lain adanya kotak pengaduan di Puskesmas dan dibentuknya tim pelaksana perbaikan di Puskesmas mitra. 338 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Diterbitkannya Perwako terkait ASI Ekslusif dan IMD yang telah disosialisasikan diyakini oleh beberapa informan turut mendorong realisasi Janji Layanan Tabel 1. Hasil Survei Pengaduan Masyarakat di Dua Puskesmas di Kota Singkawang Pengaduan Solusi Tingkat Puskesmas Solusi Lintas Sektor • Alat kontrasepsi gratis masih diperjualbelikan • Sulit mendapatkan alat kontrasepsi gratis Sosialisasi dan informasi untuk akses alat kontrasepsi, daftar alat kontrasepsi gratis, pengawasan Puskesmas Sosialisasi dan informasi untuk akses alat kontrasepsi, daftar alat kontrasepsi gratis, pengawasan Puskesmas PMT Balita PMT ASI • PMT berbasis lokal • Costing pengadaan PMT Gibur dan Girang • Dinas kesehatan mengalokasikan anggaran stok PMT • Pemkot bekerjasama dengan pihak swasta • Dinas kesehatan mempercepat pencairan PMT tepat waktu • Pemantauan oleh Dinas Kesehatan Gibur dan Girang secara berkala Kader Posyandu kurang aktif Pembinaan penguatan kapasitas kader, koordinator dan kerjasama dengan kader Koordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait kelurahan-kecamatan Forum MSF, Dinas Kesehatan, PKK, BPMPKB Sarana dan peralatan untuk Posyandu • Sosialisasi ke masyarakat bahwa sarana dan peralatan merupakan bantuan stimulan oleh Dinas Kesehatan pihak lain • Indentiikasi prasarana yang belum lengkap Koordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait kelurahan-kecamatan Forum MSF, Dinas Kesehatan, PKK, BPMPKB, pihak swasta Penyaluran Jamkesmas tidak tepat sasaran Penjelasan dan sosialisasi ke masyarakat Penyuluhan KIA, Imunisasi, Jampersal Peningkatan KIA dan sosialisasi ke masyarakat kerjasama dengan MSF Media KIA, sosialisasi dari dinas kesehatan dan dinas terkait di Puskesmas.Berikut adalah tabel yang memuat sejumlah pengaduan untuk ditindaklanjuti baik di tingkat Puskesmas maupun lintas sektor. 339 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Pengaduan Solusi Tingkat Puskesmas Solusi Lintas Sektor Media KIAsosialisasi dari Dinas kesehatan dan dinas terkait • Pelaksanaan Posyandu tetap berjalan • Diskusi konsep posyandu • Dinas kesehatan bekerjasama dengan kelurahan, kecamatan di lokasi posyandu • Pemkot bekerjasama dengan BUMN, swasta untuk peningkatan dan pengembangan posyandu • Mendukung program dan pengembangan oleh sektor lain Sumber: Laporan OMP Survei Pengaduan Masyarakat Kota Singkawang 2013 Selain pengguna layanan, yang juga merasakan dampak intervensi Janji Layanan ini adalah para petugas Puskesmas. Mereka merasa bebannya bertambah karena harus memenuhi Janji Layanan tersebut. 1 Keluhan yang umumnya langsung ditanggapi adalah aduan non isik yang berhubungan dengan pelayanan. Adapun aduan yang bersifat isik belum direspon karena terkendala oleh dana dan SDM. Disisi lain realisasi janji pelayanan telah merespon perubahan-perubahan di Puskesmas, diantaranya: 1 ruang tunggu pelayanan umum sudah dipisah dengan ruang tunggu KIA; 2 sudah ada ruang laktasi; 3 kotak pengaduan sudah tersedia; 4 jam pelayanan tidak molor; 5 tidak ada perbedaan pelayanan antara pasien umum dengan pasien Jamkesmas atau Jamkesda; 6 ada himbauan kepala Puskesmas mengenai alat kontrasepsi gratis; Selain itu, sudah terdapat 7 Mading ditiap Puskesmas; 8 1 Pelayanan yang tepat waktu juga dipengaruhi Perwako No.8 Tahun 2013 tentang disiplin PNS tampaknya berdampak pula pada petugas-petugas kesehatan dengan pelayanan Puskesmas sudah dimulai pada tepat pada pukul 8 pagi. penerapan layanan 5S Senyum, Sapa Salam, Sopan, Santun;dan 9 adanya SOP alur layanan dan SOP untuk layanan KIA dan gizi. Penyediaan alat kontrasepsi oleh Pemda dilakukan pada tahun 2013 melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana BPMPKB. Alat kontrasepsi dalam bentuk pil KB diberikan kepada masyarakat melalui kader-kader PPKBD. Realisasi survei pengaduan di Kota Probolinggo dengan dukungan dari organisasi mitra pelaksana survei pengaduan serta partisipasi multi stakeholder forum terus ditingkatkan tidak hanya keaktifannya tapi juga pengetahuan dan pemahamanya. Proses pembentukan MSF, sosialisasi, diskusi bersama, pertemuan koordinasi, pertemuan pembahasan alat monev, dan lain-lain. Awal Maret 2013, perwakilan anggota MSF mengikuti Lokakarya Penguatan MSF selama 3 hari di Malang. Lokakarya ini membahas isu-isu seputar advokasi di bidang pendidikan dan kesehatan. Metode penguatan yang dipakai adalah getuk tular, artinya anggota multi stakeholder forum yang mengikuti lokakarya akan membagi ilmu advokasi tersebut kepada anggota MSF lainnya. Agenda MSF selanjutnya adalah 340 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Tabel 2. Hasil Veriikasi Status Realisasi Janji Layanan UNIT PELAYANAN Presentase Perbaikan 2012 Realisasi Janji Pelayanan Presentase Perbaikan 2013 Realisasi Janji Pelayanan Sudah direalisasi Sedang direalisasi Belum terealisasi Sudah direalisasi Sedang direalisasi Belum Direalisasi SDN Tisnonegaran 1 67 27 6 88 6 6 SDN Kebonsari Kulon 2 92 4 4 92 4 4 SDN Kanigaran 5 100 100 SDN Curahgrinting 1 92 8 92 8 SDN Kebonsari Wetan 1 81 4 15 81 4 15 SDN Sukoharjo 4 89 11 95 5 MTSN 70 20 10 97 3 SDN Jrebeng Wetan 1 92 8 96 4 SDN Jrebeng Kulon 2 77 14 9 86 14 SDN Kedopok 1 93 4 4 100 SDN Sumber Wetan 1 39 26 35 78 9 13 SDN Karenglor 2 100 100 SMPN 6 78 22 95 5 SDN Wonoasih 2 84 16 89 11 SDN Jrebeng Kidul 1 72 24 4 92 4 4 SDN Kedunggaleng 84 8 8 92 8 SDN Pakistaji 1 95 5 95 5 SDN Kedungasem 3 78 13 9 78 13 9 SDN Sumber Taman 1 87 13 87 13 SMPN 8 86 10 4 95 5 Sumber: Laporan OMP Survei Pengaduan Masyarakat Kota Probolinggo 2013 melakukan monitoring dan mengumpulkan data- data pendukung mengenai pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah mitra. Evaluasi MBS ini bertujuan untuk melihat sekolah mana yang menerapkan MBS dengan baik. Pada tahap awal akan diambil 5 sekolah mitra dalam kategori emas. Adapun data yang dikumpulkan akan dipakai sebagai bahan untuk melakukan hearing dengan dinas dan DPRD. Menjelang kegiatan monitoring ke sekolah mitra, anggota MSF lebih intensif melakukan pertemuan untuk membahas alat dan metode monitoring dan persiapan lainnya. Tim Organisasi Mitra Pelaksana MBS sudah pernah melakukan monitoring dan evaluasi di 20 sekolah mitra pada bulan Desember 2012 dan Maret 2013. Laporan hasil veriikasi status realisasi Janji Layanan diuraikan di bawah ini. 341 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Dari Tabel 2 di atas, tercatat kemajuan yang cukup berarti. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh MSF pada Desember 2012 dan Maret 2013 menunjukkan beberapa capaian yaitu: • Ada 3 sekolah mitra yang mendapatkan dana bantuan melalui dinas pendidikan, yaitu: SDN Kanigaran 5, SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Kebonsari Wetan 1 • Keluhan mengenai kurangnya media pembelajaran dan alat peraga sudah ditindaklanjuti melalui bantuan dinas pendidikan yaitu kepada 7 sekolah, yaitu: SDN Sumber Wetan 1, SDN Jrebeng Wetan 1, SDN Tisnonegaran 1, SDN Kedunggaleng, SDN Kedungasem, SMPN 6, dan SMPN 8. • Keluhan mengenai meja, kursi dan perabot kelas kurang layak sudah ditindaklanjuti dengan bantuan kepada 9 sekolah yang mendapatkan bantuan, yaitu SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Kedopok 1, SDN Jrebeng Kulon 2, SDN Jrebeng Wetan 1, SDN Wonoasih 2, SDN Kedungasem 3, SDN Sumber Taman 1, SDN Pakistaji 1, dan SDN Jrebeng Kidul • Keluhan mengenai kurangnya buku paket sudah ditanggapi oleh beberapa sekolah dengan cara menganggarkan pengadaan buku paket dalam RKAS sekolah. Pemenuhan janji layanan di Kota Probolinggo dipengaruhi oleh adanya kerja sama antara pemangku kepentingan di sekolah, komitmen yang tinggi dan komunikasi yang intens diantara pemangku kepentingan, serta keinginan yang kuat dari kepala sekolah. Meski demikian, hambatan berupa masih lemahnya pemahaman warga sekolah mengenai penerapan MBS yang berorientasi layanan publik dan keterbatasan anggaran merupakan dua hambatan utama dalam realisasi Janji Layanan. Selain melakukan monitoring terhadap pemenuhan Janji Layanan di tingkat sekolah, MSF juga melakukan monitoring terhadap pemenuhan rekomendasi perbaikan yang sudah disampaikan kepada dinas terkait. Laporan hasil monitoring oleh MSF juga menyebutkan bahwa baik langsung atau pun tidak langsung rekomendasi yang diajukan oleh sekolah mitra telah dipenuhi oleh pemerintah melalui dana DAK dan DAU tahun anggaran 2012. Adapun rekomendasi pemenuhan sarana ibadah dan halaman sering becek mendapat tanggapan dari komite sekolah, misalnya di SDN Sukoharjo 4, SMP 8 Probolinggo, SDN Tisnonegaran 1. 342 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Tabel 3. Hubungan Saling Mendukung antara Survei Aduan, SPP, SOP, dan SPM 343 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Catatan: a. Jenis aduan diringkas dan dikelompokkan berdasarkan urutan komponen SPP. b. Komponen SPP 2 persyaratan; 3 sistem, mekanisme, prosedur; 4 jangka waktu penyelesaian; 5 biayatarif;6 produk pelayanan; 7 sarana, prasarana, fasilitas; 8 kompetensi pelaksana; 9 pengawasan internal; 10 penanganan pengaduan, saran, dan masukan; 11 jumlah pelaksana; 12 jaminan pelayanan; 13 jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan. c. Janji Layanan dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan perbaikan SPM dan perumusan SOP. d. SPM Kesehatan 1 cakupan ibu hamil; 2 cakupan komplikasi kebidanan; 3 persalinan oleh tenaga kesehatan; 4 pelayanan nifas; 5 neonatus komplikasi; 6 kunjungan bayi; 7 immunisasi; 8 pelayanan balita; 9 makanan pendamping asi; 10 balita gizi buruk; 12 peserta KB aktif; 14 kesehatan dasar pasien miskin; 15 kesehatan rujukan pasien miskin. e. SPM Pendidikan 2 jumlah siswarombel; 15 buku paketsiswa; 17 alat peraga IPA; 19 guru bekerja 37,5 jamminggu; 20 proses pembelajaran 34 minggutahun; 21 penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; 22 silabus untuk setiap mata pelajaran; 23 program penilaian untuk peningkatan kemampuan siswa; 24 supervisi kepala sekolah; 25 laporan hasil penilaian siswa; 26 hasil test tengah tahun dan ujian; 27 Manajemen Berbasis Sekolah. 344 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar BAHAN BACAAN 4.6. Pengurangan Jenis Izin Sebagai Tahap Lanjutan dari Proses Reformasi Perizinan di Instansi Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Daerah Pendahuluan Kesulitan untuk memulai usaha di Indonesia sudah banyak dikeluhkan dunia usaha. Peringkat Indonesia untuk indikator ini terburuk dari 10 indikator survei tahunan yang dilakukan International Finance Corporation IFC, Doing Business, yaitu ke- 175 tahun 2014— lebih rendah daripada tahun sebelumnya di peringkat ke-171. Secara khusus, dua aspek yaitu jumlah prosedur dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih buruk daripada negara-negara Asia Timur dan Pasiik EAP serta anggota OECD. Untuk mendirikan usaha baru di Indonesia, sebuah perusahaan harus menempuh sepuluh prosedur rata-rata 7 prosedur untuk negara EAP dan 5 prosedur untuk negara OECD dan membutuhkan waktu 48 hari rata-rata 38 hari untuk negara EAP dan 11 hari untuk negara OECD. Meskipun data survei ini dikumpulkan di ibukota negara, Jakarta, data tersebut menunjukkan permasalahan nasional dalam proses formalisasi usaha yang cenderung berbelit-belit dan korup. Melalui Permendagri 242006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Pemerintah Indonesia mulai mempromosikan pembentukan pelayanan terpadu satu pintu PTSP atau OSS untuk perizinan usaha di semua tingkat pemerintahan dalam rangka menyederhanakan proses perizinan. Sebagai konsekuensinya, jumlah kantor PTSP daerah yang dibentuk di Indonesia telah meningkat dari 111 pada tahun 2001-2005 menjadi 404 kantor 76 dari jumlah total pada tahun 2012. Akan tetapi,hampir 69 kantor PTSP mempunyai wewenang yang terbatas atau tidak mempunyai wewenang sama sekali untuk menerbitkan lebih dari 100 jenis izin di tingkat daerah sehingga kurang bermanfaat bagi pelaku usaha. Kualitas pelayanan juga masih buruk. Misalnya, untuk mengurus surat izin usaha perdagangan SIUP dan tanda daftar perusahaan TDP, sekitar 40 kantor PTSP membutuhkan waktu lebih dari tiga hari standar nasional untuk memproses permohonan; sekitar 80 masih membebankan biaya kepada pemohon seharusnya bebas biaya; dan sekitar separuh dari jumlah kantor PTSP meminta lebih banyak dokumen untuk diajukan oleh pemohon daripada standar nasional. Pada dasarnya, kebanyakan pemerintah daerah hanya menggugurkan kewajiban dengan membentuk PTSP tanpa banyak memperbaiki substansi pelayanan. Salah satu komponen penting dalam Program KINERJA dukungan USAID adalah mewujudkan iklim usaha yang lebih Baik Business Enabling Environment - BEE dengan melakukan reformasi sistem perizinan melalui pendampingan pembentukan danatau pengembangan Pelayanan 345 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Terpadu Satu Pintu PTSP di kabupatenkota.Para organisasi mitra pelaksana OMP BEE-KINERJA di 8 kabupatenkota memfasilitasi pemerintah daerah melakukan hal-hal strategis berikut: 1 Penguatan kelembagaan melalui peningkatan wewenang PTSP. Agar pelayanan perizinan usaha dapat diselenggarakan secara efektif maka PTSP harus menjadi “pelayanan terpadu satu pintu yang nyata” di mana pemohon izin tidak perlu mengunjungi kantor lain untuk mengurus berbagai jenis izin. Oleh karena itu, pemindahan wewenang perizinan instansi teknis kepada PTSP menjadi strategi utama. 2 Memperbaiki kualitas pelayanan perizinan. Pertama, prosedur operasional standar SOP dan standar pelayanan SP untuk setiap jenis izin harus dikembangkan dan ditetapkan sehingga standar pelayanan tingkat nasional waktu, biaya dan persyaratan untuk mengurus izin terpenuhi. SOP juga harus memisahkan pelayanan front ofice dan back ofice untuk memastikan pemisahan wewenang yang jelas dan mengembangkan sistem pemeriksaan dan keseimbangan checks and balances. Kedua, karena PTSP mungkin tidak mempunyai kapasitas teknis yang lengkap untuk memeriksa permohonan izin maka perwakilan dari instansi teknis dipilih untuk mendampingi sebagai anggota “tim teknis” guna membantu PTSP dalam menilai aspek-aspek yang lebih bersifat teknis dari permohonan izin. Oleh karena itu, proses keseluruhan tetap berada di bawah pengawasan PTSP tanpa mengurangi kualitas penilaian teknis terhadap permohonan izin. Ketiga, berbagai jenis peningkatan kapasitas—di bidang teknis dan budaya pelayanan—akan diberikan kepada staf PTSP dan anggota tim teknis. 3 Memperbaiki tata kelola pelayanan perizinan. Kegiatan yang termasuk di sini adalah: i informasi yang jelas dan transparan tentang waktu, biaya, ketentuan dan prosedur untuk mengurus setiap jenis izin akan diberikan kepada sektor swasta, khususnya pemohon izin; ii mekanisme penanganan pengaduan untuk memastikan agar masyarakat yang merasa tidak puas dapat dengan mudah menyampaikan permasalahannya untuk ditindaklanjuti oleh PTSP; dan iii survei kepuasan masyarakat dilaksanakan secara berkala untuk menyediakan dasar bagi peningkatan kualitas pelayanan secara keseluruhan. 4 Mengurangi jenis izin yang diwajibkan oleh Pemda. Integrasi pelayanan perizinan di PTSP akan membantu pelaku usaha untuk mengurus semua izin yang diperlukan di satu tempat. Tetapi, perbaikan nyata iklim investasi membutuhkan deregulasi dan penyederhanaan persyaratan perizinan. 5 Bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil CSO dan sektor swasta dalam melaksanakan keempat strategi di atas. KINERJA menyadari bahwa proses perbaikan pelayanan perizinan yang dibahas di atas akan lebih efektif apabila CSO, khususnya sektor swasta, dilibatkan dalam proses perubahan. Oleh karena itu, CSO akan dikonsultasikan 346 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar secara intensif dalam mengidentiikasi masalah dan membahas berbagai alternatif solusi. Proses Pengurangan Penyederhanaan Jenis Izin di Kabupaten Barru – Sulawesi Selatan Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan, menjadi salah satu dari delapan daerah yang mendapatkan pendampingan teknis untuk komponen BEE. Melalui organisasi mitra pelaksananya di daerah, Yayasan Adil Sejahtera YAS Makassar, pendampingan yang dimulai pada sejak 2011 bertujuan untuk memperkuat Kantor Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal KP3M dalam memberikan pelayanan terpadu untuk perizinan dan non- perizinan yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya pelaku usaha. Hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat IKM pada akhir tahun 2011 yang dilaksanakan oleh mitra KINERJA, YAS Makassar, bekerja sama dengan KP3M menunjukkan bahwa kepastian jadwal, biaya, serta persyaratan perizinan menjadi 3 hal yang mendapatkan skor terendah dari 14 unsur pelayanan yang ditanyakan kepada pelaku usaha di Barru. Pemetaan Izin dan Analisis Regulasi Tahapan penting yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan menjadi prasyarat sebelum Tim melakukan proses penyederhanaan, adalah melakukan pemetaan atau identiikasi setiap izin dan non-izin yang dikeluarkan oleh seluruh SKPD di Kabupaten Barru. Pemetaan izin difasilitasi oleh YAS dengan keterlibatan aktif staf KP3M, Bagian Hukum, SKPD teknis terkait, serta pemangku kepentingan non-pemerintah-CSO, asosiasi usaha, bahkan media lokal. Secara paralel, pemerintah daerah, di bawah koordinasi Bagian Hukum juga melakukan identiikasi dan analisis regulasi terkait perizinan agar bisa melakukan pengelompokan rumpun kewenangan. Melakukan identiikasi dan analisis regulasi perizinan serta menyusun peta izin bukanlah sesuatu yang sederhana karena kecenderungan pemerintah daerah tidak memilik database yang baik sehingga seringkali informasi yang dicari tidak ditemukan. Pemerintah daerah berhasil mengidentiikasi sebanyak 129 jenis izin dan non izin di Kabupaten Barru setelah mengumpulkan dan membaca dasar hukum yang menjadi rujukan. Ke 129 izin tersebut masuk ke dalam 19 rumpun kewenangan sektoral, yang sebagian besar belum dilimpahkan ke KP3M PTSP Lihat Tabel 1. Dalam peta izin, Pemda harus melengkapi informasi tentang dasar hukum rujukan baik daerah maupun nasional, jenis persyaratan, serta waktu dan biaya yang diperlukan lihat contoh format peta izin pada Tabel 2. Apabila peta izin sudah lengkap, rangkaian diskusi teknis dengan partisipan yang multipihak diselenggarakan untuk bersama sama menganalisis peta izin dengan satu tujuan besar yaitu melakukan pengurangan atas jenis izin dan jumlah prosedur atau persyaratan, serta waktu dan biaya yang ditetapkan. 347 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Tabel 1. Hasil Analisis Regulasi: Pengelompokan Rumpun Kewenangan Perizinan di Kabupaten Barru SESI 4 . I nst ru me n Pe ng ua ta n Pe nye dia d an Pe ng gu na L aya na n d ala m Ta ta Ke lo la Se kt or w w w .ki nerj a.o r.id M o dul T ata K el o la P el aya na n Publ ik Berba sis Sta nd ar Tabel 2. Contoh Format Tabel Peta Izin Kabupaten Barru No Tipe Izin atau Non Izin No Tahun Peraturan Regulasi Nasional yang menjadi Konsideran Waktu Proses Biaya Persyaratan yang harus dipenuhi Instansi Berwenang 1 Pajak Reklame Perda No 4 tahun 1998 UU No. 181997 UU No. 191997 PP No. 191997 3 hari Retribusi Izin Gratis. Biaya Pajak terlampir a. Foto Copy KTP b. Gambar Desain Reklame c. Denah Gambar Lokasi d. NPWP KP3M 2 Surat Izin Usaha Perdagangan Perda No. 5 tahun 2002 UU No. 251992 UU No. 011995 UU No. 091995 UU No. 031982 5 hari Gratis a. Foto Copy KTP 2 dua Lembar; b. Foto Copy Undang-undang Gangguan HO, bagi usaha yang memerlukan; c. Foto Copy Surat IjinTempat Usaha; d. Pas Photo Warna 3 x 4 cm 3 tiga lembar; e. Materai 6000 2 dua lembar; f. Surat Keterangan Usaha dari Desa KP3M 3 Tanda Daftar Perusahaan Perda No. 6 tahun 2002 UU No. 031992 PP No. 662001 5 hari Gratis Sama dengan SIUP Satu Paket KP3M 4 Izin Pertambangan Rakyat IPR Rancangan Perda tentang pertambangan mineral dan batu bara dalam proses penetapan UU No.4 tahun 2009 Belum ada SOP a. Surat permohonan b. Peta lokasi WPR c. NPWP d. Surat keterangan domisili e. Surat keterangan dari pemerintah setempat f. Surat pernyataans umur IPR max 25 m g. Surat pernyataan menggunakan pompa mekanik max. 25 HP h. Surat pernyataan tidak pakai alat berat dan bahan peledak i. Pernyataan mematuhi peraturan perlindungan pengelolaan lingkungan j. Surat persetujuan lingkungan k. Bukti pembayaran pencetakan peta atau nilai kompensasi data Evaluasi teknis, administratif, inansial, lingkungan oleh : Dinas Pertam bangan Energi Tandatangan izin oleh : Bupati 349 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Hapus – Gabung – Sederhanakan HGS Proses penyederhanaan merujuk kepada peta izin yang sudah dibuat sebelumnya oleh pemerintah daerah Lihat Tabel 2. Penyederhanaan atau pengurangan izin dan non-perizinan dilakukan dengan prinsip H-G-S-L Hapus, Gabung, Sederhanakan, Limpahkan. Dalam prosesnya, pemerintah daerah melibatkan Forum Daerah Usaha Kecil Menengah Forda UKM, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia HIPMI, serta beberapa pelaku usaha lain yang menjadi responden survei IKM untuk memberi masukan dan validasi atas izin- izin yang memberatkan masyarakat dan dianggap tidak perlu. • Menghapus izin atau non-izin dengan kriteria: i yang sudah tidak berlaku lagi; ii yang disertai pungutan retribusi yang dilarang oleh UU No. 282009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk kasus ini, bisa saja dokumen izin tetap ada, untuk pengaturan, namun retribusinya dihapuskan; iii yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi kebutuhan terkini. o Dari dua puluh lebih izin sarana kesehatan dan sarana penunjang kesehatan serta izin terkait usaha kesehatan semua dihapuskan dan cukup menggunakan SITU, SIUP dan TDP. Namun dalam proses administrasinya mensyaratkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan melalui Tim Teknis. o Demikian pula halnya dengan Izin Usaha Pariwisata dan Izin Usaha Peternakan, para pelaku usaha sudah bisa mendapatkannya ketika mengurus SITU, HO, dan TDP. • Menggabungkanmengelompokkan izin atau non-izin yang fungsinya sejenis. o Tiga izin sektor perhubungan, yakni Izin Usaha Ekspedisi, Isin Usaha Bongkar Muat, dan Izin Usaha Jasa Angkutan disatukan menjadi satu yaitu Izin Trayek. Terkait usaha, para pelaku usaha cukup menggunakan SITU, HO, SIUP dan TDP. • Menyederhanakan prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan. • Melanjutkan pelimpahan kewenangan pemrosesan dan penandatanganan izin dan non-izin yang masih berada di SKPD kepada KP3M. Pelimpahan kewenangan menjadi salah satu prasyarat untuk keberhasilan proses penyederhanaan izin. Jika kewenangan masih tersebar, akan sulit bagi pemerintah daerah untuk mendudukkan sekian banyak SKPD dan tentu saja kepentingan guna memperoleh konsensus untuk menghapuskanmengurangi izin-izin termasuk prosedurpersyaratan, waktu, dan biaya. Berdasarkan rekomendasi dari pertemuan- pertemuan untuk analisis penyederhanaan izin, pemerintah daerah mengeluarkan sebuah peraturan daerah baru terkait izin-izin non retribusi. Perda No 22012 tentang Penyelenggaraan Izin Non Retribusi yang ditandatangani pada bulan April 2012 ini menjadi dasar hukum baru bagi KP3M untuk memroses 14 jenis izin yang sebelumnya 350 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Tabel 3. Daftar Izin dan Non-iIzin yang ditangani oleh KP3M berlaku mulai Juni 2013 No Jenis Izin dan Non Izin No Jenis Izin dan Non Izin 1 Surat Izin Tempat Usaha SITU 12 Izin Usaha Industri IUI 2 Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP 13 Izin Pengelolaan Air Tanah 3 Izin Gangguan HO 14 Izin Pendirian Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Swasta 4 Izin Mendirikan Bangunan IMB 15 Izin Lingkungan 5 Izin Usaha Jasa Konstruksi IUJK 16 Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu pada Hutan Produksi 6 Tanda Daftar Perusahaan TDP 17 Izin Pemanfaatan Penggunaaan Tanah 7 Izin Penyelenggaraan Reklame 18 Izin Penelitian 8 Izin Trayek 19 Izin Pemakaian Kios, Lods, dan Pelataran 9 Izin Usaha Perikanan 20 Izin Pertambangan Rakyat 10 Tanda Daftar Gudang TDG 21 Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi 11 Tanda Daftar Industri TDI 22 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi diikuti dengan kewajiban membayar retribusi bagi pemohon izin. Perda ini sekaligus menunjukkan komitmen Pemda dalam mematuhi mandat UU 282009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang hanya mengizinkan pungutan retribusi pada 4 jenis izin saja. Untuk mensosialisasikan proses reformasi perizinan, mulai dari pelimpahan kewenangan SKPD sampai dengan penyederhanaan serta pengurangan izin, pemerintah daerah melakukan rangkaian pertemuan dengan masyarakat di tujuh kecamatan dan mendiseminasikan melalui empat kali talkshow di Radio IGA FM Barru. Selain staf YAS, KP3M PTSP dan SKPD teknis terkait, narasumber juga berasal dari LSM, asosiasi atau pelaku usaha yang menjadi peserta pada diskusi-diskusi sebelumnya. Secara perlahan lahan dan bertahap, akhirnya KP3M menerima pelimpahan kewenangan untuk total 129 jenis izin dan non-izin, dan berhasil menyederhanakannya sehingga sejak pertengahan 2013 total perizinan dan non-perizinan yang diproses di KP3M hanya sebanyak 22 jenis saja, sebagaimana diatur pada SK Bupati Barru No 266 KP3MVI2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Penandatanganan Perizinan kepada Kepala KP3M Kabupaten Barru. 351 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Rangkaian upaya perbaikan yang dilakukan, khususnya upaya penting untuk penyederhanaan jenis izin, bisa tercremin dari peningkatan skor IKM. Terjadi kenaikan dari 77,6 IKM 2011, kategori Baik, menjadi 82,2 IKM 2013, kategori Sangat Baik. Bila pada survei 2011, Unsur Prosedur, Persyaratan dan Biaya menjadi 3 unsur yang mendapat skor terendah, maka pada survei 2013, unsur Prosedur dan Persyaratan sudah tidak lagi berada di posisi tiga terendah. Penyederhanaan Jenis dan Prosedur Izin di Daerah KINERJA Lainnya Selain di Kabupaten Barru, proses penting pengurangan jenis izin yang difasilitasi oleh para organisasi mitra pelaksana Program KINERJA komponen BEE juga terjadi di daerah-daerah berikut ini: • Kabupaten Aceh Singkil Aceh, dari 52 menjadi 16 jenis izin • Kabupaten Melawi Kalimantan Barat, dari 59 menjadi 23 jenis izin • Kabupaten Tulungagung Jawa Timur, dari 104 menjadi 32 jenis izin • Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, dari 76 menjadi 27 jenis izin • Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan, dari 66 menjadi 25 jenis izin Pentingnya penyederhanaan dan pengurangan jenis izin sebagai tahap lanjutan dari reformasi perizinan di PTSP sebagaimana dilaksanakan dan disebarluaskan oleh Program KINERJA juga sejalan dengan kebijakan dan menjadi perhatian pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 5005961SJ tertanggal 30 Agustus 2013, tentang Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi yang menyerukan percepatan penyederhanaan perizinan investasi melalui optimalisasi penyelenggaraan PTSP di daerah. Apabila di sebuah daerah pembentukan kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP sudah terjadi dan sudah diikuti oleh pelimpahan kewenangan perizinan dari SKPD teknis, maka daerah tersebut didorong untuk: i Menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedures; ii Melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur, dan iii Mengurangi waktu dan biaya. Semakin banyak daerah yang mereplikasi upaya- upaya penyederhanaan dan pengurangan jenis izin, maka semakin optimal keberadaan PTSP dan semakin riil perbaikan layanan yang diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, kita semua berharap reformasi perizinan tidak berhenti pada pembuatan regulasi dan pembangunan kantor PTSP yang megah tanpa kewenangan yang berarti, atau bagai macan tanpa gigi. 353 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar 5 5 Pelembagaan Tata Kelola Sektor dalam Pelayanan Publik 354 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar SESI 5 Gambaran Umum Sesi ini memberikan contoh instrumen untuk melembagakan tata kelola sektor dalam pelayanan publik, yaitu Analisis Kekuatan Diri yang selanjutnya dipahami sebagai analisis lingkungan strategis dan mengintegrasikannya ke dalam siklus manajemen PDCA Plan, Do, Check, Act dan Improve. Analisis Kekuatan Diri membantu memetakan praktik baik dan langkah adaptasinya dalam konteks lokal. Penerapan Analisis Kekuatan Diri dan integrasinya ke dalam siklus PDCA akan diwujudkan dalam bentuk action plan. Sesi ini juga akan memperkenalkan konsep pengembangan diri melalui manajemen energy dan waktu yang diadopsi dari buku Seven Habits of Highly Effective People by Steven R Covey. Tujuan Sesi

1. Pelatih memahami langkah-langkah strategis

dalam mengadopsi dan mengadaptasi praktik baik tata kelola sektor pelayanan publik. 2. Pelatih mampu mengidentiikasi perbandingan antara praktik baik dan kondisi saat ini dalam tata kelola pelayanan publik. 3. Pelatih mampu menerapkan model perbaikan yang berkesinambungan dengan menggunakan hasil analisis praktik baik. Pelembagaan Tata Kelola Sektor dalam Pelayanan Publik Penerapan Analisis Kekuatan Diri dan integrasinya ke dalam siklus PDCA akan diwujudkan dalam bentuk action plan ......... 355 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Bahan dan Alat 1. Media Pelatihan: Komputer dan LCD, Papan + Kertas Flipchart 2. Alat Tulis: Kertas untuk mencatat, Spidol, Pensil atau Ballpoint 3. Bahan Paparan, Lembar Kerja, dan Bahan bacaan Alur Sesi 315 menit Pengantar 5 menit Keterkaitan 5 menit Penerapan 260 menit Releksi 15 menit Kelanjutan 30 menit Rencana Sesi Waktu Alur Isi Materi 5 Pengantar • Mengingatkan kembali atas langkah adopsi dan adaptasi praktik baik yang dikemukakan pada Sesi 3. • Untuk menjadikan praktik baik yang diadopsidiadaptasi menjadi “kebiasaan” di lingkungan kerja, maka ada proses pelembagaan. • Memperkenalkan proses perbaikan berkelanjutan continuous improvement dan analisis kekuatan diri yang digunakan dalam penyusunan rencana aksi untuk pelembagaan tata kelola sektor. • PPT 5.1 5 Keterkaitan Rencana aksi pelembagaan praktik baik sebagai upaya sustainability “sikapkarakter” untuk terus memperbaiki 356 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Waktu Alur Isi Materi mempertahankan kualitas pelayanan publik berdasarkan standar tertentu. 260 Penerapan 80 Menit Penjelasan dan tanya jawab: 1. Langkah mengadopsi dan mengadaptasi praktik yang baik 2. Menggunakan proses perbaikan terus menerus dan Analisa Kekuatan Diri AKD 120 Menit Action planning menurut lingkungan kerja masing- masing peserta 60 Menit Presentasi dan tanggapan atas rencana aksi seluruh kelompok presentasi • PPT 5.1 • LK 5.1 • BB 5.1 15 • Melihat kembali apakah tujuan sesi tercapai • Mintalah peserta memberikan umpan balik 30 Bagian ini merupakan kulminasi proses belajar dan latihan penerapan pendekatan tata kelola sektor dalam pelayanan publik. Untuk memperoleh gambaran pemahaman peserta atas tata kelola sektor dalam pelayanan publik, maka dilakukan kembali Penilaian Mandiri. Bagian berikutnya adalah evaluasi atas proses dan hasil pelatihan. 357 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Powerpoint dan Catatan Fasilitator 1 Pelembagaan Tata Kelola Sektor dalam Pelayanan Publik