Persepsi Besaran Biaya dan Waktu Transparansi pelayanan

117 pendidikan akan berdampak langsung pada desentralisasi manajemen pendidikan sekaligus secara fleksibel dapat mengantisipasi keragaman tuntutan lokal dan daerah, utamanya sekolah. Untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan, kemampuan daerah ini menjadi ukuran karena banyak masalah dan kendala yang perlu diatasi dalam penyelenggaraan desentralisasi tersebut kurikulum, SDM, dana, sarana dan prasarana, peraturan perundang– undangan.

g. Dicari kepala sekolah yang Kompeten

Pada tingkat paling operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung gugat mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah masing–masing. Dalam praktik di Indonesia, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu. Tidak pernah ada orang yang bukan guru diangkat menjadi kepala sekolah. Jadi, seorang guru dapat berharap bahwa jika beruntung suatu saat kariernya akan berujung pada jabatan kepala sekolah. Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap sebagai guru diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak di antaranya yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah menjadi kepala sekolah. Umumnya mereka tidak cocok untuk mengemban tanggung jawab manajerial. Ingat salah satu prinsip Peter tentang inkompetensi? Orang–orang seperti ini telah terjerembab di puncak inkompetensinya dan akan tetap di situ hingga pensiun. Bayangkan nasib sekolah jika dipimpin oleh seseorang yang tidak lagi kompeten.

II. ANALISA PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN

Hak atas pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Dalam substansi hukum internasional pelayanan kesehatan sebagai salah satu hak asasi manusia tercantum dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia DUHAM 1948. Di samping berbagai aturan tersebut, di tingkat internasional Indonesia telah mengikatkan diri melalui Millenium Development Goals MDG yang berkomitmen untuk dicapai pada 2015, yakni mengatasi : 1 kemiskinan dan kelaparan, 2 kesehatan, 3 ketidaksetaraan gender, 4 pendidikan, 5 air bersih, dan 6 lingkungan. Sementara di tingkat nasional berbagai aturan hukum telah mengatur tentang pelayanan kesehatan. Pasal 28H UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan “...setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan”. Undang–Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan juga menegaskan bahwa negara harus bertanggungjawab dan berkepentingan atas pembangunan kesehatan rakyatnya. Tujuan pembangunan kesehatan menurut UU kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

1. Persepsi Besaran Biaya dan Waktu

Menurut responden yang menggunakan jasa layanan Puskesmas di beberapa puskesmas berpendapat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelayanan lama. No Jenis Pelayanan Lama Cepat Abstan 1 Antri pengambilan kartu 50 40 10 2 Menunggu pemeriksaan 67 20 13 3 Pemeriksaan medis 30 63 7 4 Pengambilan obat 17 67 16 118 Yang cukup menarik dari hasil penelitian di beberapa puskesmas ini, pasien justru lebih banyak menghabiskan waktu pada saat mengantri atau mengambil kartu. Pada saat proses antri atau mendapatkan giliran pemeriksaan juga cukup lama. Padahal orang sakit menginginkan segera mendapatkan penanganan dari paramedis. Bayangkan apabila orang yang sakit disuruh menunggu cukup lama, mereka sudah sakit namun terpaksa mengantri lama. Alasan responden memilih berobat di puskesmas adalah biaya yang murah dan bisa dijangkau. Untuk biaya sebanyak 80 responden menyatakan bahwa biaya berobat di puskesmas termasuk murah dengan jumlah nominal Rp 6.000,00. Sedangkan yang memiliki Kartu Miskin mereka gratis atau tidak dikenakan biaya. Akan tetapi ada beberapa masyarakat yang mengeluhkan untuk mendapatkan kartu miskin prosesnya cukup lama dan berbelit–belit.

2. Transparansi pelayanan

Adanya transparansi tersebut, diharapkan bisa memperkecil penyelewengan yang dilakukan dan tidak mengelabuhi masyarakat. Melalui transparansi pelayanan diharapkan para pemakai layanan puskesmas tahu akan hak serta kewajiban yang harus dipenuhi dan didapatkan. Hal tersebut dikarenakan tidak tersedianya informasi secara tertulis. Informasi tersebut mengenai ; tarifretribusi puskesmas, biaya tindakan medik, program–program pelayanan, prosedur pelayanan, jam pelayanan Puskesmas, prosedur rujukan dan prosedur penggunaan askes. Tidak adanya transparansi tersebut akan membuat perbedaan besaran biaya yang dikeluarkan antara puskesmas yang satu dengan yang lain. Seharusnya setiap Puskesmas terpampang besaran harga yang harus dibayar oleh pasien setiap kali berobat, mulai dari berbagai macam poli, laboraturium dan loket pengambilan obat obat apa saja yang harus bayar. No Jenis informasi Ya Tidak Tidak tahu Abstain 1 Tarifretribusi puskesmas - 50 40 10 2 Biaya tindakan medik 10 40 40 - 3 Program-program pelayanan 30 20 50 - 4 Prosedur pelayanan 10 30 50 10 5 Jam pelayanan puskesmas 30 10 50 10 6 Prosedur rujukan 10 30 50 10 7 Prosedur penggunaan akses 20 7 67 6

3. Sikap petugas