Strategi Pengelolaan Pengetahuan SSM Soft System methodology

Gambar 2.4. Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack Sumber: Setiarso, 2008

2.8 Strategi Pengelolaan Pengetahuan

Menurut Hansen et al dikutip oleh Munir 2008 cara organisasi mengelola pengetahuan yang dimiliki dibagi atas dua ekstrim, yaitu strategi kodifikasi Codification Strategy dan strategi personalisasi Personalization Strategy. Bila pengetahuan diterjemahkan dalam bentuk eksplisit secara berhati-hati Codified dan disimpan dalam basis data sehingga pengguna yang membutuhkan dapat mengakses pengetahuan tersebut, maka cara mengelola seperti itu dikatakan menganut strategi kodifikasi. Strategi kodifikasi digunakan untuk menyimpan pengetahuan di dalam empat penyimpanan yang terstruktur dari pengetahuan sebagai database untuk penggunaan yang berulang-ulang. Davenport dan Prusak dikutip oleh Tobing 2007 menyatakan bahwa tujuan kodifikasi adalah membuat pengetahuan organisasi ke dalam suatu bentuk yang membuat pengetahuan organisasi tersebut dapat diakses oleh personil yang membutuhkannya.

2.9 SSM Soft System methodology

Gambar 2.5 Model SSM P. Checkland SSM Soft System Methodology merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendukung dan membuat suatu struktur dari hasil perbandingan antara model asli dengan model yang diusulkan. Dikembangkan oleh Peter Checkland di Inggris, Universitas Lancaster. SSM adalah pendekatan untuk pemodelan proses di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk pemodelan manajemen perubahan, di mana organsiasi pembelajar itu sendiri merupakan manajemen perubahan. SSM dikelompokkan dalam “soft” operation research tools, sebagai alternatif dari “hard” model matematik dan model keputusan konvensional yang merupakan tools yang ada pada bidang operation research OR. SSM adalah sebuah metodologi untuk menganalisis dan pemodelan sistem yang mengintegrasikan teknologi hard sistem dan human soft system. Dalam melakukan proses model P. Checkland 1960 menjelaskan ada tujuh tahapan, yaitu: Pertama, Identifikasi situasi permasalahan yang belum terstruktur. Pada langkah pertama ini situasi riil atau situasi yang berjalan di dalam organisasi dan situasi sosial yang berhubungan dengan organisasi di identifikasi. Kedua, situasi permasalahan diekspresikan. setelah mengidentifikasi situasi permasalahan yang ada di dalam organisasi, Kemudian diekpresikandigambarkan ke dalam rich picture sesuai dengan situasi permasalahan yang ada. Analisa rich picture merupakan suatu cara untuk mengindikasikan banyak elemen yang terjadi pada organisasi. Tehnik ini berusaha untuk menggambarkan situasi yang sedang berlangsung, pemangku-pemangku kepentingan dan isu-isu yang terjadi di dalam aktifitas sehari-hari di dalam sekolah. Ketiga, menganalisa root definition. Langkah ini mendefinisikan akar permasalahan dari langkah pertama dan kedua. Setiap permasalahan didefinisikan ke dalam CATWOE untuk Mendefinisikan elemen-elemen yang berhubungan dengan model yang akan di usulkan, yaitu: C Customer = Setiap orang yang merasakan dampak dari sistem. A Actors = Individu yang nantinya melakukan aktifitas di dalam sistem. T Transformation Process = Proses yang mengubah Input menjadi Output. W Wetanschaung = Cara pandang terhadap sistem. O Owners = orang yang dapat memulaimematikan sistem. E Environment Constrains = sistem yang lebih besar di mana sistem berada. Keempat, membangun model konseptual. Dari permasalahan yang telah didefinisikan di dalam CATWOE kemudian dibangun sebuah model konseptual untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Kelima , membandingkan model konseptual dengan situasi permasalahan. Pada langkah kelima ini, model konseptual dibandingkan dengan situasi permasalahan yang telah diekspresikan ke dalam rich picture. Untuk di ambil suatu usulan model yang relevan dengan organisasi. Keenam , Mengusulkan model usulan. Setelah usulan model didapatkan, langkah selanjutnya adalah menguji model tersebut, melihat kelayakan, apakah bisa dilanjutkan atau ada yang harus di ubah dan di sesuaikan kembali dengan kondisi organisasi. Ketujuh, implementasi sistem. Di tahap ini model yang sudah berhasil disetujui dan layak untuk di lakukan menjadi suatu role model atau bisa jadi sebagai siklus baru dalam organisasi dalam menjalankan organisasinya

2.10 Pengukuran Data