kemampuan pemrosesan informasi melekat di dalam lingkungan sehari-hari dan kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrosesan informasi.
Generasi kedua, ditunjukkan dengan komputer konvensional. Saat ini sudah tidak lagi cukup untuk menangani tacit knowledge dan pengetahuan situsional.
Karena di masa depan, sistem komputer menyediakan informasi yang kontekstual yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense making memaknai,
memahami, mengenali, mengerti dunia sekelilingnya melalui persentuhan dengan berbagai institusi, media, pesan, dan situasi. Pandangan para konstruktivis juga
memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran. Sebagai bentuk pembelajaran, fenomena interaksi sosial, sistem informasi akan
mendukung pemobilisasian sumber daya sosial sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Generasi ketiga manajemen pengetahuan, gambaran pengetahuan akan semakin meningkat penggunaannya di mana pengetahuan dapat di kelola. Bahkan
upaya empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga pengetahuan akan menjadi sesuatu yang fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih
menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan.
2.2 Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan yang penting bagi organisasi. Dengan hanya memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada, seberapa
baiknya pengetahuan-pengetahuan tersebut belum cukup untuk memberikan
keunggulan-keunggulan yang menjamin kelangsungan hidup organisasi di tengah lingkungan yang dinamis.
Pengakuisisian penambahan pengetahuan dalam perspektif manajemen pengetahuan pada dasarnya berorientasi pada penambahan pengetahuan. Misalnya
dengan mendapatkan, mencari, melahirkan, menciptakan, menangkap dan berkolaborasi. Inovasi merupakan aspek lain dari pengakuisisian yang berarti
menciptakan pengetahuan baru dari penerapan pengetahuan yang telah ada. Perbaikan dalam penggunaan pengetahuan yang sudah ada juga merupakan aspek
kunci pengakuisisian pengetahuan Sangkala 2007. Contoh yang paling sering digunakan dalam mengakuisisi pengetahuan
adalah dengan berkolaborasi atau menyewa seseorang yang menguasai pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi. Misalnya menyewa jasa sebuah
tempat pelatihan untuk men-training-kan para karyawan, sehingga organisasi dapat mengakuisisi pengetahuan melalui dokumen atau sudah dalam bentuk
terkomputerisasi dan juga melalui rutinitas maupun proses yang melekat di dalam perusahaan tempat pengetahuan tersebut di belidi sewa.
2.3 Organisasi Pembelajar Learning Organization
Sangkala 2007 mendefinisikan organisasi pembelajar secara sistematis sebagai organisasi yang belajar dengan sekuat tenaga, secara kolektif dan terus
menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan pengetahuan bagi kesuksesan organisasi. Peter senge menjelaskan
bahwa organisasi pembelajar bertujuan di mana orang secara berkelanjutan
memperluas kapasitasnya menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru maupun perluasan pola berpikir dipelihara,
aspirasi kolektif disusun dengan leluasa, dan orang secara berkelanjutan belajar mengenai bagaimana belajar secara bersama-sama.
Marquadt menggambarkan sistem model organisasi pembelajar secara sistematis berupa gambar irisan antara: pembelajaran learning, organisasi
organization, anggota organisasi people, pengetahuan knowledge, dan teknologi technology dengan pembelajaran berada di pusat irisan.
Organisasi Orang
Pengetahuan Tehnologi
Pembelajaran
Gambar 2.3 Model Organisasi Pembelajar Sumber: Sangkala 2007
Gambar 2.3 pada hakikatnya menjelaskan bahwa proses pembelajaran juga merupakan bagian dan harus terjadi baik dalam subsistem manusia, teknologi,
pengetahuan, dan organisasi. Jika proses pembelajaran dalam organisasi pembelajar terjadi, maka akan terjadi perubahan persepsi, perilaku, kepercayaan,
mentalitas, strategi, kebijakan, dan prosedur baik yang berkaitan dengan manusia maupun organisasi.
2.4 Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar