Tantangan yang dihadapi dan solusi

170 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Rp. 6 juta untuk evaluasi inisiatif yang sudah dilaksanakan. • Partisipasi para pihak penting untuk membangun percaya diantara pemerintah dan masyarakat serta kesepahaman bersama antar Testimoni Rahma Efrida Pohon Bidan Desa Rantau Gedang, Aceh Singkil “Setelah adanya kemitraan ini, saya merasa lebih terbantu karena setiap ada pasien persalinan saya ditelpon lebih cepat dan tidak ada kata terlambat. Dan saya terbantu dengan hubungan dengan masyarakat. Harapan saya ke depannya dengan keadaannya kemitraan ini saya harapkan persalinan di desa Rantau Gedang ini adalah ditolong oleh tenaga kesehatan atau bidan. Dan kepada aparat desa atau toko-toko masyarakat agar dapat mendukung saya sepenuhnya dalam melakukan kerjasama ini dengan dukung kampung.” Detail Kontak Bapak Eddy Widodo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil Jl. Bahari No. 55, Aceh Singkil Email: edywidodo1967gmail.com sektor. Beberapa lokakarya mini diadakan untuk mempertemukan bidan, dukun, kepala desa, tokoh agama, petugas kesehatan desa, tokoh masyarakat dan aktor yang lain. 171 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Bahan Bacaan 3.2. Praktik Cerdas KINERJA Mendukung Iklim Usaha yang Baik Business Enabling EnvironmentBEE melalui Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Barru, Sulawesi Selatan Ringkasan Sebelum program pelayanan perizinan terpadu satu pintu diterapkan di Barru, kualitas pelayanan perizinan di kabupaten ini masih tergolong rendah. Proses perizinan kantor PTSP di Kabupaten Barru masih lebih lama dari standar nasional dan pemohon masih harus membayar lebih mahal dari harga resmi. Misal, untuk mengurus surat izin perdagangan SIUP dan tanda daftar perusahaan TDP rata-rata perlu waktu lebih dari tiga hari. Namun, Kabupaten Barru menyadari bahwa proses perizinan yang rumit dan mahal telah melemahkan daya saingnya dalam mempromosikan investasi swasta, mengurangi dukungan swasta bagi pemerintah dan mencerminkan tata kelola yang buruk dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Barru meluncurkan program pelayanan perizinan terpadu satu pintu secara partisipatif dan melibatkan berbagai unsur, seperti DPRD, media, dunia usaha dan LSM. Proyek ini bertujuan untuk menyederhanakan proses perizinan dan memberikan pelayanan perizinan yang transparan dan sesuai dengan standar operating procedure SOP yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan iklim usaha. Situasi sebelum Inisiatif Kesulitan untuk memulai usaha di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Berdasarkan sepuluh indikator Ease of Doing Business2014, Indonesia masih berada di peringkat bawah, yaitu ke 175 – turun dari peringkat 171 di tahun sebelumnya. Secara khusus, Indonesia masih memiliki kelemahan di dua aspek yaitu jumlah prosedur dan waktu yang jauh lebih buruk daripada negara- negara Asia Timur dan Pasiik EAP serta anggota OECD. Untuk mendirikan usaha baru di Indonesia, sebuah perusahaan harus menempuh sepuluh prosedur rata-rata EAP: tujuh prosedur; OECD: lima prosedur dan membutuhkan waktu 48 hari EAP: 38 hari, OECD: 11 hari. Meskipun data untuk survei ini dikumpulkan di ibukota negara, Jakarta, data tersebut menunjukkan permasalahan nasional dalam proses formalisasi usaha yang rumit dan korup. Hal ini pernah dibahas secara luas di Indonesia, khususnya sejak dimulainya desentralisasi pada tahun 2001. Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia mulai mempromosikan pembentukan pelayanan terpadu satu pintu PTSP untuk perizinan usaha di semua tingkat pemerintahan dalam rangka 172 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar menyederhanakan proses perizinan. Sebagaimana diidentiikasi oleh Rustiani, dkk 2012, jumlah kantor PTSP daerah yang dibentuk di Indonesia telah meningkat dari 111 pada tahun 2001-2005 menjadi 404 kantor 76 dari jumlah total pada tahun 2012. Akan tetapi,laporan tersebut mengidentiikasi bahwa hampir 69 kantor PTSP mempunyai wewenang yang terbatas atau tidak mempunyai wewenang sama sekali untuk menerbitkan lebih dari 100 jenis izin di tingkat daerah sehingga kurang bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan swasta. Disamping itu, kualitas pelayanan juga masih rendah. Misalnya, sekitar 40 kantor PTSP perlu waktu lebih dari tiga hari standar nasional untuk mengurus surat izin usaha perdagangan SIUP dan tanda daftar perusahaan TDP; sekitar 80 kantor masih membebankan biaya kepada pemohon, padahal seharusnya bebas biaya; dan sekitar separuh dari jumlah total kantor PTSP meminta lebih banyak dokumen untuk diajukan oleh pemohon daripada standar nasional. Pada dasarnya, kebanyakan pemerintah daerah hanya memenuhi kewajibannya untuk membentuk PTSP tanpa banyak memperbaiki pelayanan perizinan. Pemerintah Kabupaten Barru, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan 165.900 penduduk 2010 juga mengalami hal serupa. Pada tahun 2008, Kabupaten Barru menerbitkan peraturan daerah untuk membentuk PTSP, namun dua tahun kemudian, daerah ini baru mengangkat kepala kantornya dan mengoperasikan PTSP. Pada tahun 2010-2011, PTSP hanya berwenang mengeluarkan tujuh jenis izin sedangkan 122 sisanya masih menjadi kewenangan 14 instansi teknis. PTSP belum memiliki prosedur operasional standar SOP untuk memproses permohonan izin atau menangani pengaduan. Tantangan ini menjadi penyebab kurangnya kualitas kinerja pelayanan perizinan. Kantor ini rata-rata memerlukan waktu 20 hari kerja untuk menerbitkan sebuah izin dan pemohon dikenakan biaya 15-20 lebih mahal daripada tarif resmi. Diperkirakan hanya 26 dari 2.781 perusahaan memiliki izin yang masih berlaku pada tahun 2011. Investasi swasta tahunan rata-rata mencapai sekitar Rp 67,8 miliar setiap pada tahun 2010-11, sekitar 4 dari PDRB kabupaten. Pemilik usaha, khususnya yang terlibat dalam berbagai asosiasi bisnis, mengeluhkan situasi perizinan dalam berbagai kesempatan. Namun, Pemerintah Kabupaten Barru menyadari bahwa buruknya kinerja di bidang perizinan usaha telah melemahkan daya saingnya dalam mempromosikan investasi swasta, mengurangi dukungan swasta bagi pemerintah dan mencerminkan tata kelola yang buruk dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Strategi Implementasi Pemerintah Kabupaten Barru mengatasi hambatan di bidang perizinan ini secara partisipatif. Pemerintah tidak membuat rencana program yang terperinci terlebih dahulu untuk dilakukan begitu saja, tapi terus menyesuaikan rencana tersebut berdasarkan kebutuhan dan kesempatan yang diidentiikasi. 173 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar Pemerintah Kabupaten Barru mengembangkan kerangka pelaksanaan program untuk memandu proses reformasi sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok kerja reformasi perizinan.

Pemerintah kabupaten membentuk sebuah kelompok kerja yang dipimpin oleh PTSP dengan anggota dari badan eksekutif dan legislatif daerah DPRD untuk memimpin proses reformasi perizinan.

b. Lebih memahami masalah perizinan dengan mengetahui pandangan sektor swasta dan

instansi teknis. Kelompok kerja mengadakan serangkaian diskusi dengan instansi teknis lokal maupun sektor swasta. Selain itu, survei kepuasan masyarakat diadakan pada awal tahun 2012 untuk mengukur secara kuantitatif kepuasan terhadap pelayanan perizinan. Hasil diskusi dan survei mempertegas bahwa warga masyarakat harus membayar perizinan lebih mahal dari biaya resmi, menunggu dalam jangka waktu lama, dan merasakan ketidakpastian dalam proses perizinan.

c. Memetakan izin dan mengembangkan rencana pengurangan izin.

Biro Hukum Pemerintah Kabpaten Barru mengadakan kegiatan pemetaan yang mengidentiikasi 129 jenis izin, 95 di antaranya belum diserahkan kepada PTSP. Berdasarkan hasil pemetaan ini, konsultasi formal dan informal diadakan dengan instansi teknis dan sektor swasta untuk mengidentiikasi jenis izin yang dapat dihapuskan, digabungkan atau dialihkan kepada PTSP. Pemerintah Barru mengadopsi pendekatan bertahap dan oportunistik – izin-izin yang berada di bawah instansi teknis dengan dukungan yang kuat untuk melakukan reformasi diprioritaskan.

d. Membangun dukungan yang lebih luas untuk reformasi.

Serangkaian diskusi yang disebutkan di atas juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memperluas jaringan pendukung reformasi perizinan di kalangan eksekutif bisnis dan organisasi masyarakat sipil. Selain diskusi tatap muka, acara talkshow di radio juga disiarkan dengan melibatkan masyarakat luas. Tuntutan masyarakat umum, organisasi masyarakat sipil terutama sektor swasta dan anggota DPRD efektif dalam mendorong reformasi di lingkungan pemerintah.

e. Menerbitkan kerangka regulasi untuk reformasi perizinan.

Berdasarkan proses di atas, Pemerintah Kabupaten menerbitkan dua peraturan daerah yang membatasi jenis izin yang diwajibkan untuk menjalankan usaha di kabupaten menjadi 30 jenis pada tahun 2011 dan 2012. Selain itu, Surat Keputusan Bupati diterbitkan untuk menghapuskan pungutan yang berkaitan dengan jenis izin lain untuk usaha mikro dan 174 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar kecil. Tiga peraturan diterbitkan pada tahun 2012-2013 untuk secara bertahap menyerahkan wewenang perizinan atas 23 jenis izin kepada PTSP. Dua peraturan tentang SOP – di bidang perizinan usaha dan penanganan pengaduan – diterbitkan pada tahun 2012. Surat keputusan bupati diterbitkan untuk membentuk tim teknis PTSP pada tahun 2012. Selain itu, tiga surat keputusan lain dikeluarkan untuk meningkatkan kinerja PTSP – mengenai tunjangan tambahan untuk staf PTSP, kode perilaku dan maklumat pelayanan.

f. Meningkatkan kapasitas staf PTSP dan anggota tim teknis.

LSM YAS memberikan pelatihan kepada staf PTSP dan anggota tim teknis mengenai pelaksanaan SOP dan standar pelayanan serta membantu mempromosikan budaya kantor yang berorientasi pada pelayanan.

g. Mempersiapkan infrastruktur isik.

Tata ruang kantor diubah untuk menciptakan ruang depan dan belakang frontback ofices. Informasi tentang prosedur dan persyaratan perizinan dicantumkan pada papan pengumuman dan internet. Infrastruktur penanganan pengaduan dipasang.

h. Mempromosikan PTSP dan meningkatkan cakupan pelayanan.

Selain mempromosikan PTSP dan reformasi pelayanan perizinan melalui acara-acara publik dan obrolan talkshow di radio, acara “hari perizinan massal” diselenggarakan pada tahun 2012 untuk menjangkau usaha-usaha mikro dan milik perempuan. Sekitar 60 dari 360 pemilik usaha lokal yang berpartisipasi adalah perempuan. Pemantauan dan evaluasi diadakan melalui kegiatan-kegiatan berikut ini:

a. Pelaporan internal pemerintah.

PTSP bertugas untuk memantau kualitas pelayanan, hasil dan dampak perbaikan pelayanan perizinan dan menyampaikan laporan kepada bupati dan pimpinan instansi teknis terkait setiap bulan. Indikator-indikator yang dilaporkan meliputi jumlah izin yang dikeluarkan dan dana yang dikumpulkan dari pungutan perizinan. Selain itu, PTSP sesekali menyusun laporan dan memo kepada kabupaten untuk menyampaikan masalah-masalah spesiik yang perlu ditindaklanjuti di tingkat yang lebih tinggi maupun untuk mengusulkan inisiatif reformasi yang baru.

b. Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat.

Seperti disebutkan di atas, Pemda mengadakan survei setiap tahun untuk mengukur kepuasan masyarakat yang dilayani oleh PTSP. Untuk menjaga kualitas dan integritas survei maka sebuah perusahaan survei independen dikontrak untuk melaksanakan survei. 175 www.kinerja.or.id Modul Tata Kelola Pelayanan Publik Berbasis Standar

c. Rapat rutin dengan asosiasi pengusaha.

PTSP bertemu dengan asosiasi pengusaha setiap triwulan terutama untuk membahas hasil- hasil pelaksanaan mekanisme penanganan pengaduan maupun mengupas masalah- masalah yang belum terselesaikan yang disampaikan oleh sektor swasta. Anggaran yang Diperlukan Pemerintah Kabupaten Barru mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk mendesain dan melaksanakan inisiatif ini dan untuk mengoperasikan PTSP, yang terdiri dari Rp.409 juta pada tahun 2011, Rp.558 juta pada tahun 2012, dan Rp.998 juta pada tahun 2013. Selain itu, LSM YAS mendapatkan dukungan dari Program USAID-KINERJA yang mengalokasikan pendanaan sekitar Rp.393 juta dan Rp.283 juta masing-masing pada tahun 2012 dan 2013. Dana ini digunakan untuk membiayai pelatihanlokakaryarapat dan kegiatan-kegiatan lain serta biaya personil YAS dan perjalanan. Sumber daya teknis yang digunakan meliputi pedoman dan modul pelatihan tingkat nasional serta pengalaman kelembagaan YAS dalam mendukung pengembangan PTSP di kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Sumber daya manusia yang digunakan adalah pemangku kepentingan lokal di Barru – pemerintah, sektor swasta dan CSO lainnya – dan personil YAS. Dampak dan Perubahan Ada tiga keluaran yang paling signiikan dari inisiatif ini:

a. Berkurangnya jenis izin usaha yang diwajibkan oleh Pemerintah Kabupaten

Barru. Sebelum pendampingan, ada 129 jenis izin yang diwajibkan oleh Pemerintah Kabupaten Barru. Melalui pemetaan izin dan diskusi yang intensif dengan instansi teknis dan sektor swasta, sekarang hanya ada 30 jenis izin yang diwajibkan setelah pendampingan berkurang 77. Deregulasi yang signiikan telah memudahkan akses ke formalisasi usaha dan mengurangi peluang untuk melakukan korupsi.

b. Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan.

Saat ini 30 jenis izin usaha seluruhnya dapat diterbitkan oleh PTSP. Selain itu, waktu pengurusan menjadi jauh lebih singkat. Berdasarkan lima izin dasar 1 sebagai proksi, waktu resmi untuk memproses dan menerbitkan izin berkurang sebanyak 30, terutama karena PTSP dapat memproses berbagai izin secara serentak. Diperkirakan waktu aktual untuk memproses izin secara umum berkurang sebanyak 50. Hal ini terutama 1 Izin mendirikan bangunan IMB, izin gangguanlokasi HOSITU, tanda daftar industri TDI, surat izin usaha perdagangan SIUP, dan tanda daftar perusahaan TDP.