BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya mausia yang dimilikinya. Sumber daya
manusia yang berkualitas tentunya akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberikan layanan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, Indonesia juga termasuk salah satu bangsa yang berusaha meningkatkan kualitas pendidikan.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki oleh lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Karena sekolah memiliki tugas
yang salah satunya mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Berkembangnya kemajuan tehnologi dalam dunia pendidikan juga menjadikan
timbulnya persaingan dalam memajukan setiap sekolahlembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan hasil yang ingin di capai dari dinas pendidikan nasional, yaitu
mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global.
Untuk menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat suatu standar nasional pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, meliputi: standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian
pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar kompetensi lulusan serta standar
pendidik dan tenaga kependidikan. Apabila kedelapan standar tersebut terpenuhi, maka suatu sekolah dapat dikategorikan menjadi sekolah standar nasional SSN.
Selain itu, ada pula kategori sekolah rintisan bertaraf intenasional RSBI apabila sekolah telah memenuhi kedelapan standar dan mampu memiliki nilai
plus, yaitu berupa kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju atau berkembang serta memiliki kerjasama dengan sekolah yang ada di negara tersebut sebagai
sisterhood. Perbedaan pada sekolah dengan status SSN dan RSBI juga berdampak pada
sistem manajemen yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Misalkan pada SMAN 3 Tangsel yang sudah berstatus sebagai RSBI, sistem manajemen atau
pengelolaan dokumen di dalam sekolah sudah lebih baik dibandingkan dengan SMAN 1 Tangsel yang berstatus SSN.
Hal ini dikarenakan, setiap sekolah yang berstatus RSBI diwajibkan memiliki sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2008, yang dalam setiap
prosesnya melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan
perbaikan yang sesuai dengan monitoring pelaksanaannya, agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi di sekolah.
Dalam proses penyimpanan dokumen cetak, sekolah dengan status RSBI juga lebih unggul dibandingkan dengan sekolah berstatus SSN, hal ini
ditunjukkan dengan dibuatnya sebuah bagian bangdik pengembangan pendidikan pada SMAN 3 Tangsel, yang bertugas untuk mengelola dokumen-
dokumen dan melakukan pengembangan pendidikan di sekolah. Sehingga dalam
melakukan pencarian kembali dokumen-dokumen lebih mudah karena sudah dilakukan penomorisasi terhadap dokumen yang disimpan.
Perbedaan tersebut berakibat juga ketika individu ingin memperoleh kembali pengetahuan. Karena dalam melakukan akuisisi pengetahuan di tiap
individu, SMAN 1 Tangsel belum memiliki bidang khusus untuk penyimpanan dokumen. Sehingga antara SMAN 1 Tangsel dengan SMAN 3 Tangsel terdapat
kesenjangan pengetahuan pada tiap individu, terutama pada tenaga pendidik. Mengelola pengetahuan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan
aset dunia pendidikan. Dengan pengelolaan yang baik maka akan tercipta pula individu yang berkompetensi unggul, sebaliknya ketika pengelolaan pengetahuan
buruk maka akan terjadinya ketidakseimbangan kompetensi yang dimiliki oleh tiap individu, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Pengetahuan bisa
berbentuk ekplisit dapat diformulasikan atau
diekspresikan maupun dalam bentuk tacit sesuatu yang masih terbatinkan. Menurut Busch 2006, Tacit knowledge termasuk merupakan penelitian di area
kontemporer yang sedang dieksplorasi karena kemampuannya untuk membantu dalam mengembangkan modal pengetahuan organisasi. Untuk itu diperlukan
perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resource based menjadi knowledge based yang di dukung dengan kemajuan pada bidang ilmu
pengetahuan tertentu, misalnya sains, teknologi maupun kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola pengetahuan.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada sekolah menengah atas, diperlukan pula suatu manajemen pengetahuan yang harus dimiliki oleh tenaga
pendidik, hal ini dikarenakan knowledge merupakan suatu keunggulan kompetitif yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi tiap individu dalam
berbagi knowledge yang dimiliki. Dengan mengelola pengetahuan tidak hanya meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas
pengetahuan di dalamnya Harsh 2009. Albers 2009 dalam makalahnya menerangkan bahwa organisasi harus
menerapkan strategi kowledge management KM yang memungkinkan mereka untuk menangkap, berbagi dan mengintegrasikan pengetahuan dalam lingkungan
mereka. Disinilah KM dapat berfungsi untuk membantu sekolah dalam mengakuisisi pengetahuan serta berbagi pengetahuan yang dimiliki, agar tacit
knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan baik dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar.
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka
“ANALISA DAN DESAIN MODEL
KNOWLEDGE MANAGEMENT
PADA SEKOLAH
MENENGAH ATAS STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL
” di angkat sebagai skripsi.
1.2 Rumusan Masalah