32 kehilangan massa =
i f
i
W W
W
x 100 W
i
= massa sampel sesungguhya sebelum diinkubasi. W
f
= massa sampel sesudah dibiodegradasi. Penentuan laju kehilangan massa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
v =
t W
W
f i
v = laju kehilangan massa.
∆t = waktu biodegradasi
Uji Sifat Mekanik
Berdasarkan hasil pengujian dengan alat uji tarik selanjutnya dilakukan perhitungan dengan cara membagi gaya dengan luas penampang sampel sehingga dapat
diketahui kekuatan tarik dari sampel. Perubahan panjang sampel dibagi dengan panjang sampel mula-mula dapat diperoleh nilai perpanjangan dari sampel. Nilai kekuatan tarik
dibagi dengan perpanjangan dapt diperoleh data modulus Young dari sampel bioplastik.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisika Nata de Coco
Tabel 1 menunjukkan sifat fisik nata de coco dengan berbagai komposisi, yaitu nata de coco murni, nata de coco dengan penambahan asam oleat, dan nata de coco dengan
penambahan asam oleat dan variasi gliserol 1, 2 dan 3 masing-masing mengalami pemeraman atau fermentasi selama 5 hari.
Tabel 1. Sifat fisika nata de coco dengan berbagai komposisi
No Sifat fisika
nata de coco Tanpa
penambahan gliserol dan
asam oleat Penambahan
Asam oleat Asam oleat
dan gliserol 1
Asam oleat dan gliserol
2 Asam oleat
dan gliserol 3
1 Bentuk
Lembaran tebal dan
kenyal Lembaran
tebal, kenyal dan licin
Lembaran tebal, kenyal
dan licin Lembaran
tebal, kenyal dan licin
Lembaran tebal, kenyal
dan licin 2
Warna Putih
Putih Putih
Putih Putih
3 Transparan
tidak Transparan
Transparan Transparan
Transparan Transparan
4 Tekstur
Kenyal dan halus
Kenyal, halus dan licin
Kenyal, halus dan licin
Kenyal, halus dan licin
Kenyal, halus dan licin
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara umum nata de coco dengan berbagai komposisi memiliki bentuk fisik hampir mirip, yaitu lembaran tebal, kenyal, licin,
berwarna putih, dan transparan. Komposisi bahan utama dalam pembuatan nata de coco dalam penelitian ini adalah air kelapa sebanyak 500 mL, dengan bantuan bakteri
Acetobacter xylinum dan masa pemeraman atau fermentasi 5 hari didapatkan nata de coco dengan ketebalan 5 mm. Ketebalan tersebut ideal untuk dijadikan bioplastik karena jika
nata yang terbentuk terlalu tebal maka nata sulit dikeringkan.
Karakter Bioplastik dari Nata de Coco dengan Berbagai komposisi
Untuk memperoleh bioplastik dari nata de coco, maka nata tersebut harus dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan dua alat, yaitu pertama menggunakan oven
33 dengan suhu 100
C selama 30 menit dan kedua menggunakan hot plate dengan suhu 100 C selama 1 jam. Untuk sifat fisika bioplastik yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat fisika bioplastik nata de coco dengan berbagai komposisi
No. Sifat fisik
Bioplastik nata de coco
Tanpa penambahan
gliserol dan asam oleat
Penambahan asam oleat
Asam oleat dan gliserol 1
Asam oleat dan gliserol 2
Asam oleat dan gliserol 3
1 Bentuk
Lembaran seperti kertas
yang transparan
Lembaran seperti
kertas yang
transparan dan sedikit licin
Lembaran seperti
kertas yang transparan
dan sedikit licin Lembaran
seperti kertas
yang transparan dan sedikit licin
Lembaran seperti
kertas yang transparan
dan sedikit licin
2 Warna
Putih transparan
Kuning kecoklatan
transparan Kuning
kecoklatan transparan
Kuning kecoklatan
transparan Kuning
kecoklatan transparan
3 Tekstur
Halus Halus dan licin
Halus dan licin Halus dan licin
Halus dan licin 4
Kaku tidak
Tidak kaku Kaku
Sedikit kaku Sedikit kaku
Sedikit kaku Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari kelima bioplastik dengan berbagai
komposisi baik dengan tambahan pemlastis atau tidak, memiliki sifat fisik hampir sama, yaitu berbentuk lembaran seperti kertas yang transparan dan bertekstur halus. Bioplastik
yang terbuat dari nata de coco dengan penambahan bahan pemlastis, baik yang hanya panambahan asam oleat maupun dengan penambahan asam oleat dan variasi gliserol
ternyata memliki warna kuning kecoklatan serta tekstur licin, hal ini dikarenakan adanya penambahan asam oleat dengan wujud seperti minyak yang licin jika terkena kulit dan
berwarna kuning.
Sifat Mekanik Bioplastik
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa peran pemlastis asam oleat dan gliserol sangat jelas, yaitu terbukti pada bioplastik tanpa penambahan asam oleat dan gliserol
mempunyai nilai tensile strength dan strain lebih kecil dibandingkan dengan bioplastik yang menggunakan tambahan pemlastis. Hal ini berarti pemlastis dapat meningkatkan
kualitas bioplastik dalam hal menahan beban dan mengalami perpanjangan.
Tabel 3. Hasil uji sifat mekanik bioplastik dari nata de coco pada berbagai komposisi
No Sampel
Bioplastik Tensile Strength
MPa Strain
1 Bioplastik
dari nata
de coco
tanpa penambahan asam oleat dan gliserol
7,8672 12,0411
2 Bioplastik dari
nata de coco
dengan penambahan asam oleat
7,1117 7,2185
3 Bioplastik dari
nata de coco
dengan penambahan asam oleat dan gliserol 1
10,9965 6,7973
4 Bioplastik dari
nata de coco
dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2
10,2267 13,8441
5 Bioplastik dari
nata de coco
dengan penambahan asam oleat dan gliserol 3
6,0412 11,9724
34 Berdasarkan data tensile strength dan strain tersebut dapat dicari modulus Young.
Modulus Young menunjukkan perbandingan tensile strength terhadap strain. Jika nilai modulus Young suatu bioplastik semakin tinggi, maka bioplastik tersebut semakin bersifat
kaku. Data modulus Young masing-masing sampel bioplastik dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa bioplastik dengan penambahan
asam oleat dan gliserol 1 mempunyai modulus Young paling tinggi, yaitu sebesar 50,4594 MPa. Angka tersebut menunjukkan bahwa bioplastik dengan penambahan asam oleat dan
gliserol 1 mempunyai sifat paling kaku atau keras berarti kurang baik karena jika bioplastik tersebut kaku, maka sulit dibentuk dan bersifat lebih rapuh. Berdasarkan data uji
sifat mekanik, dapat disimpulkan bioplastik optimum adalah bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 ditunjukkan oleh nilai tensile strength dan strain paling besar
dalam penelitian ini.
Tabel 4. Modulus Young bioplastik
No Sampel bioplastik
Modulus Young MPa
1 Bioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleat
dan gliserol 65,3362
2 Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat
98,5205 3
Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 1
161,7775 4
Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2
73,8705 5
Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 3
50,4594
Analisis Gugus Fungsi Bioplastik Sebelum Dibiodegradasi
Analisis gugus fungsi dilakukan pada sampel bioplastik optimum, yaitu bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2. Sebagai pembanding dilakukan pula
analisis gugus fungsi pada bioplastik dari nata de coco murni. Analisis gugus fungsi dilakukan dengan tujuan mengetahui perubahan gugus fungsi sebagai akibat penambahan
bahan pemlastis pada pembuatan bioplastik. Analisis gugus fungsi dilakukan dengan
spektrofotometer FTIR Fourier Transform Infrared. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco murni
dan bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 3. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco sebelum dibiodegradasi
35 Gambar 4. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco dengan penambahan gliserol 2
dan asam oleat sebelum dibiodegradasi Spektrum FTIR bioplastik tersebut selanjutnya diinterpretasikan untuk mengetahui
jenis gugus-gugus fungsi yang ada. Tabel 5 menunjukkan data interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco murni. Tabel 6 menunjukkan hasil interpretasi
gugus fungsi spektrum FTIR bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2.
Tabel 5. Interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR bioplastik nata de coco murni
Bilangan Gelombang cm
-1
Jenis Gugus Fungsi
3402,43 -OH
2900,94 C-H alifatik
1635,64 C=O karbonil
1056,99 β-1,4-glikosidik
601,79 C-C
Berdasarkan analisis FTIR, bioplastik dari nata de coco tanpa panambahan asam oleat dan gliserol dan bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 ternyata
menunjukkan spektrum dengan gugus fungsi hampir sama. Tabel 6. Interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR bioplastik nata de coco dengan
penambahan asam oleat dan gliserol 2
Bilangan Gelombang cm
-1
Jenis Gugus Fungsi
3387 -OH
2931,8 C-H alifatik
1627,92 C=O karbonil
1064,71 β-1,4-glikosidik
478,35 C-C
Uji Kemudahan Biodegradasi Bioplastik
Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama bioplastik akan terurai, yang diharapkan tidak memerlukan waktu lama untuk terbiodegradasi sehingga bioplastik yang
dihasilkan bersifat ramah lingkungan. Tabel 7 menunjukkan keadaan bioplastik dari nata de coco murni dan bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 setelah
mengalami biodegradasi pada selang waktu tertentu.
Dilihat dari bentuk fisik kedua bioplastik tersebut, semakin lama biodegradasi maka semakin banyak bagian bioplastik yang terurai, hal ini terlihat dengan adanya lubang-
36 lubang pada sampel. Adanya lubang tersebut berarti massa bioplastik akan menjadi
berkurang karena hilangnya bagian dari bioplastik. Tabel 7. Keadaan bioplastik pada saat proses biodegradasi
Hari ke-
Keadaan bioplastik dari nata de coco
Tanpa penambahan asam oleat dan gliserol
Dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2
3 Bioplastik menjadi agak lembab, warna
semakin pucat, terdapat beberapa lubang kecil pada pinggir bioplastik
Bioplastik menjadi agak lembab, tebal, warna semakin pucat, terdapat beberapa
lubang kecil pada pinggir bioplastik 6
Lubang menjadi semakin besar dan bertambah
Lubang semakin besar dan bertambah 9
Bioplastik menjadi rapuh dan lubang semakin banyak
Bioplastik menjadi rapuh, lunak dan lubang semakin banyak
10 Lubang-lubang bergabung sehingga
menjadi lubang yang besar Lubang semakin merata pada bioplastik
11 Bioplastik sangat rapuh dan hampir hancur
Bioplastik sangat rapuh dan hampir hancur 12
Bioplastik sudah terbiodegradasi sempurna Bioplastik sudah terbiodegradasi sempurna
Tabel 8 merupakan pengurangan massa bioplastik selama proses biodegradasi berlangsung. Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya waktu
biodegradasi, maka persen pengurangan massa bioplastik semakin besar pula. Bioplastik mengalami biodegradasi hamper sempurna pada hari ke-12, dengan demikian baik
bioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol dan bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 mudah mengalami
biodegradasi.
Tabel 8. Pengurangan massa bioplastik Hari
ke- Pengurangan massa bioplastik
Bioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleat
dan gliserol Bioplastik dari nata de coco
dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2
3 47,18
71,65 6
52,14 79,71
9 58,64
83,92 10
60,58 86,84
11 62,72
88,53 12
64,17 89,19
Data laju pengurangan massa bioplastik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan laju pengurangan bioplastik, semakin lama waktu biodegradasi, maka
semakin kecil laju pengurangan massanya. Hal ini terjadi karena pada saat awal, nutrisi atau kandungan gugus fungsi dalam bioplastik yang menjadi sumber makanan bagi bakteri
pengurai. Dengan bertambahnya hari, nutrisi atau gugus fungsi tersebut mulai berkurang, dan menyebabkan laju pengurangan massa semakin kecil.
37 Tabel 9. Laju pengurangan massa bioplastik
Hari ke-
Laju pengurangan massa bioplastik mghari Bioplastik dari nata de coco
tanpa penambahan asam oleat dan gliserol
Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam
oleat dan gliserol 2 3
16,2 58,9
6 8,95
32,8 9
6,71 23,0
10 6,24
21,4 11
5,87 19,8
12 5,51
18,4 Berdasarkan Tabel 8 dan 9, di antara kedua sampel tersebut, yaitu bioplastik dari
nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol dengan bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 ternyata bioplastik dengan penambahan
asam oleat dan gliserol 2 menunjukkan pengurangan massa dan laju pengurangan massa lebih besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak selulosa yang dihidrolisis oleh enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Berdasarkan uji biodegradasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bioplastik nata de coco baik dengan penambahan pemlastis gliserol dan asam oleat
ataupun
tanpa penambahan
ternyata bisa
menghasilkan bioplastik
yang mudah
terbiodegradasi dalam 12 hari atau waktu sangat singkat. Namun demikian, bioplastik yang dibuat dari air kelapa dengan penambahan bahan pemlastis berupa asam oleat dan gliserol
menunjukkan pengurangan massa dan laju pengurangan massa untuk setiap waktu biodegradasi lebih besar dibandingkan dengan bioplastik tanpa penambahan bahan
pemlastis. Dengan demikian adanya bahan pemlastis dalam pembuatan bioplastik dari air kelapa menghasilkan bioplastik lebih mudah diuraikan oleh alam atau lebih mudah
terbiodegradasi.
Analisis Gugus Fungsi Bioplastik Sesudah Dibiodegradasi
Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol sesudah biodegradasi pada Gambar 5 dan spektrum FTIR bioplastik dari nata de
coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 sesudah biodegradasi dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 5. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco sesudah biodegradasi Bioplastik nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol menunjukkan
pada bilangan gelombang 3433,29 cm
-1
adanya gugus –OH. Bilangan gelombang 2924,09 cm
-1
menunjukkan gugus C-H alifatik. Bilangan gelombang 1635,64 cm
-1
menunjukkan
38 gugus C=O karbonil yang didukung sidik jari pada bilangan 1041,56 menunjukkan gugus
C-O berikatan β-1,4-glikosidik.
Gambar 6. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 sesudah biodegradasi
Berdasarkan spektrum FTIR untuk bioplastik nata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2 memberikan informasi pada bilangan gelombang 3425,58 cm
-1
menunjukkan gugus –OH. Bilangan gelombang 2924,09 cm
-1
menunjukkan gugus C-H alifatik. Bilangan gelombang 1635,64 cm
-1
menunjukkan gugus C=O karbonil yang didukung sidik jari pada bilangan 1041,56 menunjukkan gugus C-O berikatan
β-1,4- glikosidik.
Berdasarkan spektrum FTIR bioplastik sebelum dan sesudah biodegradasi, ternyata menunjukkan jenis vibrasi ikatan yang sama dan kedua memiliki bentuk spektrum
yang sama. Hal ini berarti gugus fungsi yang terdapat pada bioplastik sebelum dibiodegradasi dengan gugus fungsi sesudah dibiodegradasi adalah sama. Dengan demikian
disimpulkan bahwa proses biodegradasi tidak merubah gugus fungsi bioplastik. Hal ini bisa terjadi karena pada proses biodegradasi terjadi hidrolisis atau pemutusan ikatan pada ikatan
β-1,4-glikosidik, sehingga molekul selulosa pada bioplastik terurai kembali menjadi suatu oligosakarida atau disakarida atau monosakarida, oligosakarida dan disakarida tersebut
memiliki jenis gugus fungsi yang sama dengan selulosa penyusun bioplastik.
F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI