xliii b waktu yang tersedia untuk belajar, c waktu yang diperlukan siswa untuk
menjelaskan pelajaran, d kualitas pembelajaran, dan e kemampuan individu. Pendapat Bloom dan Caroll di atas sangat mendukung bahwa kedua faktor
tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa, sehingga diharapkan semakin baik kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, semakin tinggi hasil belajar
yang dicapai siswa.
c. Belajar Bahasa Kedua
Belajar bahasa yang bukan bahasa pertama disebut bahasa kedua. Bahasa kedua second languageL2 diperoleh seseorang secara tidak wajar dari kecil.
Orang yang berasal dari Jawa Tengah pada umumnya, bahasa Jawa merupakan bahasa pertama first languageL1, karena bahasa ini diperoleh secara
wajar dari kecil. Sementara itu, anak yang lahir di Jakarta pada umumnya bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan bahasa asing Bahasa Inggris merupakan
bahasa keduanya. Belajar L2 belajar bahasa Inggris pada umumnya dilakukan secara formal,
yaitu di kelas bersama guru dengan menggunakan teks tertentu. Hakikat belajar L2 tidak sama dengan belajar L1. Bandingkan dua macam belajar bahasa di Indonesia
pada umumnya. Pada belajar L1 seseorang berangkat dari nol dia belum menguasai bahasa apapun dan perkembangan perolehan bahasa ini berjalan seiring dengan
perkembangan fisik dan psikisnya. Pada belajar L2 seseorang sudah menguasai L1 dengan baik dan perkembangan perolehan L2, berjalan tidak seiring dengan
perkembangan fisik dan psikisnya. Pemerolehan L1 dilakukan secara informal
xliv
Inferencing Inferencing
Formal Practising
dengan motivasi yang sangat tinggi seseorang memerlukan L1 ini untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, sedangkan belajar
bahasa Inggris dikerjakan secara formal dan motivasinya pada umumnya tidak terlalu tinggi. Bahasa Inggris tidak dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari. Patutlah kita
yang telah belajar bahasa Inggris bertahun-tahun tidak dapat menguasai bahasa ini dengan baik. Exposure sangat kurang dan kesempatan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa ini amat sangat kurang juga. Berangkat dari pengalaman ini belajar L2 tidaklah mudah. Untuk itu proses
pembelajaran yang sukar seperti inilah yang perlu dicari dan dikembangkan tata cara memudahkan atau disebut metodologi. Oleh karena itu, dalam belajar L2 ini guru
perlu memahami metodologi pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing. d. Teori Belajar Bahasa Kedua
Bialystok dalam Baradja 1989: 22 memberikan teori proses belajar mengajar L2. Dalam teorinya itu, ia memberikan tiga macam ilmu pengetahuan knowledge
yang saling membantu dalam proses belajar mengajar L2 yakni 1 input, 2 knowledge, dan 3 output. Ketiganya menunjukkan tahapan-tahapan yang unik
dalam belajar L2. Seseorang kalau mau berhasil dengan baik, harus mempunyai pengalaman language exposure dan ini disebut input. Kemudian segala macam
informasi dan pengalaman yang diperoleh seseorang harus disimpan di suatu tempat yang diberi nama knowledge. Akhirnya sampailah kita pada output kemampuan
untuk memahami dan mengutarakan isi hati . Secara rinci model belajar L2 dari Bialystok tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
INPUT KNOWLEDGE
LANGUAG
xlv
Process Strategis
OTHER EXPLICIT IMPLICIT
KNOWLEDGE LINGUISTIC LINGUISTIC
KNOWLEDGE KNOWLEDGE
OUTPUT
Gambar 1. Model Bialystok Belajar L2
Exposure secara informal pengalaman berkomunikasi dengan menggunakan L2, melihat TV, membaca novel dalam L2, dan sebagainya memperkaya ‘isi’ sel
yang disebut Implicit Linguistic Knowledge, Exposure secara formal pengalaman belajar bahasa Inggris di kelas, membaca buku teks tentang seluk-beluk bahasa
Inggris, dan sebagainya memperkaya ‘isi’ sel yang di sebut Explicit Linguistic Knowledge. Exposure dalam hal belajar ilmu yang bemacam-macam belajar
geografi, matemaika, fisika, dan sebagainya memperkaya ‘isi’ sel yang disebut Other Knowledge. Tiga macam sel ini secara bantu membantu memberikan kemudahan bagi
si pelajar dalam proses belajar. Ada dua macam garis yang menghubungkan bermacam-macam komponen
dalam model ini. Garis tebal menunjukkan garis-garis pemprosesan dan merujuk kepada hubungan yang sifatnya wajib, sedangkan garis putus-putus merujuk kepada
strategi yang sifatnya manasuka. Strategi ini tidak sama bagi masing-masing
xlvi individu. Kuat atau lemahnya strategi ini ditemukan oleh banyak faktor. Beberapa di
antaranya ialah intelegensi, sikap kebutuhan , ketekunan, dan sebagainya. R singkatan dari Response mengacu kepada output, baik berupa pemahaman
maupun penguatan isi hati. Ada dua macam R : tipe I dan tipe II. Tipe I mengacu kepada respons yang spontan dan tipe II mengacu kepada respons yang tidak spontan.
Hasil dari membaca dapat dikelompokkan dalam tipe II, sebab kalau ada yang tidak jelas pelajar mempunyai waktu untuk berpikir sejenak, bahkan ia dapat mengulang
kembali apa yang telah dibacanya. Hasil dari percakapan pada umumnya masuk dalam tipe I, karena segala sesuatu harus dikerjakan secara spontan.
e. Proses Belajar Bahasa Kedua