Seni Teater untuk SMPMTs Kelas IX
132
pada 1949 dan memproduksi lakon-lakon Tagore, termasuk Rakta Karabi Oleander Merah dan Bisarjan Pengorbanan, yang sebelumnya tidak pernah diproduksi
kelompok profesional yang lain. Meskipun mendalami karya-karya klasik Hindu dan bentuk-bentuk kesenian rakyat
pribumi, Rabindranath Tagore 1861-1941 tetap memberi respons terhadap teknik-teknik produksi Eropa sehingga memunculkan bentuk dramatik yang berbeda dengan para
dramawan seangkatannya. Dia menjadi sutradara dan aktor drama-dramanya bersama saudara sepupu, keponakan, dan murid-muridnya. Drama-drama ini terutama dipentaskan
di sekolahnya, Santiniketan, di Bengal sebagai teater nonprofesional dan eksperimental. Para elite di Calcu a dan pengunjung asing tertarik pada pertunjukan Tagore ini.
Gambar 9.13 Rabindranath Tagore, seorang sutradara
dan aktor drama India Sumber: www.greatwalltour.com
Sebagai seorang pelukis, aktor, dan penyair, Tagore menggabungkan bakat-bakatnya dalam
karya-karyanya. Dia menggunakan musik dan tari sebagai unsur penting pada tahun-tahun
berikutnya. Dia menciptakan bentuk opera-tari baru yang menampilkan kelompok koor yang
duduk di panggung dan menyanyi sementara para pemain berakting dalam tari dan gerakan-gerakan
yang distilisasikan. Kadang-kadang Tagore sendiri berdiri di atas sebuah bangku, bertindak sebagai
sutradara dan menyanyi dengan iringan musik dan drum sementara para pemain yang menari menjadi
gambaran visual yang bergerak.
Sejak Lebedev pada 1795, arus aktor dan produser yang dilatih dalam tradisi Barat terus
berlanjut. Mereka mendayagunakan kembali kelompok-kelompok teater berbahasa daerah. Nawab Wajid Ali Shah telah mengunjungi para komposer opera Prancis pada
pertengahan abad ke-19. Tagore mengerjakan opera pertamanya, Valmiki Pratibha Jenius Valmiki pada 1881, setelah kembali dari Inggris. Prithvi Raj Kapoor, E. Alkazi, dan Utpall
Du mendapatkan pelatihan awal produksi dalam tradisi Inggris. Norah Richards, seorang aktris kelahiran Irlandia yang datang ke Punjab pada 1911, memproduksi drama
pertama yang berbahasa Punjabi, Dulhan Sang Pengantin Perempuan, yang ditulis oleh muridnya I.C. Nanda. Selama 50 tahun, dia mempromosikan drama pedalaman
dan menginspirasi para aktor dan produser, termasuk Prithvi Raj Kapoor.
2. Teater Modern di Cina
Drama tradisional Cina banyak menampilkan musik dan lagu. Lagu sering menjadi tulang punggung spiritual yang vital bagi drama, dan musik menjadi ciri
yang membedakan genre drama tertentu. Akan tetapi, sejak akhir abad ke-19, drama Barat kian meningkatkan pengaruhnya di Cina. Para dramawan Cina mulai menulis
naskah dengan sedikit lagu dan musik atau bahkan sama sekali tidak ada lagu dan musik dalam pertunjukannya. Dalam tradisi drama Barat, hal ini dinamakan Speech
Drama
atau Huaju. Selama abad ke-20, Speech drama, meskipun disukai beberapa politisi dan intelektual urban baru, kurang populer dibandingkan bentuk-bentuk drama
Pelajaran 9 Apresiasi Karya Seni Teater Mancanegara di Asia
133
tradisional, terutama Opera Peking. Dramawan speech drama yang terkemuka antara lain Cao Yu dengan karyanya Leiyu Hujan Badai dan Dian Han dengan dramanya
Guan Hangin yang cukup menarik penonton pada pertengahan 1950-an. Selama Revolusi Kebudayaan 1966-1976, semua drama yang ada di Cina
dilarang. Akan tetapi, sejumlah “drama model baru” dipentaskan untuk rakyat Cina, bahkan diekspor dalam bentuk film dan rekaman. Sejak 1976, dengan
iklim kreatif yang lebih longgar, banyak lakon baru ditulis dan eksperimentasi dramatik pun berlangsung. Ada kekhawatiran akan kemunduran jenis-jenis drama
tradisional. Kenyataannya, televisi modern, internasionalisme, dan komersialisme bersama dengan sterilisasi kebudayaan saat Revolusi Kebudayaan telah merusak
hiburan-hiburan tradisional. Akan tetapi, kombinasi yang kaya dari tradisi kuno dan modern terus memproduksi teater yang mengasyikkan.
3. Teater Modern di Jepang
Selain drama tradisional, repertoar teatrikal modern berupa cerita asli Jepang dalam idiom modern dan terjemahan drama-drama Eropa mulai muncul di Jepang sejak
awal abad ke-20. Para penulis drama pada abad ke-20 berupaya mengompromikan bentuk-bentuk drama tradisional Jepang dengan idiom-idiom Barat, baik dengan
memperkenalkan psikologi modern pada cerita-cerita kuno maupun membuat drama bergaya kabuki berdasarkan karya-karya klasik Eropa, seperti Macbeth. Presentasi
modern dari tema tradisional yang dianggap berhasil ditunjukkan oleh Mishima Yukio dalam Five Modern Noh Plays 1956. Drama-drama lain, terutama Twilight Crane 1949
karya Kinoshita Junji, didasarkan pada cerita-cerita rakyat kuno. Beberapa penulis drama kontemporer Jepang menggarap tema-tema seperti konflik dalam masyarakat Jepang
modern dan masalah ketidakadilan sosial. Penulis drama yang lain memilih mengerjakan versi Jepang dari drama simbolik modern atau komedi musikal Amerika.
Abe Kobo 1924-1993 merupakan salah satu dramawan terkemuka dari Jepang. Setelah fase singkat sebagai penulis drama Marxis, dia mapan dengan gaya Ka a
yang absurd. Dalam lakonnya, tokoh protagonis terperangkap dalam situasi aneh yang samar, seringkali terinspirasi oleh fiksi ilmiah, cerita detektif, atau genre-genre
populer yang lain. Kobo Abe mengelola kelompok teaternya sendiri di Tokyo. Dia menulis lakon-lakon, seperti Omae ni mo Tsumi ga Aru Kamu Juga Bersalah, 1964
dan Tomodachi Teman, di samping menulis untuk televisi dan media lain.
Salah satu sutradara teater terkemuka dari Jepang adalah Ninagawa Yukio 1935. Ia dilahirkan di Kawaguchi. Ninagawa Yukio semula ingin menjadi
pelukis, tetapi setelah meninggalkan sekolah menengah ia bergabung dengan kelompok Seiha sebagai aktor. Berkolaborasi dengan penulis drama Kunio
Shimizu, dia mendirikan kelompok teater sayap kiri pada 1968 dan menyutradarai karya Shimizu Shinjo Afururu Keihakusa Sungguh-sungguh tetapi Sembrono.
Selanjutnya ia mendirikan beberapa kelompok teater, tetapi titik baliknya datang saat ia mulai bekerja dengan kelompok TOHO. Produksi pertamanya untuk TOHO
pada 1974 adalah Romeo and Juliet karya Shakespeare, diikuti setahun berikutnya dengan King Lear, dan pada 1980, sebuah versi memikat dari Macbeth dengan
se ing
pada masa samurai.