clii nilai pada anak-anak yang sudah tampil?, Ibu Susi menjelaskan: “Saya hanya
mengamati saja dan membetulkan langsung ucapan yang salah karena nanti nilai bahasa Inggris tidak dimasukkan buku rapor”.
b. Jenis Penilaian
1 Tes tertulis Tes ini bentuk penyajiannya diberikan melalui pemberian tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Penyelesaian tugasnya melalui siswa menjawab soal dalam lembar kerja siswa LKS sesuai dengan topik yang diberikan, atau mengerjakan soal-
soal yang dibuat oleh guru, atau mengerjakan soal-soal yang ada dibuku teks. 2 Tes lisan
Tes ini dilaksanakan dalam bentuk percakapan dua orang yang dilakukan di depan kelas bercerita berdasarkan gambar.
3 Tes perbuatan Selama peneliti melakukan pengamatan berulang-ulang di kedua sekolah yang
menjadi objek penelitian dan dikuatkan dengan hasil wawancara dengan para guru bahasa Inggris di kedua sekolah tersebut ditemukan para guru belum pernah
melakukan tes perbuatan ini. Dari ketiga jenis tes seperti tersebut di atas hanya tes tertulis dan lisan saja
yang diberikan pada siswa.
c. Alat penilaian
cliii Alat penilaian yang digunakan guru berupa pertanyaan atau tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa baik dalam bentuk tes objektif maupun tes esai. Dalam pelaksanaannya, tes objektif digunakan dalam bentuk: pilihan ganda, menjodohkan,
benar atau salah, melengkapi, sedangkan tes esai dapat berupa membuat paragraf, menjawab pertanyaan singkat, membuat kalimat, menceritakan berdasarkan gambar,
menerjemahkan. Berdasarkan temuan peneliti, semua jenis alat tes ini diberikan pada siswa
melalui Lembar Kerja Siswa LKS yang dimiliki oleh anak. Lembar kerja mata pelajaran Bahasa Inggris yang digunakan berjudul “Dimensi” diterbitkan di
Surakarta, penerbitnya CV. Ar-Rahman, tidak dijumpai tahun terbit hanya tertera tulisan sesuai Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi. Semua siswa di kelas IV SD
Negeri Salatiga 06 memiliki buku ini. Di samping itu, diberikan melalui buku teks bahasa Inggris atau melalui soal-soal yang dibuat oleh guru sendiri.
d. Bentuk Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan evaluasi bergantung pada kebijakan atau pertimbangan masing-
masing guru. Ada kalanya dilaksanakan secara insidental, terjadwal dalam satu sekolah, atau serentak antarsekolah. Artinya setiap guru pada setiap kelas mempunyai
rencana dan program evaluasi tersendiri untuk mengukur keberhasilan siswanya. 2.
Pembahasan
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi pada dasarnya
memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam
rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk
hasil belajar. Oleh sebab itu, tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.
cliv Berdasarkan uraian di atas, semestinya guru memperhatikan beberapa syarat
sebelum memutuskan melakukan tindakan penilaian. Berdasarkan temuan penelitian terhadap tindakan penilaian yang dilakukan guru cenderung kurang memperhatikan:
a. Segi-segi yang akan dinilai, tes kompetensi kebahasaan struktur dan kosa kata ataukah tes yang berkenaan dengan aspek keterampilan berbahasa menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Secara umum yang dihendaki Kurikulum 1994 Bahasa Inggris SD tes kebahasaan yang lebih menekankan pada fungsi
komunikatif berbahasa, sebagai konsekuensi dari pembelajaran bahasa yang komunikatif. Demikian juga, tes kebahasaan harus mencerminkan tes yang
integratif, sebagai konsekuensi dari bentuk kegiatan belajar yang integratif seperti yang diamanatkan kurikulum. Namun ternyata tidaklah mudah bagi seorang guru
menerapkan tes seperti yang disebutkan di atas. Hal ini tercermin dari tindakan guru yang cenderung asal melakukan evaluasi.
b. Segi validitas dan reliabilitas. Segi validitas dan reliabilitas terhadap aspek yang dinilai sebagai syarat dalam melakukan tindakan penilaian semestinya menjadi
acuan dalam menentukan tindakan penilaian. Dengan alasan klise keterbatasan waktu guru mengabaikan aspek validitas dan reliabilitas.
c. Penilaian harus objektif menilai prestasi siswa sebagaimana adanya. Dengan melakukan penilaian berdasarkan pengamatan tanpa merekam dalam dokumen
penilaian mustahil dapat memberikan penilaian yang objektif. Hal ini terjadi ketika Ibu Susi melakukan tes keterampilan berbicara. Menurutnya, karena nilai
tidak dimasukkan ke rapor sehingga menganggap kurang penting memberikan
clv penilaian. Sebagai konsekuensinya dalam bentuk laporan hasil belajar bahasa
Inggris siswa tidak didasarkan pada kriteria penilaian yang objektif. Dalam laporan penilaian yang disampaikan hanya tertera nilai A, B, C, D, tentunya tidak
didasarkan pada patokan yang jelas. Dalam menyikapi fenomena di atas, tindakan yang dilakukan guru yakni
mereka tidak membuat alat evaluasi sendiri dan hanya mengambil dari LKS maupun buku teks yang menurutnya sudah melalui proses standardisasi validitas dan
reliabilitas. Berkaitan dengan prosedur penilaian, jenis penilaian, alat penilaian, idealnya
dapat dilaksanakan sesuai dengan standar. Artinya tindakan penilaian yang dilakukan guru telah mengalami proses validitas dan reliabilitas. Di samping itu harus melalui
beberapa tahap: tes awal, tes dalam proses, tes akhir atau tes formatif, dan tes sumatif, serta mencakup komponen-komponen tes bahasa Inggris aspek kebahasaan,
keterampilan, apresiasi sastra. Seperti yang diuraikan sebelumnya tentunya tidak mudah melakukan keseluruhan proses penilaian secara ideal.
Dari uraian pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa menggunakan penilaian berbahasa secara integratif
dan diskrit. Penilaian secara integratif ditemukan dalam soal tes sumatif, soal-soal yang ada di LKS, dan di buku teks. Penilaian secara diskrit ditemukan pada soal tes
formatif yang dibuat oleh guru yang bersangkutan.
G. Peran Guru dalam Pembelajaran