Kompetensi Kepribadian dan Sosial

lxviii kemampuannya. Untuk itu seorang guru harus bijaksana, berbesar hati, dan memiliki standar yang digunakan dalam menghadapi siswa yang kritis. Namun pada dasarnya, kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam banyak analisis tentang kompetensi keguruan, aspek kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan Lardizabal, 1977: 6. Hal ini wajar karena sosialitas manusia termasuk guru dapat dipandang sebagai pengejawantahan pribadinya. Kompetensi keguruan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kompetensi Kepribadian dan Sosial

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari guru merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan secara profesional. Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan pengkhususan komunikasi personal antara guru dan siswa. Kompetensi kepribadian dan sosial keguruan menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa dan mantap, susila dinamik reflektif serta berupaya untuk maju, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai hidup yang dihayati serta mengarahkan seluruh tindak keguruan hendaknya bersumber pada kejujuran, ketulusan, dan keiklasan dalam semua tindakannya, pengamalan nilai pancasila guru mestinya berperan dalam mempersatukan bangsa, pengemban misi yang tersirat dalam UUD-RI 1945 dan hasrat untuk melestarikan serta memperkembangkan budaya bangsa yang sehat. Dengan diilhami pendapat di atas rincian kompetensi personal-sosial yang disarankan dalam urutan ini adalah: 1 Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup termasuk nilai moral dan keimanan. Mengamalkan nilai hidup berarti guru bersangkutan dalam situasi tahu, mau, dan melakukan perbuatan nyata yang baik, yang mendamaikan diri beserta lingkungan sosialnya. Proses pendidikan selalu bersifat normatik, yaitu memperjuangkan nilai luhur baik yang bersifat implisit maupun eksplisit. Tindakan keguruan hendaknya bertolak dari keyakinan nilai tertentu, yang sekaligus perlu dikaji atau direfleksikan terus- lxix menerus. Nilai luhur kemanusiaan yang mendasar selalu bersifat universal baik untuk siapapun. 2 Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab. Kejujuran dan kesediaan bertanggung jawab atas segala tindak keguruannya tersebut merupakan realisasi kesusilaan hidupnya, sekaligus merupakan pengakuan akan berbagai keterbatasannya yang perlu dibenahi dan atau dikembangkan terus-menerus. Kadar kesungguhan hati atau semangat berusaha dalam pengembangan karir, sportivitas, kerendah-hatian dan rela meminta maaf kepada siswa atau siapapun yang dirugikannya atau dikecewakannya, merupakan watak yang terpuji dari para guru. 3 Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun luar sekolah. Kepemimpinan guru di sekolah tampak dalam kemampuannya menciptakan situasi belajar siswa yang kondusif dan kemampuan dalam mengorganisasikan seluruh unsur serta kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Situasi kelas atau sekolah yang kondusif tersebut ditandai oleh semangat kerja yang tinggi, terarah, kooperatif, tenggang rasa, etis dan efektif- efisien. Kepemimpinan guru di lingkungan masyarakat hendaknya ditandai dengan kemampuannya menjadi penggerak dan atau organisator kemajuan masyarakat sekitarnya untuk menjadi lebih sejahtera. 4 Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik. Modal dasar berkomunikasi dengan sesama adalah kesediaannya menghargai mitra, bersifat terbuka, menguasai teknik berkomunikasi terutama dalam menggunakan bahasa secara efektif- efisien, dan mampu ikut memahami gejolak serta warna perasaan dari partner komunikasinya empati. Guru hendaknya tidak bersifat sentimental. Persahabatan yang tulus dan etis antar individu merupakan tanda keberhasilan dalam berkomunikasi dan mengembangkan diri bagi siapapun. lxx 5 Guru mampu berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya. Pendidikan adalah pembudayaan manusia muda Driyarkara,1980: 8. Dengan daya kritis serta selektifnya, guru hendaknya mampu mempertimbangkan, menentukan nilai-nilai budaya yang akan dijadikan dasar sekaligus sasaran dalam membimbing, mengajar, dan melatih siswanya. Pendidikan nilai adalah klarifikasi nilai hidup yang dijalani oleh siswa, siswa yang mandiri dalam penghayatan serta pengamalan nilai hidup adalah siswa yang mampu mengamalkan nilai hidup atas dorongan keputusan serta kemampuan diri dalam dirinya sendiri internal locus of control. 6 Dalam persahabatan dengan siapa pun, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakininya. Dalam hal ini guru diharap mampu menghargai pribadi orang lain yang berbeda dengan dirinya. Pergaulan atau persahabatan hendaknya menjadi arena transaksi nilai hidup seseorang serta pengembangannya. Seluruh pergaulan yang dialami oleh guru hendaknya dilandasi dengan kesopanan dan kesusilaan. 7 Guru bersedia ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkup kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Guru siap untuk menyumbangkan kemampuannya, lebih-lebih yang berhubungan dengan kecakapan keguruannya bila dibutuhkan oleh sesamanya tanpa memperhitungkan keuntungan diri sendiri secara berlebihan. 8 Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil. Hal ini menunjukan tingkat perkembangan serta pengintegrasian daya, fisik, psikis, dan spritual yang sehat, berpola, dinamis dan adaptif terhadap lingkungan sosial budayanya. Ciri lain dari seorang yang bermental sehat adalah realistis, mengenali keadaan diri serta potensi- potensinya, mengenali kelebihan serta kekurangannya, dan ulet dalam mendayagunakan seluruh kemampuan untuk mencapai perkembangan diri serta karirnya. lxxi 9 Guru berpenampilan secara pantas dan rapi. Hal ini berhubungan dengan tata cara bertindak, bertutur, berpakaian, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Dalam hal ini masalah kesopanan, kehalusan, cita rasa, keharmonisan, dan penyesuaian diri dengan situasi nyata di lingkungan adalah masalah penting dalam sosialisasi guru yang bersangkutan. 10 Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan. Tugas keguruan tidak dapat dipolakan secara mekanis, eksak dan resep tunggal. Variasi tindak keguruan yang meliputi pendekatan pengajaran, strategi, metode, teknik, dan sejenisnya tidak terbatas adanya. Dalam hal ini guru dituntut mampu bertindak kreatif dalam melaksanakan tugas keguruannya, dalam batas tertentu tindak kependidikan tersebut bersifat seni art karena bersifat khas, autentik, penuh alternatif, dan bersifat mendasar bagi kehidupan seseorang. 11 Dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya, guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas- tugasnya. Pengelolaan waktu kerja juga waktu yang lain menuntut perencanaan yang rasional dan berdisiplin dalam pelaksanaannya. Penggunaan waktu secara efisien dalam kaitannya dengan tugas keguruan dan pengembangan karir memberi harapan munculnya guru-guru yang bermutu. 12 Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya di luar tuntutan tugas keguruan serta bijaksana dan produktif. Dalam menggunakan waktu luang yang dimilikinya, guru diharap mampu merencanakan secara rasional dan proporsional, pengisian waktu luang tersebut dapat berupa pelayanan sosial di lingkungannya baik formal maupun informal, pengembangan hobi, membina kehangatan hidup berkeluarga, kegiatan rekreatif, dan juga mencari tambahan penghasilan secara halal sebatas tindak mengganggu tugas pokoknya.

b. Kompetensi Profesional