Analisa Internal Analisa Sosial

4.1.2.1 Analisa Internal

Dengan adanya perbedaan status sekolah, yakni Sekolah Berstandar Nasional SSN dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI terdapat perbedaan pula dari hal pelayanan akademik, sarana dan prasarana serta kemampuan pengetahuan yang dimiliki tenaga pendidik. Berikut ini perbedaannya:

A. SMAN 3 Tangsel RSBI

Aktifitas bisnis yang berjalan di sekolah di mulai ketika calon siswaorang tua mendaftar ke sekolah. Saat mendaftar calon siswa berhubungan dengan bagian kesiswaan kemudian segala data dan informasi terhubung juga ke bagian bangdik, tata usaha, bagian humas dan ICT untuk dikelola dan di integrasikan dengan data-data yang dibutuhkan sekolah. Ketika siswa sudah masuk dan diterima di dalam sekolah, maka siswa tersebut wajib mengikuti MOS Masa Orientasi Siswa dan proses martikulasi, dengan tujuan mengenalkan siswa baru kepada lingkungan sekolah dan penyamaan materi dasar yang akan diajarkan, agar proses belajar lebih mudah. Dikarenakan SMAN 3 Tangsel sudah tidak lagi memiliki kelas regular, maka tidak ada lagi penyaringan khusus untuk masuk kelas bilingual. Namun tes evaluasi akan terus di monitoring oleh bagian manajemen sekolah, jika siswa tersebut tidak memenuhi syarat untuk bisa naik kelas maka siswa tersebut akan mengulang, namun jika memenuhi syarat akan naik ke kelas berikutnya. Proses ini terus berjalan hingga lulus. Dalam pengembangan pendidikan, selain di monitoring oleh manajemen mutu, SMAN 3 Tangsel juga sudah menerapkan kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju yang menjadi sister school di SMAN 3 Tangsel. Hal ini juga merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh sekolah rintisan bertaraf internasional RSBI. Alur kordinasi yang terjadi di SMAN 3 Tangsel meliputi kepala sekolah dibantu oleh Wakepsek Manajemen Mutu, Kepala Tata Usaha, Wakepsek Kurikulum, Wakepsek Bidang Sarana dan Prasarana, Wakepsek Kesiswaan, dan Wakepsek Humas dalam menjalankan proses bisnis sekolah. struktur organisasi, terlampir

B. SMAN 1 Tangsel SSN

Aktifitas bisnis yang berjalan di SMAN 1 Tangsel dimulai ketika calon siswa atau orang tua mendaftar ke sekolah dan berhubungan dengan kesiswaan. Kemudian bagian tata usaha berkordinasi dengan humas dan kesiswaan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan oleh sekolah. Setelah dinyatakan diterima sebagai siswa SMAN 1 Tangsel, maka para siswa baru mengikuti MOS Masa Orientasi Siswa dan kemudian melakukan martikulasi berupa pre-test, pemberian materi pembelajaran khusus MIPA Matematika dan IPA dan terakhir dilakukan post test guna untuk menyaring siswa yang ingin masuk kelas bilingual. Dikarenakan SMAN 1 Tangsel belum dikategorikan sebagai sekolah RSBI, sehingga sebenarnya tidak diwajibkan membuka kelas bilingual dan melakukan kerjasama dengan negara maju yang menjadi sister school, namun sebagai sekolah unggulan dan sudah mendapat akreditasi sebagai sekolah standar nasional, dewan guru dan kepala sekolah memutuskan untuk membuka satu kelas bilingual pada tiap tingkat. SMAN 1 Tangsel juga sudah mengintegrasikan sistem barcode sebagai kartu multifungsi yang digunakan pada absensi siswa dan pembayaran, serta kedepannya akan dilakukan pengembangan untuk aktifitas lainnya. Selain itu pihak sekolah juga bermitra dengan vendor khusus untuk layanan SMS gateway kepada informasi akademik ke gurustaf yang masih dilayani oleh tata usaha. Alur kordinasi yang terjadi di SMAN 1 Tangsel meliputi kepala sekolah dibantu oleh Kepala Tata Usaha, Wakepsek Kurikulum, Wakepsek Bidang Sarana dan Prasarana, Wakepsek Kesiswaan, dan Wakepsek Humas dalam menjalankan proses bisnis sekolah. struktur organisasi, terlampir

4.1.2.2 Analisa Eksternal