Sastra Lakon setelah Tahun 1950 Babak Perkembangan

Pelajaran 7 Mengapresiasi Karya Seni Teater Nusantara 101 Pelatih a n 1 Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar 1. Apa yang dimaksud dengan teater tradisional? 2. Jelaskan pengelompokan teater tradisional berdasarkan daerahnya 3. Apa perbedaan teater tradisional dan teater modern Nusantara? 4. Bagaimana cara melestarikan teater tradisional? 5. Sebutkan beberapa kelompok teater modern yang kamu ketahui disertai karyanya

B. Keunikan dan Pesan Moral Teater Nusantara

Setiap teater yang lahir dan berkembang di daerah memiliki keunikan dan ciri khas sendiri. Masing-masing keunikan itu terlihat pada bentuk, cara penampilan, pemakaian kostum, alat pendukung, properti, dan sebagainya. Berikut ini d ijelaskan keunikan dari teater mak yong.

1. Pengertian

Mak yong adalah seni peran berbentuk lakonan cerita. Setengah abad yang lalu, seni pertunjukan ini hidup dan berkembang di beberapa tempat dalam kawasan Kepulauan Riau, berfungsi sebagai hiburan rakyat di pesisir pantai. Bunga Semerah Darah, Orang-orang di Tikungan Jalan • mendapat hadiah BMKN 1952, dan terbit sebagai buku pada 1957, Segumpal Daging Bernyawa 1961, dan Tak Pernah Menjadi Tua 1965 karya Utuy Tatang Sontani Sejuta Matahari • 1960, Barabah 1961, Langit Kegelapan 1962, Malam Pengantin Di Bukit Kera 1963, Nyonya dan Nyonya 1963 karya Motinggo Busye Domba-Domba Revolusi • 1962 karya Bambang Sularto Murka • 1963, Hari Masih Panjang 1963 karya Ali Audah Bulan Delima dan Bulan Bujur sangkar • 1960, Taman dan Sang Tamu karya Iwan Simatupang Nona Maryam • 1955, Bui, Tujuh Orang Tahanan, Laki-laki Jaga Malam, dan Setetes Darah karya Kirjomulyo

g. Angkatan Penalaran sekitar tahun 1960-sekarang

Studiklub • Teater Bandung STB dipimpin oleh Jim Adhi Limas, Suyatna Anirun, Fred Wetik, dan Saini KM Federasi • Teater kota Bogor dipimpin oleh Taufik Ismail • Teater Popular dipimpin oleh Teguh Karya Bengkel • Teater Rendra dipimpin oleh WS. Rendra • Teater Ketjil dipimpin oleh Arifin C. Noer Dapur • Teater dipimpin oleh Remy Silado • Teater Danarto dipimpin oleh Danarto Seni Teater untuk SMPMTs Kelas VIII 102

2. Nama dan Etimologi

Jika diperhatikan pada perkataannya, “mak yong” seolah-olah merupakan nama orang. Mak artinya ibu, yong dalam bahasa Melayu Lama artinya sulung atau orang pertama. Jadi, ibu yang sulung. Ada pula yong dalam bahasa Melayu Lama yang berarti buncit perut. Buyong adalah orang mengandung sampai 9 bulan. Tentu artinya, seorang ibu yang perutnya buncit.

3. Unsur Lakonan

Teater tradisional mak yong pada hakikatnya merupakan seni pertunjukan khas kerakyatan yang mengandung unsur lakon dalam cerita yang dimainkan penuh dengan semarak bunyi- bunyian. Tiupan nafiri, pukulan gendang panjang, dan gedombak, paluan mong serta breng, dan gung. Sementara itu, lawak jenaka dan tari-menari secara anyam-menganyam serta jalin-berjalin menjadi suatu kesatuan pertunjukan yang dipertontonkan dalam waktu tertentu. Namun, pola cerita mak yong masih berbau kerajaan tempo dulu. Berikut ini merupakan beberapa unsur pada teater mak yong. Jika unsur tersebut disatukan, akan menjadi satu kesatuan yang padu. a. Unsur lakon baik dalam wujud yang sederhana maupun yang kompleks. b. Unsur cerita yang diperankan oleh beberapa orang pemain. c. Unsur musik. d. Unsur lawak jenaka. e. Unsur tari. f. Unsur nyanyi. g. Unsur penonton secara berkomunikatif, kadang-kadang ikut aktif dan terlibat dalam satuan ataupun susunan permainan.

4. Urutan Segmen Teateral

Dari awal hingga berakhirnya alur cerita dalam pertunjukan mak yong, pola permainannya secara mentradisi terbagi atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Buang Basa atau Buka Tanah

Buang basa atau buka tanah dilakukan sebagai upacara pendahuluan sebelum pertunjukan dimulai. Hakikat buang basa ini untuk menghalau segala jembalang dan penunggu tanah tempat bermain supaya tidak mengganggu jalannya pertunjukan. Sebagai perlengkapan upacara, ketua panjak yang mengetuai pergelaran itu mempersiapkan alat-alat, yaitu: 1 sebuah pedupa yang berisi bara api; 2 kemenyan; 3 sekapur sirih; 4 segulung rokok daun nipah; dan 5 sebintil tembakau sumpal atau sentil. Barang-barang tersebut, pada hakikatnya sebagai upah untuk para jembalang yang akan disampaikan dalam sebuah mantera yang dibacakan oleh ketua panjak.