76 teruji demikian penting. Dari sensus BPS tahun 2009, menyebutkan secara nasional
usaha mikro kecil dan menengah persen dari total tenaga yang terjun dalam dunia usaha Indonesia. Mencermati hal ini, posisi UMKM usaha mikro kecil sangat strategis
dalam perekonomian rakyat.
5. Kerangka Pikir
Meskipun perkembangan UMKM dan koperasi secara umum telah
menunjukkan hasil yang cukup baik, namun tantangan yang dihadapi cukup berat. Secara umum, UMKM usaha mikro kecil skala usahanya masih sedikit dan tidak
memiliki skala usaha minimum yang efisien. Karena itu, para pelaku ekonomi rakyat dalam hal ini adalah usaha mikro kecil dituntut harus memiliki kinerja yang lebih
efisien dan produktif, sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Pemerintah dan lembaga bantuan terkait dituntut bersikap tegas yakni : tidak menggunakan sistem
proteksi dalam pengembangan usaha mikro kecil, tetapi lebih banyak berperan sebagai penyedia fasilitas serta iklim usaha yang kondusif enabling, pembuat dan penegak
peraturan, dan pemberi bantuan bagi yang lemah protecting. Pemihakan enabling dan perlindungan protecting yang dimaksud dalam pemberdayaan ekonomi rakyat
adalah kepada pelaku usaha mikro kecil. Pendekatan pemberdayaan ekonomi rakyat dalam penelitian ini adalah cenderung menggunakan pendekatan empowering, yakni
ikut menyiapkan dan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat pelaku UMKM usaha mikro kecil.
Dengan demikian, ada dua program untuk memberdayakan ekonomi rakyat dalam hal ini adalah pelaku usaha mikro kecil UKM dengan pendekatan
empowering, yakni dalam bentuk kewirausahaan dan program kemitraan, dan kolaborasi bisnis. Pengembangan kewirausahaan yang dimaksud agar pengusaha kecil
dapat membuat apa saja yang dapat mereka buat untuk menumbuhkan kreatifitas, sehingga jenis produk yang dihasilkan dapat beraneka ragam economies of scope.
Sedang bentuk kemitraan atau kolaborasi bisnis yang dimaksud adalah sebaiknya bergabung, agar menjadi besar. Karena usaha produksi yang lebih besar akan lebih
efisien dan fisibel secara ekonomi.
Bagi pengusaha mikro kecil UKM, pengembangan usaha melalui kegiatan bersama atau berkolaborasi atau kemitraan skala usaha economies of scale dapat
ditingkatkan, dan cakupan usahanya economies of scope juga dapat diperluas, serta dapat pula dikembangkan usaha produksi yang baru. Sejalan dengan hal itu,
bargaining position pelaku usaha mikro kecil UKM dapat ditingkatkan atau diperdayakan, baik terhadap supplier dalam pasar input maupun terhadap mitra
usahanya.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Sumber datanya adalah data primer dan sekunder sebagai data pelengkap. Data primer diperoleh langsung dari sejumlah
keluarga UMKM usaha mikro kecil yang ada di enam kecamatan kota Yogyakarta dengan wawancara dan teknik angket terstruktur. Sedang data sekunder diperoleh dari berbagai
sumber literatur yang telah dipublikasikan oleh instansi–instansi terkait. Setelah semua data terkumpul sebelum diolah dan dianalisis terhadap instrument tersebut diberi kode.
Selanjutnya dilakukan analisis, digunakan model analisis diskriptif eksploratif dan koparatif. Digunakannya model analisis tersebut karena penelitian ini adalah merupakan
kasus pada khalayak sasaran pelaku UMKM usaha mikro kecil di enam kecamatan kota Yogyakarta. Selain itu, juga digunakan model analisis SWOT untuk menjelaskan secara
rinci aspek–aspek yang menjadi kekuatan, kelemahan maupun peluang dan tantangan yang
77 dihadapi oleh pelaku usaha mikro kecil di enam kecamatan Kota Yogyakarta Umbulharjo,
Kotagede, Kraton, Ngampilan, Mantrijeron dan Wirobrajan.
E. HASIL ANALISIS SWOT
Analisis SWOT secara kualitatif membantu memperjelas jawaban dari pokok masalah penelitian yang diajukan. Dari sisi pendekatan konsep empowerment nampak
bahwa, pada dasarnya usaha mikro kecil adalah sebagai penopang ekonomi daerah yang sebagian besar digeluti oleh kalangan menengah ke bawah. Terbukti, bahwa dalam proses
produksi pelaku UKM cenderung memanfaatkan tenaga kerja dari lingkungan keluarga inti yang berakibat relatif murahnya biaya tenaga kerja, hal ini menjadi kekuatan atau modal
dasar dalam menjawab kebutuhan pasar khususnya peluang pasar lokal yang relatif sangat besar.
Keberadaan UKM ini secara keterkaitan juga memiliki keterkaitan ke belakang, yaitu dalam menjalankan usahanya pelaku UKM cenderung memanfaatkan potensi sumber
daya ekonomi lokal atau bahan baku lokal; sedang keterkaitan ke depan mampu memberi peluang kerja kepada anggota keluarga sehingga kedua potensi ini dapat sebagai modal
untuk lebih cepat diberdayakannya pelaku UKM di lingkungan sampel.
Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembeli potensial yang sangat besar dan pembeli cenderung dapat mempengaruhi harga jual produk. Namun model
pemasaran produk UKM ini umumnya masih dikelola secara tradisional hanya memanfaatkan tempat tinggal yang sederhana dan bersifat lokal.
Ilmu ekonomi mengajarkan, untuk menjadi efisien dan mampu bersaing suatu usaha perlu mempunyai
skala produksi minimum tertentu efficiency economies of scale. Dengan demikian, para pelaku UKM perlu diberi pengertian dan bimbingan,
bahwa produksi yang lebih itu lebih efisien, mereka perlu bergabung berkolaborasi agar menjadi besar. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah penggabungan usaha aliansi
sejenis atau membentuk sentra–sentra usaha atau kolaborasi, maka cara ini yang akan dapat membantu memberdayakan ekonomi rakyat untuk berkembang secara mandiri.
Dalam kondisi ini pengembangan usaha melalui kolaborasi bisnis dengan menciptakan kegiatan usaha bersama yang kreatif collective busniess creative merupakan alternatif
utama. Karena itu, melalui kegiatan bersama ini dapat ditingkatkannya cakupan usaha yang lebih besar lagi economies of scope dapat dicapai, yang pada akhirnya skala usaha yang
ekonomis economies of scale dapat terpenuhi.
F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI