18 peningkatan Fe dan Mn akibat banjir lahar dingin, juga akibat aktivitas masyarakat
disekitarnya. Ditengarai telah terjadi degradasi kualitas air sumur masyarakat korban erupsi merapi, dengan identifikasi naiknya kandungan parameter Besi Fe, Mangan Mn dan
bakteriologik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pergeseran lapisan bumi dan terjadinya keretakkan maupun patahnya saluran buangan sanitasi individu WC, sehingga
mengakibatkan kebocoran. Mengingat air merupakan kebutuhan esensial bagi hidup dan kehidupan manusia serta tidak dapat tergantikan keberadaan maupun fungsinya, maka
ketersediaan air bersih yang memenuhi persyaratan mutlak diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan upaya sanitasi air sumur masyarakat agar tidak menjadi daerah rawan terhadap
penularan penyakit dan untuk peningkatan derajad kesehatan masyarakat.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah: 1
Mendapatkan gambaran kualitas air sumur masyarakat di subdas Code terutama kandungan Fe, Mn kekeruhan, dan bakteriologik.
2 Mendapatkan media filter terbaik.
3 Untuk mengetahui jumlah lubang yang optimum pada chlorine diffuser.
4 Dapat diperoleh paket teknologi tepat guna sanitasi air sumur masyarakat.
Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1
Memberikan gambaran kualitas air sumur masyarakat di subdas Code terutama kandungan Fe, Mn dan bakteriologik.
2 Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas air yang
dikonsumsi sesuai syarat kesehatan. 3
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang alternatif alat pengolah sebagai sarana memperbaiki kualitas air.
C. Tinjauan Pustaka 1. Pencemaran Air Tanah
Pencemaran pada air tanah dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu sebagai pencemaran alamiah dan pencemaran akibat perilaku manusia.
a. Pencemaran Alamiah
Struktur kimia tanah yang termasuk di dalam struktur pegunungan berapi di daerah tropis dengan curah hujan sedang dan tinggi pada ketinggian hingga 900 m
dari permukaan laut dpl banyak mengandung mineral besi Fe dan mangan Mn, oleh karena didominasi oleh jenis tanah regosol, litosol dan latosol. Warna jenis
tanah ini adalah berwarna kuning kecoklatan, coklat kemerahan, coklat, coklat kehitaman dan hitam. Besi Fe, Mangan Mn dan Kalsium Ca adalah konstituen
alam yang terdapat pada tanah dan batuan yang terdapat pada bahan induk vulkanik berupa tufa ataupun batuan beku. Besi salah satu unsur yang sering didapati lebih
besar kandungannya dibanding mangan. Besi terdapat dalam mineral silikat pada batuan beku, sedangkan mangan sering terdapat di dalam batuan metamorphik dan
batuan sedimen. Khumyahd 1991,
Menurut Berthouex 1998, pencemaran alamiah terjadi karena pelapukan biogeokimia di dalam tanah akibat proses pencucian leaching bahan organik dari
top soil pada proses perkolasi. Proses oksidasi biokimia akan menipiskan oksigen tanah dan memproduksi karbondioksida CO
2
yang semakin lama menghabiskan oksigen terlarut di dalam air dan akan digantikan oleh proses anaerobik reduksi
atau proses fermentasi biokimia. Dalam kondisi yang demikian ini CO
2
akan bereaksi dengan senyawa-senyawa karbonat pada batuan alam seperti CaCO
3
Calcite, FeCO
3
Siderit dan MnCO
3
Rhodochrosite menghasilkan mineral-
19 mineral terlarut. Hal ini akan dipercepat lagi apabila terjadi keronggaan lapisan
tanah dalam dan pergeseran lapisan tanah oleh gempa, sehingga dapat menyebabkan kandungan mineral besi, mangan dan kalsium di dalam air tanah menjadi meningkat.
b. Pencemaran Akibat Perilaku Manusia
Pencemaran oleh karena perilaku manusia pada wilayah perkotaan terjadi akibat tingginya kepadatan dan aktivitas penduduk, terutama bila sistem buangan
limbah cair dan padat, sampah, dan sanitasi tidak memadai akan menjadi potensi pencemaran air tanah Sutrisno, 2002. Menurut Berthouex 1998, menyatakan
bahwa bakteri patogen analog dengan bahan kimia beracun, karena dapat menyebabkan penyakit apabila melebihi batas toleransi yang diperbolehkan untuk
manusia. Bakteri Coliform adalah group bakteri yang sering ditemukan di dalam tanah, tinja manusia, burung dan binatang berdarah panas. Adanya coliform
menunjukkan adanya bakteri patogen, sehingga digunakan sebagai indikator kualitas higienis air bersih minum. Secara praktis apabila indikator bakteri tidak muncul di
dalam air bersih minum, maka bakteri patogen juga tidak ada negatif dan air aman untuk diminum. Air dapat berfungsi pembawa penyakit water borne disease,
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dari kontaminasi bakteri. Kontaminasi bakteri patogen pada air bersihminum sering berasal dari septic tank dan air
buangan domestik melalui tanah, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan. Pencegahan kontaminasi bakteri patogen dari septic tank maupun air buangan
domestik dapat dilakukan dengan cara pengolahan dan pada akhir pengolahan dilakukan proses desinfeksi menggunakan klorin, ultra violet maupun ozon.
2. Keberadaan Unsur Fe dan Mn pada Air Tanah
Keberadaan unsur besi dan Mn dalam air tanah secara kimia dapat dibedakan atas dua macam muatan, yaitu besi bermuatan 2+ yang disebut bentuk ferro dan besi yang
bermuatan 3+ disebut ferri dan umumnya bentuk ferro cenderung berubah menjadi ferri. Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti seringkali air tanah, besi berada
sebagai Fe
2+
teroksidasi menjadi Fe
3+
, Fe
3+
ini sukar larut pada pH 6 – 8 kelarutanya kecil bahkan dapat menjadi ferri hodroksida Fe OH
3
salah satu jenis oksidasi yang merupakan zat padat dan bisa mengendap Alaerts dan Santika, 1984. Sedangkan untuk
unsur Mangan Mn merupakan komponen utama dari lapisan bumi, terdapat secara alamiah dalam air tanah. Jika tidak ada unsur–unsur pembentuk yang komplek, maka
Mn tidak terdapat sebagai unsur terlarut. Dalam kebanyakan air alami konsentrasi organik pembentuk yang komplek atau bahan–bahan organik jarang memadai untuk
menstabilkan kondisi Mn
3+
. MnO
2
padat merupakan fase bervalensi tinggi terdapat sebagai koloid yang stabil secara termodinamis dalam air alami. Mn bervalensi tinggi
sebagai koloid terdispersi yang stabil dalam waktu yang lama. Secara analisis perbedaan terlarut dan tersuspensi Mn
4+
sangat sukar Fair, et. Al 1969. Kandungan Fe dan Mn dalam air tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk
terlarut bersenyawa dengan bikarbonat dan sulfat, juga ditemukan kedua unsur tersebut bersenyawa dengan hidroden sulfida H
2
S. Selain itu Fe dan Mn ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraian
dan dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur Fe atau Mn untuk membentuk ikatan kompleks organic. Unsur Fe umumnya terdapat pada hampir semua
air tanah, sedangkan unsur Mn tidak ditemukan, tetapi keberadaan unsur Mn biasanya bersama-sama dengan unsur Fe.
20
3. Dampak Negatif Fe dan Mn
Menurut Tjokrokusumo 1995, identifikasi tingginya mineral Fe dan Mn ditengarai dengan berbau amis logam, meninggalkan noda kuning kecoklatan Fe dan
coklat kehitaman Mn pada porselin maupun alat–alat saniter serta pakaian berwarna cerah, terjadi pengkaratan korosif pada logam, memunculkan partikel berwarna
kuning coklatcoklat hitam dan mengkilap di permukaan air.
Menurut Purdom 1971, dikatakan metabolisme tubuh membutuhkan Fe, Mn, Ca dan Mg selama konsentrasi sesuai dengan standart kualitas Air Minum yang
diperbolehkan. Fe, Mn, Ca dan Mg termasuk golongan tidak beracuntoksisitas rendah, tetapi apabila dikonsumsi melebihi standar baku mutu diperbolehkan dan secara reguler
melebihi 10 tahun akan berakibat terjadi pembengkakan ginjal, lever, batu ginjalkandung kemih, iritasi usus besar lambung dan sakit pinggang. Hal ini dapat
terjadi oleh karena kelebihan mineral dari kebutuhan metabolisme tubuh akan terdeposit pada organ–organ tubuh yang penting dan tidak dapat dibuang keluar dari sistem tubuh
seperti halnya vitamin.
4. Prinsip Penghilangan Fe dan Mn
Proses penghilangan Fe dan Mn pada prinsipnya adalah proses oksidasi, yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk Fe dan
Mn terlarut menjadi Fe dan Mn yang tidak larut endapan. Endapan yang terbentuk dihilangkan dengan proses sedimentasi dan atau filtrasi di dalam proses adsorpsi.
Menurut Khumyahd 1991, beberapa proses untuk menghilangkan Fe dan Mn di dalam air yaitu :
1. Oksidasi dengan oksigen, khlorin dan Permanganat.
Fe
2+
Fe
3+
Mn
2+
Mn
4+
berupa presipitat 2.
Pertukaran ion R – Na + Fe
2+
R – Fe + Na
+
Mn
2+
R – Mn reaksi pertukaran ion R – Fe + Na
+
R – Na + Fe
2+
R – Mn Mn
2+
regenerasi 3.
Oksidasi dengan pelapisan oksidan MnO
2
pada media misal : zeolit, pasir kuarsa dll.
3 {Mn II. Mn O
2
} s + 2 MnO
4 -
+ 2H
2
O
8MnO
2
s + 4H
+
Mn
2+
+ MnO
2
s
Fast
Mn
2+
. MnO
2
s sorpsi
Fe
2+
Fast
Fe
3+
oksidasi
5. Tinjauan tentang Pasir Merapi
Pasir Merapi merupakan pasir yang berasal dari muntahan lava merapi pada saat terjadinya letusan Merapi. Letusan Merapi yang biasanya mengeluarkan material yang
berupa pasir maupun material batu besar lainnya yang dapat berdampak negatif dan positif. Dampak negatif yang timbul seperti kerusakan lingkungan permanen, dapat
merubah suhu, dan mengganggu kesehatan serta yang lainnya. Tapi di sisi lain dampak positif dari vulkanik Merapi sebenarnya cukup banyak, yaitu pasir berlimpah,
meningkatkan kesuburan tanah, serta sebagai media penjernih air. Vulkaniktanah gunung berapi adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi dari letusan gunung
berapi yang subur mengandung unsur hara yang tinggi. Vulkanik yang dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liat
allophan yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks. Adapun manfaaat pasir gunung berapi
21 sangat baik digunakan untuk penjernihan air. Kandungan silika SiO tinggi yang
terbentuk akibat proses pembakaran unsur geologi di dalam bumi dengan suhu lebih dari 800° C menjadikan pembentukkan kadar silica semakin banyak dan membuat
kualitasnya menjadi sangat baik. Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air. Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap partikel tidak
diinginkan jauh lebih baik ketimbang pasir biasa.
6. Desinfeksi
Menurut Sanropie 1984, menyatakan bahwa Desinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh bakteri patogen bakteri penyebab penyakit yang ada di dalam air
dengan menggunakan bahan desinfektan. Desinfeksi secara kimia antara lain dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia seperti Cl
2
, Br
2
, I
2
, O
3
, KMnO
4
, O
2
, Cl
2
, CuSO
4
dan ZnSO
4
. Bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah senyawa khlorin yang disebut proses khlorinasi atau desinfeksi. Di Indonesia kebanyakan
digunakan kaporit karena mudah didapat dan mudah penggunaannya. Disinfeksi merupakan bagian dari proses pengolahan air terakhir yang penting dan merupakan
teknologi bersih. Disinfektan senyawa khlorin, dapat digunakan untuk menghilangkan bakteri patogen, meminimalkan gangguan mikroorganisme dan sebagai oksidator.
Sebagai oksidan, khlorin dapat juga digunakan untuk menghilangkan zat besi, mangan, menghilangkan rasa air dan
senyawa berbau serta meminimalkan amonia nitrogen. Terminologi disinfeksi yang berarti menghilangkan atau menghancurkan seluruh
mikroorganisme yang hidup termasuk didalamnya spora disebut sterilisasi. Namun istilah disinfeksi tidak seluruhnya benar karena ada beberapa spora bakteri yang lebih
tahan terhadap disinfeksi dibanding bentuk vegetatif, seperti halnya organisme tuberculosis lebih tahan dibanding dengan negatif-gram sel coliform. Sumber Khlorin
yang banyak digunakan saat ini adalah jenis kaporit tablet dengan kemurnian 90 yang mampu menyuntikkan dosis khlorin sebesar 40 mgl berupa tablet kaporit ukuran 200
gram sebanyak 2 tablet untuk debit aliran antara 1 – 5 liter per detik Berthouex, 1998.
7. Khlorinator
Menurut Winarno 1986, alat yang diperlukan dalam klorinasi disebut klorinator. Klorinator sederhana dapat digunakan dalam khlorinasi kontinyu bagi suplai air yang
jumlahnya relatif banyak. Klorinator dapat diupayakan dengan membuat sendiri, salah satunya adalah jenis Klorin Difuser yang terbuat dari bahan PVC. Dari hasil penelitian
dilaporkan bahwa khlorinasi air bersih pada sumur
gali protected dinding disemendiplester minimal sedalam 3 m dan
unprotected tanpa ada dinding yang disemenplester berdasarkan pada standart yang telah ditetapkan dengan dosis kaporit
1,00 ppm untuk sumur gali protected dan 1,5 ppm sumur gali unprotected. Susunan alat klorin difuser dari PVC dengan ukuran : diameter pipa luar 2 inch dan pipa dalam 1
inch, bersekat pasir diantaranya, dengan panjang 30 cm; pasir ukuran diameter 0,4 – 0,9 mm; kaporit kadar 60 ; lubang difuser ukuran 5 mm; jumlah lubang sebanyak 15
buah, memberikan sisa khlor 0,51 mgl pada sumur gali protected dan sisa khlor 0,49 mgl pada sumur gali unprotected. Khlorin difuser dimaksud seperti pada Gambar di
bawah ini :
Lubang Ф 5 mm
PVC Ф 1”
Dop Ф 2 “
Kaporit
Gambar : Khlorin Diffuser
Pasir Dop
Ф 1 “
22
D. Metodologi Penelitian 1. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Analisis dan Evaluasi Masalah
Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan parameter Fe, Mn, kekeruhan dan Coli masing-masing contoh air sumur. Sampel air sumur yang akan
diambil sebanyak 9 titik. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan beberapa pendekatan antara lain :
Lokasi di sekitar sungai Code yang masuk wilayah Kota Yogyakarta di bagian
hulu, tengah dan Hilir Sumur yang dekat dengan bantaran sungai Code, dan secara sanitasi belum
memenuhi syarat. Lokasi sumur mudah terjangkau.
b. Tahap penelitian meliputi :
1 Penentuan media filter terbaik meliputi : penentuan konsentrasi larutan pengaktif KMnO
4
, lama perendaman, ukuran diameter pasir, ketebalan media filter 2 Penentuan jumlah lubang pada chlorin diffuser.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas independent variable. -
Konsentrasi larutan KMnO
4
: 2,5, 5, 7,5 -
Lama perendaman : 8,16,42 jam -
Diameter pasir : -8+10, -10+14, -14+18 mesh -
Ketebalan filter : 70, 85, 100 cm -
Jumlah lubang chlorine diffuser : 20, 30, 40 lubang. b. Variabel terikat dependent variable : kadar Fe, Mn, kekeruhan dan Coli tinja pada
air hasil olahan.
3. Alat dan Bahan Alat Yang Digunakan
Bahan Yang Digunakan
a. Gergaji kayu dan besi b. Bor listrik arus DC
c. Ember plastik d. Test Kit Fe dan Mn
e. Instrumen analisis parameter Coli tinja f. Pukul besi
a. Media filter: pasir Merapi b. KMnO
4
c. Kaporit tablet d. Air
e. Reagen Fe, Mn, Kekeruhan dan
4. Penyiapan Alat Penelitian a. Filter Aktif
Filter Aktif terdiri dari : Tabung Fiter Aktif
Material : -
pipa PVC pralon diameter 4” dim; tinggi 125 cm -
asesoris : dop 4” = 1 buah; sockdrat luar dan dalam ¾”,masing- masing 1 buah, knee elbow ¾” = 4 buah, pipa PVC ¾” secukupnya.
- Bahan Pembantu : plat PVC berlubang, seal karet ban dalam
bekas, lem PVC dan TBA.
Media Filter Aktif Material :
- Pasir Merapi
- Bahan aktif : Permanganat PK, KMnO
4
23
Cara Pembuatan Tabung Filter Aktif
1. Dop dilubangi dengan ukuran diameter drat sockdrat luar, masukan sockdrat luar dari arah dalam dengan diberi seal karet ban pada luar dan dalam dop.
Pasangkan sockdrat dalam pada drat sockdrat luar setelah diberi TBA secukupnya
sampai kencang.
Potong pipa
¾” secukupnya
untuk penyambungan knee pada sockdrat dalam, kemudian potong pipa ¾”
secukupnya lagi untuk penyambungan antar knee dan arahkan ke atas dan sambungkan pipa ¾” panjang 120 cm yang telah dipasang knee pipa
keluaran filter.
2. Potong pipa 4” sepanjang 125 cm dan pasangkan rangkaian No 1 pada salah satu ujung pipa 4”, setelah dipasangkan plat plastik berlubang.
Tabung filter aktif telah siap digunakan. Media Filter Aktif
1. Larutkan PK KMnO
4
ke dalam ember sesuai variasi konsentrasi yang diinginkan, diaduk hingga larut merata homogen.
2. Masukan ke dalam larutan KMnO
4
, media sesuai variasi diameter kemudian direndam sesuai variasi lama perendaman.
3. Media yang sudah direndam, kemudian ditiris dipisahkan dari larutan PK. Larutan PK masih dapat dipergunakan dan dijemur di bawah sinar matahari
hingga kering berwarna kecoklatan, dari warna ungu larutan PK. 4. Dilakukan pencucian media aktif hingga air pencuci menjadi jernih atau
sedikit jingga. 5. Media aktif siap untuk dipergunakan.
Cara Pengoperasian a. Masukan air sumur ke dalam filter dengan gayung lihat gambar filter aktif
manual atau selangpipa PVC dari bak tandonpenampung secara perlahan hingga air keluar dari pipa keluaran lihat gambar filter aktif kontinyu.
b. Cek air dari pipa keluaran biasanya masih masih agak berwarna jingga dari sisa PK dan ada partikel hitam dari arang aktif,
c. Lakukan hal di atas hingga didapat air keluaran benar-benar jernih filter stabil d. Filter aktif siap dioperasikan
b. Khlorinator
Khlorinator terdiri dari 2 dua tabung yaitu : tabung kaporit dan tabung pasir, Material : Pipa PVC bekasbaru;
Cara PembuatanPemasangan : a Tabung Kaporit
1. Siapkan pipa PVC diameter 1”, panjang 25 cm ukuran dapat bervariasi tergantung material yang ada sebanyak 1 buah.
2. Siapkan dop diameter 1”, sebanyak 2 buah 3. Pipa PVC dilubangi dengan ukuran diameter lubang 2 mm, sebanyak 20, 30
dan 40 luban, pasangkan dop pada satu ujungnya. 4. Masukan kaporit bubuk ke dalam pipa berlubang, tutupkan dop pada ujung
satunya. 5. Tabung kaporit siap digunakan.
b Tabung Pasir 1. Siapkan pipa PVC diameter 2”, panjang 27 cm ukuran dapat bervariasi
tergantung material yang ada sebanyak 1 buah. 2. Siapkan dop diameter 2”, sebanyak 2 buah
24 3. Pipa PVC dilubangi dengan ukuran diameter lubang 1 mm, sebanyak 60
lubang. 4. Pasangkan dop pada salah satu ujung pipa boleh dilem maupun tidak.
c Khlorinator 1. Masukan tabung kaporit ke dalam tabung pasir dan masukan pasir bersih
diantara sela-sela kedua tabung, kemudian pasangkan dop pada ujung satunya. Khlorinator siap digunakan.
2. Pasangkan tali pada khlorinator dengan posisi tergantung tegak, kemudian masukan ke dalam sumur pada kedalaman hampir mencapai dasar sumur
lebih optimal dekat dengan sumber air.
Gambar : Alat filter aktif
Air
Air bersih PVC dia. 4 “
Kayu penyangga
Pasir aktif
Kerikil Dop 4 “
5 5
30 60
25
Plat plastik berlubang
Air cucian Air sumur
50 100
Drum plastik
Kran 1 Kran 2
Kran 3 Kran 4
Kran 5 Kran 6
Bilas PVC dia. 34 “
OPERATIONAL MANUAL Penyaringan :
Buka Kran : 1, 2, 5 Tutup Kran : 4, 6, 3
Pencucian Filter : Buka Kran
: 1, 3, 4 Tutup Kran : 2, 6, 5
Bilas Setelah Pencucian : Buka Kran
: 1, 2, 6 Tutup Kran : 4, 5, 3
Untuk operasi penyaringan kembali, buka 5 dan tutup
6
Gambar Rekayasa Filter Aktif Kontinyu
25
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1.
Sampel air sumur masyarakat sepanjang pinggir sungai Code di musim kemarau menunjukan kualitas Fe dan Mn masih relatif bagus, kekeruhan sedikit di atas
baku mutu sedangkan untuk bakteriologis semuanya di atas baku mutu. 2.
Pasir Merapi dapat digunakan sebagai media filter aktif dengan perlakukan terbaik dicapai pada konsentrasi larutan KMnO
4
5 dengan lama perendaman 24 jam diameter -10+14 mesh dan ketebalan 100 cm.
3. Jumlah lubang terbaik pada chlorin diffuser adalah 40 buah.
4. Paket alat filter aktif dapat digunakan sebagai teknologi tepat guna untuk
memperbaiki kualitas air sumur, khususnya yang kandungan Fe dan Mn nya tinggi.
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan dan diaplikasikan dengan rekomendasi sebagai berikut :
1. Pemanfaatan filter aktif dengan media pasir Merapi akan memberikan hasil
optimum bila digunakan media pasir dengan ketebalan 100 cm, ukuran pasir - 10+14 mesh
1,40 – 2,00 mm dan pasir telah diaktifkan dengan larutan
KMnO
4
5 dan direndam selama 24 jam. 2.
Apabila fungsi desinfeksi diinginkan berjalan optimal, untuk air sumur dengan kandungan Fe. Mn tinggi, chlorin diffuser sebaiknya tidak diletakkan
dalam sumur, tetapi setelah filter aktif.
Daftar Pustaka Anonim, 1991, Environmental Pollution Control Alternative Drinking Water Treatment for
Small Communities, Washington, DC. Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416MENKESPER1990, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2001, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907MENKESSKVII2002,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Berthouex, 1998, Industrial Pollution Prevention Controll
Fair, Geyer, Okun, D.A, 1969, Water and Waste Water Engineering, Third edition, Mc Graw Hill, New York.
Ircham, 1992, Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Sanitasi Pedesaan dan Perkotaan, Dian Nusantara , Yogyakarta.
Khumyahd, 1991, Iron and Manganese Removal in Water Supplies, University Of Wisconsin, Madison
Montgomery, 1985, Water Treatment Principles Design, John Wily Sons. Purdom, PW, 1971, Environmental Health, Academic Press, Inc., New York.
Sanropie, Djasio, Dkk, 1984, “Penyehatan Air Besih“, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta.
Winarno, F.G, 1986, Air Untuk Industri Pangan, PT Gramedia , Jakarta Soemarto, CD, 1995, Hidrologi Teknik, ed. Kedua, Erlangga, Jakarta
Sudaryo
dan
Sutjipto. 2009. “Uji Komposisi Kimia Tanah Abu Vulkanik Gunung Merapi Yogyakarata”. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta.
Http:Id.Wikipedia.OrgWikiAbuvulkanik Sutrisno, T, Suciastuti, E, 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Bina Aksara, Jakarta.
Sutrisno, C Totok, 2004, “ Teknologi Pengolahan Air Bersih “, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
26 Sutrisno, S: 2002, Strategi Manajemen Air Tanah Wilayah Perkotaan, Makalah
dipresentasikan pada diskusi panel pelatihan Manajemen Air Bawah Tanah di Wilayah Perkotaan Berwa wasan Lingkungan, Jurusan Geologi FT UGM,
Yogyakarta, 15-27 September 2002 Tirtomiharjo, H., 2003, Penjelasan Peta Cekungan Air Tanah P Jawa dan P Madura,
Direktorat Tata Lingkungan Geologi Dan Kawasan Pertambangan, Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen ESDM, Jakarta
Tjokrokusumo, 1995, Pengantar Engineering Lingkungan, STTL, YLH, Yogyakarta. Tjokrokusumo, 1998, Pengantar Engineering Lingkungan, STTL, YLH, Yogyakarta.
Vesilind, P.A., 1997, Introduction to Environmental Engineering, PWS Publishing Company, Boston
Yusman, 1981, “Pembuatan Tahu, Buletin Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan”, IPB, Bogor
27
Peningkatan Kualitas Lingkungan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Limbah Air Kelapa dalam Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan
Oleh : Dr. Eli Rohaeti, M.Si
Abstract
This research aimed to study effect adding oleic acid and glycerol toward mechanical properties, functional group, and biodegradability of bioplastics from coconut water. The
procedure of this research included preparation bioplastics from coconut water without and with adding plasticizer i.e. oleic acid and glycerol, biodegradation, and
characterization of bioplastics. The characterization of bioplastics included mechanical properties, functional group, and biodegradability. The study showed that the adding oleic
acid 1.5 vv and glycerol 2 vv in preparation bioplastics from coconut water increased mechanical properties, mass loss, the speed of mass loss, but the functional
group wasn’t different among each other. Adding plasticizer caused microorganism in soil can hydrolize bioplastics to simple molecul. Based biodegradation test, the adding oleic
acid and glycerol increased biodegradability of bioplastics.
Key words: bioplastics, coconut water, plasticizer
A. PENDAHULUAN