TUJUAN DAN MANFAAT 1. TINJAUAN PUSTAKA 1.

72

B. TUJUAN DAN MANFAAT 1.

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk: 1. Menjelaskan langkah–langkah strategi dasar yang dapat dioperasionalkan dengan mudah dan aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha. 2. Menjelaskan cara mengkolaborasikan bisnis usaha menjadi usaha yang lebih menguntungkan, sehingga ke depan dapat lebih memperkuat potensi diri empowering dan daya saing bisnisnya secara mandiri dan berkesinambungan, sekaligus sebagai satu model pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya UMKM usaha mikro kecil di Kota Yogyakarta.

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat menjelaskan tentang pemberdayaan ekonomi rakyat melalui strategi kolaborasi bisnis yang menguntungkan. Artinya, secara umum penelitian ini diharapkan lebih banyak memberi konsekuensi praktis berdasarkan ilmu pengetahuan fundamental praktis yang rasional. Dengan kata lain, terdapat keterkaitan link and match antara universitas dengan kegiatan praktis. Karena sekarang universitas sangat diperlukan bagi kegiatan praktis. Maka manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu bahan informasi dan konsep dasar praktis dalam pemberdayaan UMKM usaha mikro kecil. 2. Sebagai salah satu alternatif keterkaitan dan kesepadanan link and match antara akademik dan dunia usaha industri khususnya UMKM usaha mikro kecil. 3. Sebagai bahan informasi praktis pemerintah dan lembaga lainnya dalam upaya memberdayakan ekonomi rakyat UMKM usaha mikro kecil. 4. Sebagai salah satu alternatif model usaha yang praktis bagi para pelaku UMKM usaha mikro kecil dalam upaya meningkatkan keuntungan yang lebih baik dan berkesinambungan.

C. TINJAUAN PUSTAKA 1.

Pengertian UMKM Pengertian UMKM cukup beragam berdasarkan beberapa definisi yang berbeda–beda. Pendefinisian antara lain dilakukan oleh Badan Pusat Statistik yang mengelompokkan usaha ke dalam usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawannya. Sedang dalam penelitian ini memahami UMKM usaha mikro kecil menggunakan acuan terbaru tentang UMKM yang didasarkan pada definisi yang ada dalam Undang–Undang No 20 Tahun 2008 tentang UMKM, yang pengelompokkannya berdasarkan aset dan omsetnya. Dimana pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-tiga ratus juta rupiah. Sedangkan Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang– Undang No 20 Tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,-lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,-lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat tinggal; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,-tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak 73 Rp 2.500.000.000,-dua milyar lima ratus juta rupiah. Di samping acuan pemahaman usaha mikro kecil seperti tersebut di atas, UMKM di Indonesia memiliki karakteristik yang hampir seragam, ada empat karakteristik yang dimiliki oleh kebanyakan UMKM di Indonesia Kuncoro, 2007 yaitu: a. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasional. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. b. Rendahnya akses terhadap lembaga–lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber–sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang, perantara, bahkan rentenir. c. Sebagian besar usaha ini belum memiliki status badan hukum. d. Hampir sepertiga UMKM bergerak pada kelompok usaha makanan, minuman, dan tembakau, barang galian bukan logam, tekstil, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput, dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga.

2. Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut Meriem Webster dan Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian, yaitu: 1 to give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; 2 to give ability atau anable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keperdayaan. Menurut Karl Marx dalam Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2009, pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untuk memperoleh surplus value dilakukan melalui distribusi penguasaan faktor–faktor produksi. Dan perjuangan untuk mendistribusikan penguasaan faktor produksi harus dilakukan melalui perjuangan politik. Menurut Friedman, pemberdayaan harus dimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yang mencakup aspek sosial, politik dan psikologi. Yang dimaksud pemberdayaan sosial adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses informasi, akses pengetahuan dan ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan akses ke sumber–sumber keuangan. Yang dimaksud pemberdayaan politik adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan publik yang mempengaruhi masa depannya. Sedang pemberdayaan psikologis adalah usaha bagaimana membangun kepercayaan diri rumah tangga yang lemah. Pandangan mengenai pengertian pemberdayaan pada prinsipnya adalah penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh faktor–faktor produksi, dan penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya. Dari pandangan mengenai konsep pemberdayaan tersebut, maka pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor–faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan upahgaji yang memadai dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakat sendiri maupun dari aspek kebijakan pemerintah Hutomo, 2000. Karena persoalan strategis perekonomian masyarakat bersifat lokal spesifik dan problem spesifik, maka operasional pemberdayaan masyarakat tidak dapat 74 diformulasikan secara generik. Perlu pemahaman secara jernih terhadap karakteristik permasalahan ketidakberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Dengan pemahaman yang jernih, akan lebih produktif dalam memformulasikan konsep atau pendekatan yang sesuai dengan karakteristik permasalahan lokal. Namun, penanganan masalah lokal tidak seluruhnya dapat dilakukan melalui pendekatan ekonomi semata, karena banyak dimensi–dimensi politik, sosial,budaya yang harus ditangani. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa pemberdayaan politik dan kebijakan politik. Dimensi yang harus ditangani dalam pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi bersifat multi dimensi. Dari tulisan Sumodiningrat 1999, konsep pemberdayaan ekonomi secara ringkas dapat dikemukakan sbb: 1. Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda perekonomian mereka sendiri. Pengertian rakyat adalah semua warga negara. 2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktur. 3. Perubahan struktur yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian. Langkah–langkah proses perubahan struktur, meliputi:1 pengalokasian sumber pemberdayaan sumberdaya; 2 penguatan kelembagaan; 3 penguasaan teknologi; 4 pemberdayaan sumberdaya manusia. 4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktivitas, memberikan suntikan modal sebagai stimulan, tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum berkembang. 5. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah:1 pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi khususnya modal; 2 memperkuat posisi sekedar price taker; 3 pelayanan pendidikan dan kesehatan; 4 penguatan industri kecil, 5 mendorong munculnya wirausaha baru; dan 6 pemerataan spasial. 6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: 1 peningkatan akses bantuan modal usaha; 2 peningkatan akses pengembangan SDM; dan 3 peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal.

3. Perkembangan UKM dan Masalahnya

Permasalahan mendasar dalam bidang manajemen bagi pengusaha kecil pada berbagai sektor usaha secara umum adalah kekurangmampuan pelaku usaha menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha Maisaroh dalam penelitian, 2007. Hal ini penting, karena setiap periode tahap perkembangan usaha akan menuntut tingkat pengelolaan produksi yang berbeda. Pada tahap awal perkembangan produksi dan skala usaha produksi yang masih relatif kecil, gaya manajemen keluarga yang sederhana masih mendominasi, sehingga mengarah kepemuasan pengelolaan hanya pada seseorang one man show sebagai kepala keluarga masih relevan. Tetapi sejalan dengan perkembangan dan lingkungan usaha, maka gaya manajemen konvensional tidak dapat dipaksakan lagi begitu saja, karena pemaksaan suatu hal dapat menjadi pangkal munculnya berbagai masalah baru. 75 Dengan demikian, pengusaha mikro kecil dituntut harus selalu dinamis dalam menerapkan manajemen yang sesuai dengan perkembangan usaha. Maisaroh dalam Prasetyo,2002, mengatakan tuntutan menggunakan manajemen konvensional baru dapat dilakukan jika pelaku usaha mikro kecil memiliki kemampuan dan ketrampilan manajement skill yang memadai. Pada dasarnya UMKM usaha mikro kecil mempunyai banyak fungsi; misalnya fungsi sosial dapat mengurangi kemiskinan juga dapat memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan pendapatan. Fungsi ekonomi, mampu memanfaatkan sumber daya alam dan meningkatkan pendapatan daerah atau Negara serta menghemat devisa. Fungsi budaya, dapat meningkatkan ketrampilan serta mencerdaskan masyarakat dalam melestarikan budaya bangsa. Fungsi ketahanan nasional, dapat meningkatkan keuletan dan ketangguhan, memupuk kepribadian dan kemampuan serta menumbuhkan kepercayaan diri sendiri dan kepribadian. Dalam kenyataannya, usaha mikro kecil selain mempunyai banyak fungsi dan manfaat, keberadaan UKM juga mengandung berbagai masalah mendasar yang perlu segera dikaji dan diatasi. Selain masalah di bidang manajemen, pelaku usaha mikro kecil juga menghadapi masalah pemasaran, SDM, masalah permodalan, masalah kemitraan serta masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya Arogana, 2002.

4. Dimensi Kinerja Pasar UKM

Berbagai dimensi kinerja pasar market performant adalah : laba usaha, kesempatan kerja, pertumbuhan, penciptaan nilai tambah, efisiensi, produktivitas dan pemerataan hasil serta pemerataan pertumbuhan industri. Kinerja pasar yang baik terutama mencakup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan. Tujuan kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek. Menurut para pakar ekonomi, biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok, yaitu : efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi Jaya, 2001. 1. Efisiensi dalam mengalokasikan sumber daya. a. Efisiensi internal, yaitu: perusahaan yang dikelola dengan baik, mendeskripsikan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan UMKM usaha mikro kecil. b. Alokasi yang efisien, yaitu: sumber daya ekonomi dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikan nilai dari output. Di semua perusahaan, harga ditentukan sama dengan biaya marginal dan biaya rata–rata jangka panjang P=LRMC=LRAC. 2. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi dan penggunaannya dalam praktik adalah secepat mungkin. 3. Keseimbangan dalam distribusi atau keadilan equity Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan distribusi. Keadilan terhadap distribusi yang wajar yang berkaitan dengan standar masyarakat ada tiga dimensi pokok, yakni : kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. 4. Dimensi lainnya Yang termasuk dalam pengertian dimensi lainnya ini antara lain adalah kebebasan individu dalam memilih keamanan dari bahaya yang mengancam, dukungan faktor politik sosial budaya dan lingkungan setempat, dan keanekaragaman model, warna, corak budaya. Sementara itu, Bygrave 1996 seperti yang dikutip oleh Suwandi 1999, mengungkapkan bahwa, untuk mengukur kinerja usaha dari bisnis kecil sebaiknya menyertakan peranan usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja. Dalam sistem ekonomi perekonomian Indonesia, peranan usaha kecil dalam penyerapan kerja telah 76 teruji demikian penting. Dari sensus BPS tahun 2009, menyebutkan secara nasional usaha mikro kecil dan menengah persen dari total tenaga yang terjun dalam dunia usaha Indonesia. Mencermati hal ini, posisi UMKM usaha mikro kecil sangat strategis dalam perekonomian rakyat.

5. Kerangka Pikir

Meskipun perkembangan UMKM dan koperasi secara umum telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun tantangan yang dihadapi cukup berat. Secara umum, UMKM usaha mikro kecil skala usahanya masih sedikit dan tidak memiliki skala usaha minimum yang efisien. Karena itu, para pelaku ekonomi rakyat dalam hal ini adalah usaha mikro kecil dituntut harus memiliki kinerja yang lebih efisien dan produktif, sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Pemerintah dan lembaga bantuan terkait dituntut bersikap tegas yakni : tidak menggunakan sistem proteksi dalam pengembangan usaha mikro kecil, tetapi lebih banyak berperan sebagai penyedia fasilitas serta iklim usaha yang kondusif enabling, pembuat dan penegak peraturan, dan pemberi bantuan bagi yang lemah protecting. Pemihakan enabling dan perlindungan protecting yang dimaksud dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah kepada pelaku usaha mikro kecil. Pendekatan pemberdayaan ekonomi rakyat dalam penelitian ini adalah cenderung menggunakan pendekatan empowering, yakni ikut menyiapkan dan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat pelaku UMKM usaha mikro kecil. Dengan demikian, ada dua program untuk memberdayakan ekonomi rakyat dalam hal ini adalah pelaku usaha mikro kecil UKM dengan pendekatan empowering, yakni dalam bentuk kewirausahaan dan program kemitraan, dan kolaborasi bisnis. Pengembangan kewirausahaan yang dimaksud agar pengusaha kecil dapat membuat apa saja yang dapat mereka buat untuk menumbuhkan kreatifitas, sehingga jenis produk yang dihasilkan dapat beraneka ragam economies of scope. Sedang bentuk kemitraan atau kolaborasi bisnis yang dimaksud adalah sebaiknya bergabung, agar menjadi besar. Karena usaha produksi yang lebih besar akan lebih efisien dan fisibel secara ekonomi. Bagi pengusaha mikro kecil UKM, pengembangan usaha melalui kegiatan bersama atau berkolaborasi atau kemitraan skala usaha economies of scale dapat ditingkatkan, dan cakupan usahanya economies of scope juga dapat diperluas, serta dapat pula dikembangkan usaha produksi yang baru. Sejalan dengan hal itu, bargaining position pelaku usaha mikro kecil UKM dapat ditingkatkan atau diperdayakan, baik terhadap supplier dalam pasar input maupun terhadap mitra usahanya.

D. METODOLOGI PENELITIAN