STRATEGI PEMBERDAYAAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN DAN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT YOGYAKARTA BERBASIS KEBIJAKAN PREVENTIF DAN PROMOTIF
ALAT DETEKSI DINI BAHAYA BANJIR DENGAN PENYAMPAIAN INFORMASI TINGGI MUKA AIR MENGGUNAKAN DATA LOGGER BERBASIS GSM GATEWAY
Muhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri
PEMANFAATAN PASIR MERAPI PASCA ERUPSI SEBAGAI MEDIA PENGOLAH AIR YANG MENGANDUNG BESI DAN MANGAN TINGGI
Retno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGAN
Dr. Eli Rohaeti, M.Si
STRATEGI PEMBERDAYAAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN DAN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT YOGYAKARTA BERBASIS KEBIJAKAN PREVENTIF DAN PROMOTIF
Awang Darumurti, SIP, M.Si, dr. Budi Santosa, S.Psi
PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP) BERBASIS NEW TAXONOMY OF SCIENCE EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Ary Kusmawati, S. Si, Hj. Sri Utari, M.Pd.Si, Alfi Suciati, S.Pd
ANALISIS MUTU LAYANAN PUSKESMAS BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGAN PASIEN DAN KINERJA JASA PELAYANAN (STUDI KASUS DI PUSKESMAS MERGANGSAN DAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA)
dr. Betty Ekawaty, SpKK, drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes, Adi Nugroho, ST STRATEGI PENGEMBANGAN KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DI KOTA YOGYAKARTA
Dra. Sri Utami, M.Si
REBRANDING YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA WISATA BUDAYA
Arif Wibawa, M.Si dan M. Edy Susilo, M.Si
APLIKASI WEBSITE PEMASARAN DENGAN TEKNIK SEO (SEARCH ENGINE OPTIMAZION) UNTUK MEMPROMOSIKAN PRODUK-PRODUK UMKM
Fatsyahrina Fitriastuti, S.Si, MT
MENGEMBANGKAN PERANAN KOMUNITAS "BECAK" SEBAGAI
PENGUATAN TERHADAP SIMBOL YOGYAKARTA KOTA BUDAYA
Dra. MC. Candra Rusmala D, M.SiMENYIKAP WAJAH PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN ADMINISTRASI DASAR PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
Dwi Priyono,SH, Waryono,S.IP,S.Kep,M.Kes, Sri Arini Winarti, SKM.M.Kep
U R N A L
P E N E L I T I A N
(2)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2 TIM REDAKSI ... 3 SALAM REDAKSI ... 4 ALAT DETEKSI DINI BAHAYA BANJIR DENGAN PENYAMPAIAN INFORMASI TINGGI MUKA AIR MENGGUNAKAN DATA LOGGER BERBASIS GSM GATEWAYMuhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri... 5 PEMANFAATAN PASIR MERAPI PASCA ERUPSI SEBAGAI MEDIA PENGOLAH AIR YANG MENGANDUNG BESI DAN MANGAN TINGGI
Retno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT... 17 PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGAN
Dr. Eli Rohaeti, M.Si... 27 STRATEGI PEMBERDAYAAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN DAN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT YOGYAKARTA BERBASIS KEBIJAKAN PREVENTIF DAN PROMOTIF
Awang Darumurti, SIP, M.Si, dr. Budi Santosa, S.Psi... 40 PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP) BERBASIS NEW TAXONOMY OF SCIENCE EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Ary Kusmawati, S. Si, Hj. Sri Utari, M.Pd.Si, Alfi Suciati, S.Pd... 50 ANALISIS MUTU LAYANAN PUSKESMAS BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGAN PASIEN DAN KINERJA JASA PELAYANAN (STUDI KASUS DI PUSKESMAS MERGANGSAN DAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA)
dr. Betty Ekawaty, SpKK, drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes, Adi Nugroho, ST ... 58 STRATEGI PENGEMBANGAN KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DI KOTA YOGYAKARTA
Dra. Sri Utami, M.Si... 70 REBRANDINGYOGYAKARTA SEBAGAI KOTA WISATA BUDAYA
Arif Wibawa, M.Si dan M. Edy Susilo, M.Si ... 80 APLIKASI WEBSITE PEMASARAN DENGAN TEKNIK SEO (SEARCH ENGINE OPTIMAZION) UNTUK MEMPROMOSIKAN PRODUK-PRODUK UMKM
Fatsyahrina Fitriastuti, S.Si, MT ... 88 MENGEMBANGKAN PERANAN KOMUNITAS "BECAK" SEBAGAI PENGUATAN TERHADAP SIMBOL YOGYAKARTA KOTA BUDAYA
Dra. MC. Candra Rusmala D, M.Si ... 98 MENYIKAP WAJAH PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN ADMINISTRASI DASAR PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
(3)
TIM REDAKSI
Penanggung Jawab
: Ir. Edy Muhammad
Ketua
: Ir. Suparwoko, MURP, Ph.D
Drs. Hajar Pamadhi, MA (Hons)
Pemimpin Redaksi
: Dra. Pratiwi Yuliani
Sekretaris
: Sugito Raharjo, SH, M.Hum
Redaktur Pelaksana
: Risdiyanto, ST,MT
Drs. Rochmad, M.Pd
Drs. Zenni
Layout dan Desain Grafis
: Affrio Sunarno, S.Sos
Itmam Fadhlan, S.Si
Purwanta
Illustrator
: Budhi Santoso, ST
Dwi Sulistiyowati, S.Si
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
KANTOR BAPPEDA
Kompleks Balaikota Timoho
Jl. Kenari No. 56 Yogyakarta 55156
Tlp. (0274) 515 207
Fax. (0274) 55 44 32
Email: [email protected]
Website: www.jogjakota.go.id
(4)
SALAM REDAKSI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tema penelitian yang diusung dalam Jurnal kali ini adalah “Peningkatan
Peran Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis
Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan”. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan tambahan wawasan baik bagi
pemerintah maupun masyarakat yang tertarik akan hasil penelitian ini.
Jurnal penelitian ini merupakan sarana pemberian informasi dan
komunikasi yang dibentuk oleh Bappeda Kota Yogyakarta dalam wadah jaringan
penelitian di Kota Yogyakarta.
Dengan terbitnya jurnal penelitian ini diharapkan para pembaca dapat
ikut serta dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang akan diselenggarakan setiap
tahunnya oleh jaringan penelitian Kota Yogyakarta, akhirnya semoga hasil
penelitian ini dapat lebih bermanfaat bagi kita semua.
Wassalammu’alaikum Wr Wb
(5)
Alat Deteksi Dini Bahaya Banjir Dengan Penyampaian Informasi Tinggi Muka Air Menggunakan Data Logger Berbasis GSM Gateway
(Oleh : Muhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri) Abstract
Changes in water level at a watershed is one of the flooding. Stored measurement data will be used as decision-making to the accumulation of water level changes that occur so that the threat of natural disasters of floods and flash floods can be known at an early stage.
The purpose of this study is to design a water level telemetry tool with a rotary encoder type sensor technology and type of resistance wire wound as a digitally-based microcontroller, so that measurement data are stored digitally, and the delivery of measurement data can be via the GSM network.
Based on the research instrument calibration with a conventional measuring instrument measuring ruler obtained average error 0.3 cm, and calculations if propped with a level of accuracy of 1 cm, 5 cm, 10 cm, then the error values obtained 30%, 6%, 3%, so it can concluded that the sistem of tools and sensors showed a good performance sistem. Key words : Telemetry, Water Level, Wire Wound Sensor, GSM Network
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk pada wilayah tropis dengan tingkat curah hujan yang relatif tinggi dibanding dengan negara–negara di luar wilayah tropis. Dengan semakin tingginya curah hujan di suatu kawasan tertentu akan berdampak baik dan bisa juga berdampak buruk. Dampak baiknya sudah jelas adalah tingkat kesuburan tanah yang tinggi sehingga menjadikan tingkat komoditas pangan pada wilayah tersebut. Akan tetapi dampak buruknya harus diperhatikan karena menyangkut keselamatan banyak orang, terutama di daerah dengan tingkat curah hujan yang tinggi, akan tetapi tidak imbang dengan tingginya nilai penyerapan air oleh tanah yang disebabkan oleh buruknya sistem drainase pada kawasan tertentu, maka akumulasi air limpahan akan terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) setempat. Jika akumulasi yang terjadi mempunyai debit yang dapat ditampung oleh DAS maka ancaman luapan air berupa banjir tidak terjadi, tetapi jika debit akumulasinya berlebihan menimbulkan bahaya banjir.
Dengan memasang titik-titik pantau perubahan permukaan tinggi muka air di sepanjang DAS, maka akan bisa dipantau kenaikan muka air DAS secara tepat dan cepat. Diharapkan dengan titik–titik stasiun pantau tersebut, kenaikan muka air DAS bisa dipantau dan dicatat pada selang waktu tertentu. Data–data yang tersimpan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan prediksi kejadian masa mendatang berdasarkan bentuk kenaikan tinggi muka air. Selain itu dengan stasiun pantau muka air DAS bisa secara cepat dipantau nilai tinggi muka airnya (TMA) sehingga saat terjadi akumulasi air pada daerah aliran sungai tersebut maka bisa disimpulkan secara cepat pula berkaitan dengan proses evakuasi masyarakat yang tinggal di sepanjang DAS yang termasuk pada area bahaya rawan bencana banjir.
Untuk mewujudkan ide pembuatan stasiun pantau tentunya harus memahami teknik pengukuran dan perancangan alat stasiun pantau itu sendiri, sehingga bisa digunakan masyarakat sebagai wujud penerapan teknologi dalam menjamin keamanan, kesejahteraan hidup, serta keselamatan yang berkelanjutan.
(6)
Permasalahan utama pada penelitian ini adalah bagaimana mengubah suatu gerak mekanik ke dalam sistem digital dan mentransfernya menjadi suatu database yang digunakan untuk mengetahui perubahan tinggi muka air pada suatu daerah aliran sungai yang rawan banjir serta bagaimana rancangan sistem pemantauan pengukuran jarak jauh (telemetri) yang terbaik terhadap parameter gejala banjir yaitu besarnya tinggi muka air yang mampu menjamin kompatibilitas dan interoperabilitas.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat sistem telemetri tinggi muka air berbasis GSM pada daerah rawan banjir secara digital yang dapat dijadikan petunjuk perubahan tinggi muka air pada suatu DAS yang terjadi setiap waktu. Data tinggi muka air yang dihasilkan secara otomatis dari alat pengukur ini dapat disimpan dan ditampilkan melalui layar tampilan untuk diolah secara lebih lanjut sebagai bahan perencanaan dan pertimbangan untuk dilakukan konservasi lebih lanjut.
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bagi masyarakat awam yang tidak mengenal sama sekali tentang teknologi pengukuran nilai perubahan tinggi muka air, akan sangat membutuhkan sebuah sistem berbasis teknologi tepat guna hasil perancangan terkait yang mampu mewujudkan keinginan masyarakat dalam rangka menjamin ketenteraman dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan teknologi tepat guna untuk sistem peringatan dini dalam kelompok ini sebatas dimanfaatkan dan didayagunakan seperti tujuan semula, yaitu sebagai alat peringatan dini terhadap bencana, tidak lebih dari itu. Bagi pelajar dan peneliti dapat memperbaiki kinerja dan mengurangi kelemahan dari sistem yang sudah ada dan menjadi titik awal terbukanya gerbang pemikiran yang luas dengan dilakukan inovasi terus menerus dan up to date terhadap situasi dan kondisi zaman yang ada. Sedangkan untuk pemerintah, pemerhati teknologi, untuk mewujudkannya menjadi realita melibatkan kelompok-kelompok yang harus sinergis. Peran pemerintah sangatlah diperlukan dalam rangka menjembatani antara kebutuhan teknologi tepat guna oleh masyarakat awam dan kemampuan serta keahlian dari kelompok cendekia dalam menciptakan teknologi.
C. Tinjauan Pustaka
Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung dari gunung yang menampung air hujan dan menyimpan kemudian disalurkan ke laut melalui sungai utama. DAS, yaitu suatu sistem dalam bidang hidrologi, sehingga terdapat sistem masukan serta sistem keluaran. Salah satu keluaran dari sistem DAS adalah debit aliran sungai. Debit aliran sungai merupakan integrator dari suatu DAS, hal ini mengartikan bahwa debit aliran sungai adalah penyimpan informasi tentang ciri dan kondisi DAS tersebut. (Asdak, 2002)
Terdapat bermacam-macam teknik pengukuran tinggi muka air berdasarkan media penginderaan, akan tetapi yang perlu diperhatikan, yaitu pembacaan nilai oleh sensor yang dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya.
Pada program penelitian ini akan dipakai teknik pengukuran tinggi muka air dengan teknik menyentuh air dengan model pelampung. Pada teknik ini sensor tidak berinteraksi secara langsung dengan permukaan yang akan diukur tingginya, akan tetapi dengan media perantara lain, yaitu berupa pelampung yang mengapung pada permukaan air yang akan diukur dan dihubungkan sebuah pemberat melalui tali baja lentur. Sensor yang digunakan pada model ini bisa menggunakan jenisrotary encodermaupun jenis resistansi sepertiwire woundseperti yang dikembangkan pada program penelitian ini. Pelampung berfungsi untuk memantau setiap variasi tinggi muka air dan pemberat digunakan untuk mempertahankan tegangan tali agar setiap variasi permukaan air bisa dipantau oleh sensor. Setiap perubahan penurunan dan kenaikan permukaan air akan diikuti oleh perubahan sudut putar dari sensor
(7)
dengan kalkulasi sederhana berdasarkan nilai datum DAS setempat dapat diketahui tinggi muka air DAS tersebut.
Model pengukuran seperti ini banyak diterapkan karena bisa memantau variasi tinggi muka air secara terperinci dan juga sensor terhindar dari adanya rendaman sedimentasi lumpur, tetapi kelemahannya, yaitu operasional pemasangan yang relatif lebih sulit dari metode yang lain, karena selain harus dilakukan kalibrasi juga perlu diperhatikan faktor dari gesekan (friction) antara lingkaran sensor (pulley) dengan tali peregang akibat frekuensi perubahan tinggi muka air yang cepat.
Gambar 1. Model Pengukuran Teknik Pelampung
Sebelum menerapkan sistem peringatan dini dari suatu kawasan rawan bahaya bencana, salah satu tahapan adalah melakukan tindakan pemantauan area rawan bencana dalam rangka menentukan langkah–langkah mitigasi bencana alam itu sendiri. Kegiatan survei dilakukan untuk mengidentifikasi pola-pola perubahan tinggi muka air di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Sistem peringatan dini merupakan sebuah upaya untuk melakukan tindakan pencegahan (preventive) terhadap jatuhnya korban manusia (yang paling utama) atau harta benda dari bencana alam yang mungkin saja terjadi. Alam akan selalu menunjukkan gejala-gejala yang bisa dikenali baik dengan indera manusia maupun dengan indera alat rekayasa teknologi. Dengan penerapan sistem peringatan dini diharapkan agar sebelum bencana terjadi, nyawa manusia maupun harta benda bisa dievakuasi pada lokasi yang aman (Hadisantono RD, 1994).
Terdapat kajian-kajian terkait yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan hasil hipotesis yang berbeda-beda. Pada dasarnya adanya diversifikasi penelitian dalam satu kaitan masalah merupakan sebuah mata rantai yang bisa menentukan kesempurnaan hasil sehingga terdapat wujud berupa sistem yang nyata dan bisa langsung diterapkan pada masyarakat.
Sri Harto, (2000)
Hidrograf bisa digambarkan sebagai penyajian grafis antara salah satu unsur aliran terhadap satuan waktu. Hidrograf akan menunjukkan suatu tanggapan secara menyeluruh dari DAS terhadap suatu masukan yang tertentu. Sesuai dengan sifat serta perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran akan selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu adanya masukan. Bentuk hidrograf pada umumnya sangat dipengaruhi oleh sifat hujan yang terjadi, akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh sifat DAS yang lain.
Hari Siswoyo, (2003)
DAS adalah suatu sistem hidrologi, sehingga terdapat sistem masukan serta sistem keluaran. Salah satu keluaran dari sistem DAS, yaitu debit aliran sungai. Debit aliran
(8)
sungai adalah integrator dari suatu DAS. Hal ini mempunyai arti bahwa debit aliran sungai merupakan penyimpan informasi tentang ciri dan kondisi DAS tersebut. Debit aliran sungai ini dapat dijadikan petunjuk mampu tidaknya suatu sistem DAS dapat berperan dalam mengatur proses, khusus dari segi sistem hidrologi. Selain itu, dari sistem keluaran DAS tersebut dapat dievaluasi kondisi DAS yang bersangkutan. Dengan demikian masukan ke dalam suatu DAS dapat dioptimalkan menjadi suatu keluaran yang baik dengan mengatur kondisi biofisik yang ada pada DAS tersebut. Adanya suatu perubahan penggunaan lahan pada DAS akan mengakibatkan terjadinya perubahan efektifitas perlakuan dari DAS. Informasi debit aliran sungai akan memberikan hasil yang lebih bermanfaat apabila disajikan dalam bentuk hidrograf. Namun demikian tidak semua DAS mempunyai data pengukuran debit air, hanya sungai–sungai yang memiliki DAS yang telah dikembangkan akan mempunyai data pengukuran debit yang cukup relevan. Melalui model suatu hidrograf satuan sintetis, optimasi penggunaan lahan pada suatu DAS akan dapat dilakukan dengan merubah pola hidrografnya. Adapun tujuan penelitian yang telah dilakukan oleh Hari Siswoyo adalah memberikan wacana tentang model hidrograf satuan sintetis selain untuk keperluan prediksi debit banjir atau aliran di sungai dapat juga sebagai dasar perencanaan bangunan air, dan memberikan wacana gambaran awal terhadap penggunaan suatu metode alternatif penggunaan lahan sebagai bagian kegiatan pengelolaan DAS.
M. Luthful hakim, O. Haridjaja, Sudarsono, dan G. Irianto (2008)
Penelitian mengenai pengaruh tekstur tanah terhadap suatu karakteristik unit hidrograf dan model pendugaan banjir pada daerah aliran sungai (DAS) di daerah Kalimantan Timur dilakukan karena intensitas dan luasan daerah banjir semakin meningkat. Hasil dari analisis menunjukkan tekstur tanah berpengaruh terhadap debit puncak dan waktu saat menuju debit puncak, dimana tanah bertekstur lempung akan memiliki debit puncak yang lebih tinggi bila dibandingkan pada tanah bertekstur pasir dan liat, sedangkan untuk waktu menuju debit puncak dimana tanah bertekstur liat memiliki waktu menuju debit puncak yang lebih cepat dibandingkan dengan tanah bertekstur lempung dan bertekstur pasir. Pendugaan banjir (debit puncak dan waktu saat menuju debit puncak) berdasarkan karakteristik lahan serta geomorfologi DAS dapat mensimulasi debit puncak dan waktu menuju debit puncak dengan hasil tidak berbeda dengan pengukuran.
Catu Daya, unit ini berfungsi memberi asupan arus dan tegangan ke semua unit elektronis sistem, sehingga jika terjadi kegagalan pada unit ini maka semua komponen elektronis sistem akan terganggu. Untuk alat yang akan digunakan dalam penelitian ini diperlukan asupan arus yang nilainya tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 100 mA namun perlu diperhatikan adalah adanya kestabilan tegangan catu daya sebesar 5 volt dengan toleransi ± 10%, untuk mendapatkan tegangan yang stabil pada kisaran tersebut digunakan sebuah IC regulator dengan tipe 7805. Seperti yang terlihat pada Gambar 2, terdapat IC penstabil tegangan, yaitu IC LM7805 yang menyetabilkan tegangan keluaran tepat sebesar 5 volt dengan toleransi ± 10%. Adapun IC LM7805 membutuhkan tegangan masukan yang lebih besar daripada tegangan keluaran stabilnya, yaitu nilainya lebih dari 5 volt. Penggunaan kapasitor adalah sebagai penapis frekwensi rendah yang dapat menghindarkan terhadap adanya cacat arus yang masih terjadi dikarenakan hasil penyearahan oleh diode bridge yang masih belum halus, sehingga masih membutuhkan beberapa tingkat penyaringan hingga diperoleh bentuk yang ideal sebagai arus searah (DC) stabil.
(9)
Gambar 2. Sistem Penc
Gambar 3. Bentuk Fisik Poten Sensor Tinggi Muka Air, sensor yang potensiometerwire woundyang dianggap seb Nilai tegangan masukan yang tetap diumpanka 5 volt. Potensiometer wire wound memiliki tergantung dari sudut putar yang diberikan dengan tingkat variasi tinggi muka air yang ter
Pengendali Utama, pada penelitian ini untuk pengendali utama sistem. Mikrokontr perangkat lain. Pada operasionalnya diperluk yaitu saklarpush onsebagai tombol menu ope dan SET. Pengendali utama tidak menggun karena menggunakan komponen penggetar inter
Penampil LCD digunakan jenis dot-ma dengan baris sebanyak 2 serta kolom sebany buah. Jenis karakter yang dapat ditampilkan ad kreasi sendiri (customize).
ncatu Daya Stabil 5 volt
tensiometer JenisWire Wound
ng digunakan pada penelitian ini adalah jenis ebagai pembagi tegangan masukan yang tetap. nkan dari tegangan catu sumber yaitu sebesar + iki keluaran berupa tegangan yang bervariasi n dimana sudut putar yang terjadi sebanding terukur.
ini digunakan mikrokontroller ATMega 8535 ntroller akan melakukan antar muka dengan lukan beberapa penambahan komponen pasif, perasional yang terdiri dari fungsi UP, DOWN unakan komponen penggetar secara eksternal nternal yang terkalibrasi sebesar 4 MHz.
matrik dengan ukuran 7 x 5 titik per karakter nyak 16 sehingga total karakternya adalah 32 adalah karakter ASCII, selain itu juga karakter
(10)
Gambar 4. Rangkaian Mode komunikasi yang dipakai antara menggunakan mode 4-bit jalur data. Kelebihan pengkawatan yang sangat banyak sehingga mikrokontroler dan bisa dialokasikan untuk keperlu semakin panjang waktu eksekusi perintah untuk dibandingkan dengan mode 8-bit, akan teta mikrokontroler kelemahan ini akan bisa diabaikan
Penyimpan Data, IC memori yang akan dig tipe AT24C128 produksi ATMEL dengan kap sehingga bila menggunakan 3 keping maka dipe sebesar 48 Kbyte.
Gambar 5. Rangkaian P Dengan menggunakan komunikasi I2C m dapat dikaskade dengan menggunakan jalur data IC memori terdapat pin A0 dan A1, jika dilihat se pin tersebut untuk ketiga buah IC memori adala berupa kombinasi digital 2-bit, sehingga maksim memori AT24C128 sebanyak 4 keping.
Sebagai standar operasional pada sistem ko
resistor pull upmenuju tegangan sumber (VCC) Ω n Penampil LCD
tara mikrokontroler dan perangkat LCD n dari mode ini adalah tidak memerlukan a bisa menghemat pin–pin input/output erluan lainnya, sedang kelemahannya, yaitu uk menampilkan karakter–karakternya bila tetapi dengan kecepatan eksekusi dari an.
digunakan untuk menyimpan memori adalah apasitas 16 Kbyte untuk tiap kepingnya, iperoleh total kapasitas penyimpanan data
n Penyimpan Data
maka ketiga keping IC memori tersebut ta secara bersama-sama. Pada setiap keping t secara seksama kondisi logika pada kedua alah berbeda. Perbedaan yang ada tersebut imal kaskade yang bisa dilakukan pada IC komunikasi I2C, disarankan menggunakan C) sebesar 4K7Ω pada masing-masing pin
(11)
SCL dan SDA dari IC memori. Secara internal akan tetapi nilainya tidak mencukupi apabila d menjaga kestabilan kerja pada masing-masin yang mengkompensasi fluktuasi tegangan sum Komunikasi Serial UART, komuni mikrokontroler secara serial tidak bisa dihu mikrokontroller menggunakan aras/levelTTL LOW = 0 volt dan logika HIGH = 5 volt, sed yang unik, yaitu logika LOW = + 5 volt hingga -15 volt. Perbedaan ini bisa diatasi dengan mengadaptasi komunikasi antara komputer de tersebut sudah dibentuk khusus agar bisa me tersebut. Agar bekerja secara normal, pada pendukung, yaitu kapasitor yang akan memb terjadi pada IC MAX232. Mekanisme dari pe pin masukan yang akan terhubung dengan aras dapat dikenali, hal ini mengingat bahwa tegan sehingga butuh pengkondisian.
Gambar 6. Rangkaian Data–data hasil pengukuran selama d yang telah dilakukan) akan disimpan pada sebu sebagai memori. Data yang tersimpan pa mengandung konsep pembacaan logika 0 dan operasional (misal, pengisian/pengosongan m dan lain-lain). Pada umumnya memori terdir memori tak menguap (non-volatile). Memori y daya listrik dihilangkan, hal ini karena pola pe bersifat permanen yang tergantung pada ke menguap tidak akan kehilangan data yang tela hal ini karena pola penyimpanan data pada tergantung pada keberadaan muatan listrik memori yang tak menguap yang sering digu pengukuran, hal ini karena selain operasionaln serta mudah dijumpai dipasaran.
al pada mikrokontroler terdapat resistorpull up a difungsikan untuk komunikasi I2C, dan untuk sing IC memori, digunakan kapasitor 100 nF
mber yang terjadi pada IC memori.
nikasi antara perangkat komputer dengan ihubungkan secara langsung. Hal ini karena L sebagai dasar logika digitalnya, yaitu logika sedangkan pada komputer mempunyai rentang gga + 15 volt dan logika HIGH = -5 volt hingga an menggunakan IC MAX232 yang mampu dengan mikrokontroler, hal ini karena pada IC engenali logika digital dari dua jenis rentang da IC MAX232 diperlukan suatu komponen mbantu pada proses pemompaan muatan yang pemompaan secara elektronis diterapkan agar ras/leveltegangan besar (± 30 V) dari komputer tegangan suplai dari IC MAX232 hanya + 5 volt
ian KomunikasiSerial
durasi tertentu (tergantung pada pengaturan ebuah penyimpan elektronis yang lazim disebut pada memori merupakan data digital yang an 1 dan dimanifestasikan dalam banyak cara muatan, pemisahan/peleburan sel avalanche, diri dari memori yang menguap (volatile) dan ri yang menguap akan kehilangan data saat catu penyimpanan data pada memori jenis ini tidak keberadaan muatan listrik. Memori yang tak telah disimpan walaupun kehilangan catu listrik, da memori ini bersifat permanen yang tidak k setelah catu dihilangkan, akan tetapi jenis igunakan sebagai penyimpanan data-data hasil lnya yang mudah juga harga yang relatif murah
(12)
Gambar 7. Format Data Tersimpan D. Metodologi Penelitian
Dalam rancangan sistem yang akan dilakukan merupakan disain low cost yang berorientasi pada disain sederhana tapi memiliki tingkat keakurasian tinggi (orde milimeter) yang hanya mengukur satu parameter saja, yaitu nilai tinggi muka air. Adapun kesatuan sistem data logger tinggi muka air nampak pada Gambar 8.
Gambar 8. Blok Diagram Pemantau Tinggi Muka Air
Adapun perancangan alat pemantau tinggi muka air memiliki spesifikasi rancangan adalah sebagai berikut:
a) Menggunakan sensor jenisoptical rotary encoder5-bit 360 derajat dengan satuan ukur cm dan rentang jarak pengukurannya adalah 0 mm – 65535 mm. Model sensor pemberat dan pelampung dengan keliling piringan 25cm, sehingga setiap perubahan muka air yang terukur akan selalu dideteksi oleh sensor.
b) Menggunakan penampil LCD 16x2.
c) Menggunakan pengendali berbasis mikrokontroler. d) Menggunakan 3 buah tombol operasi:Up-Down-Enter. e) Kapasitas memori penyimpanan 256 Kbyte.
f) Interval penyimpanan data minimal 1 menit dan maksimal 24 jam yang bisa diatur sesuai keinginan, semakin cepat interval waktu yang dipilih, maka semakin cepat pula memori penyimpan akan terisi penuh dan sebaliknya.
g) Menggunakan piranti RTC (Real Time Clock) yang akurat dengan catu daya ganda, sehingga informasi waktu akan selalu terjaga.
h) Mampu berkomunikasiserialtak sinkron RS-232 denganbaudrate19200 bps dengan format 8n1.
i) Menggunakan metodepowersave, sehingga akan lebih menghemat daya agarlifetime baterai lebih lama.
j) Menggunakan catu daya baterai DC 3 volt jenis AA.
Pengambilan data dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perancangan agar dari karekteristik data yang dikumpulkan dapat diambil kesimpulan hasil beserta
(13)
analisanya yang diharapkan dari hasil akhir dan analisa tersebut dapat menjadi bahan apabila perencanaan akan dilanjutkan. Pengambilan data dilakukan melalui serangkaian pengujian, yaitu pada proses pembuatannya dilakukan pengujian pada setiap bagian sistem, namun dalam pembahasan ini hanya disajikan pengujian dan pembahasan pada bagian yang menentukan kinerja sistem, kemudian pengujian dilakukan sebagai sistem yang bekerja keseluruhan.
Pengamatan Elektronis
Pengamatan pada sistem elektronis berguna untuk mengetahui karakteristik elektris sistem. Data hasil pengamatan diperoleh terutama dari sistem catu daya berupa nilai arus dan tegangan seperti nampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Arus dan Tegangan Catu Daya
No Titik Pengukuran Tegangan (Volt) Arus (Ampere)
1 Pin Input IC 7805 13.5 V 75 mA 2 Pin Output IC 7805 5.6 V 60 mA 3 Pin VCC IC ATMega8535 4.8 V 25 mA 4 Pin VCC LCD 16x2 4.8 V 30 mA 5 Pin VCC SensorWire-Wound 4.7 V 0.5 mA
Data Hasil Pengukuran
Tabel 2. Data Perbandingan Hasil Pengukuran
No. Uji Penunjukkan Sensor Penunjukkan Mistar Ukur Error
1 25 cm 24.8 cm 0.2 cm
2 50 cm 50.4 cm -0.4 cm
3 75 cm 75.3 cm -0.3 cm
4 100 cm 99.6 cm 0.4 cm
5 125 cm 124.7 cm 0.3 cm
6 150 cm 150.2 cm -0.2 cm
7 175 cm 175.3 cm -0.3 cm
8 200 cm 199.5 cm 0.5 cm
9 225 cm 225.2 cm -0.2 cm
10 250 cm 249.6 cm 0.4 cm
Dari hasil pengukuran di atas, dapat diperoleh data sebagai berikut: cm . pengukuran n error rata rata
Error 03
10 3
Jika disandarkan dengan tingkat ketelitian1 cm, maka diperoleh nilai kesalahan: % 30 % 100 1 3 . 0 %
100
cm cm akurasi error rerata kesalahan persen
Jika disandarkan dengan tingkat ketelitian5 cm, maka diperoleh nilai kesalahan: % 6 % 100 5 3 . 0 %
100
cm cm akurasi error rerata kesalahan persen
Jika disandarkan dengan tingkat ketelitian10 cm, maka diperoleh nilai kesalahan: % 3 % 100 10 3 . 0 %
100
cm cm akurasi error rerata kesalahan persen
(14)
Gambar 9. Grafik Nilai Error Tiap Pengukuran
Dari data perhitungan nilai kesalahan di atas dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mendisain ulang sistem pengideraan dan juga penyesuaian dengan alat ukur tinggi muka air konvensional yang sudah sering digunakan, yaitu pail scale yang memiliki tingkat akurasi berbeda-beda, misal 1 cm atau 10 cm.
Data Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada satu hari dengan pengambilan data pada pagi, sore dan malam hari sebanyak 10 kali dengan durasi pengambilan setiap 30 menit.
Gambar 10. Grafik Data Pemantauan Pagi Hari
Perhitungan statistik berdasarkan data di atas didapatkan bahwa untuk sensor TMA dalam mendeteksi tinggi muka air di waktu pagi hari adalah rata-rata = 55.7 cm dan standar deviasi sebesar 7.8067 dan varians sebesar 60.9455.
Gambar 10. Grafik Data Pemantauan Sore Hari Nilai Error Tiap Pengukuran
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. Uji
N
il
a
i
E
rr
o
r
(15)
Perhitungan statistik berdasarkan data di atas didapatkan bahwa untuk sensor TMA dalam mendeteksi tinggi muka air di waktu pagi hari adalah rata-rata = 62.2 cm dan standar deviasi sebesar 1.5748 dan varians sebesar 2.48.
Gambar 11. Grafik Data Pemantauan Malam Hari
Perhitungan statistik berdasarkan data di atas didapatkan bahwa untuk sensor TMA dalam mendeteksi tinggi muka air di waktu pagi hari adalah rata-rata = 51.8 cm dan standar deviasi sebesar 1.7738 dan varians sebesar 3.1466.
E. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan
Dalam perancangan dan pembuatan perangkat pemantau nilai perubahan tinggi muka air secara telemetri yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang sudah dilakukan ini diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan pengembangannya ke depan, yaitu antara lain:
a) Pembuatan alat nilai perubahan tinggi muka air secara telemetri dapat digunakan untuk mendapatkan data-data hasil pemantauan dari waktu ke waktu terhadap kondisi muka air suatu DAS yang diamati.
b) Data hasil pengukuran dapat digunakan untuk peringatan dini kepada masyarakat akan kecenderungan terjadinya bahaya banjir.
c) Data-data hasil pengukuran perubahan tinggi muka air yang sudah diperoleh sebelumnya dapat digunakan untuk menggambarkan pola perubahan tinggi muka air, sehingga dapat dilakukan prediksi dan perencanaan di waktu mendatang dalam rangka optimalisasi penggunaan lahan tempat tinggal masyarakat dan juga mengantisipasi adanya korban dari ancaman bencana banjir.
d) Nilai resolusi sensor pada sudut pengujian yang sama akan ditentukan oleh keliling cakram sensor. Semakin besar keliling cakram sensor maka semakin rendah resolusi sensornya dan sebaliknya.
e) Dengan disertai pemakaian memori dalam pengoperasiannya dapat dibuat sebuah data loggeryang dapat mencatat data otomatis pada durasi tertentu kemudian data – data tersebut dapat diambil secara jarak jauh menggunakan sistem telemetri.
Rekomendasi
Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan salah satu upaya pengembangan kajian teknik pengukuran jarak jauh yang berupa sebuah rancangan dan sistem terhadap tinggi muka air berbasis GSM. Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Dengan memanfaatkan jaringan GSM melalui Base Station Transmitter akan terbangun pemantauan jarak jauh parameter gejala banjir secararealtime.
(16)
Data–data hasil pengukuran yang sudah diperoleh sebelumnya dapat digunakan untuk menggambarkan pola perubahan tinggi muka air daerah aliran sungai, sehingga bisa dilakukan prediksi dan perencanaan di waktu mendatang dalam rangka optimalisasi penggunaan lahan tempat tinggal masyarakat dan juga mengantisipasi adanya korban dari ancaman bencana banjir.
Daftar Pustaka
Asdak C. (2002).Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bruninga B. (2006). APRS: Automatic Position Reporting Sistem, Author of APRS. http://web.usna.navy.mil/~bruninga/aprs.html.
Diakses tanggal 15 September 2009
Hadisantono. R.D dan Bronto S. (1994). Sistem Peringatan Dini Bahaya Letusan Gunungapi.(Seminar Nasional Mitigasi Bencana alam). Yogyakarta: UGM
Hari Siswoyo. (2003). Makalah Pengantar Falsafah Sains. Malang: Universitas Brawijaya.http://rudyct.com/PPS702-ipb/06223/hari_siswoyo.htm
Diakses tanggal 25 September 2009
M. Luthful hakim, O. Haridjaja, Sudarsono, dan G. Irianto. (2008). Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Karakteristik Unit Hidrograf dan Model Pendugaan Banjir. (Studi Kasus di DAS Separi, Kutai, Kartanegara). Kalimantan Timur.
Montarcih L. (2007). Hidrograf Satuan Sintesis Untuk DAS Di Indonesia. (Penelitian BPP Fakultas Teknik). Malang: Universitas Brawijaya
http://bppft.brawijaya.ac.id/?hlm=bpenelitian&view=full&thnid=2007&pid=1199 415768
Diakses tanggal 25 September 2009
Purwanto, E. (1992). Pemanfaatan dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai Dengan Menggunakan Parameter Hidrologi.(Majalah Kehutanan Indonesia, Edisi No. 10 th 1991/1992, Diterbitkan oleh Departemen Kuhutanan RI, STT. No. 1162/SK/DITJEN PPG/SST/1987). Jakarta: Departemen Kehutanan RI.
Sri Harto Br. (2000).Hidrologi (Teori, Masalah, dan Penyelesaian).Yogyakarta: Nafiri Offset.
(17)
Pemanfaatan Pasir Merapi Pasca Erupsi Sebagai Media Pengolah Air Yang Mengandung Besi dan Mangan Tinggi
( Oleh: Retno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT) Abstract
Water as an essential need for living organisms, can not be replaced its function. The quality of water consumed by living organisms, especially human being, will effect the degree of his health. Well-water in the edges of Code river is susceptible to quality change because of the Merapi’s volcano-mudflow flood and activities surroundings. In the other hand, Merapi’s sand could have potential to be used as filter media. A study of determining the best treatment for Merapi’s sand, the height of sand media and the number of chlorine diffuser orifice was done to find the optimum combination of the operational condition for water treatment purpose.
To have a description of well-water quality in the edges of Code river, nine sampling point represent upstream, middle and downstream area were taken. Furthermore, study was continued by: a) determining best treatment of Merapi’s sand, arranging in phases of determining best combination of using KMnO4 solution (concentration of 2,5, 5, 7,5%) and soaking time (8, 16, 24 hours) continued by determining best diameter of sand (-8/+10, -10/+14, -14/+18 mesh); b) determining best height of filter sand media (70, 85, 100 cm) using activated filter device; c) determining best number of chlorine diffuser orifice (20, 30, 40 orifices) applied in the well.
The study shown that well-water quality in the edges of Code river on the summer time is relatively good for Fe and Mn, turbidity is slightly above the maximum level and coliform/fecal coli is above the maximum level for all samples. The best treatment of Merapi’s sand as activated media filter can be achieved by using 5 % KMnO4 solution, soaking time 24 hours and media height of 100 cm. Application of chlorine diffuser in the well shown that 40 orifices give best result for reduction of coliform/fecal coli. Package of activated filter device can be used as applied technology to improve well-water quality, especially for those which contain high Fe dan Mn.
Key words: Merapi’s sand, Fe and Mn, activated filter, chlorine diffuser A. Pendahuluan
Kota Yogyakarta, selain memiliki kerawanan bencana terhadap potensi letusan gunung api, juga berpotensi terhadap bencana banjir. Bahaya banjir tidak hanya berupa banjir dari meluapnya air sungai, namun juga adanya banjir lahar dingin. Hal ini terjadi karena keberadaan Gunung Merapi sebagai hulu dari sungai-sungai tersebut masih aktif dan terus mengeluarkan material, terlebih jika sedang fase erupsi. Banjir lahar dingin dapat diartikan sebagai banjir yang diakibatkan oleh gugurnya atau hanyutnya lahar dingin yang mengendap di kubah gunung, sebagai akibat dari hujan yang terjadi di wilayah gunung tersebut. Endapan lahar yang masih ada di sekitar gunung akan hanyut dan mengalir melalui sungai dan berdampak pada penduduk yang berada sepanjang bantaran sungai. Banyak rumah yang rusak atau hanyut terkena terjangan banjir lahar dingin tersebut. Walaupun berpotensi menimbulkan bahaya banjir lahar dingin, disatu sisi pasir Merapi memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai media pengolahan air. Pasir merapi dapat dimanfaatkan sebagai media filter untuk memperbaiki kualitas air.
Rekonstruksi dan recovery ekonomi masyarakat korban erupsi gunung Merapi masih terus berjalan dengan semua kekuatan stakeholdersnya. Kualitas air sumur masyarakat di pinggiran sungai Code rentan terhadap perubahan kualitas khususnya
(18)
peningkatan Fe dan Mn akibat banjir lahar dingin, juga akibat aktivitas masyarakat disekitarnya. Ditengarai telah terjadi degradasi kualitas air sumur masyarakat korban erupsi merapi, dengan identifikasi naiknya kandungan parameter Besi (Fe), Mangan (Mn) dan bakteriologik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pergeseran lapisan bumi dan terjadinya keretakkan maupun patahnya saluran buangan sanitasi individu (WC), sehingga mengakibatkan kebocoran. Mengingat air merupakan kebutuhan esensial bagi hidup dan kehidupan manusia serta tidak dapat tergantikan keberadaan maupun fungsinya, maka ketersediaan air bersih yang memenuhi persyaratan mutlak diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan upaya sanitasi air sumur masyarakat agar tidak menjadi daerah rawan terhadap penularan penyakit dan untuk peningkatan derajad kesehatan masyarakat.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah:
1) Mendapatkan gambaran kualitas air sumur masyarakat di subdas Code terutama kandungan Fe, Mn kekeruhan, dan bakteriologik.
2) Mendapatkan media filter terbaik.
3) Untuk mengetahui jumlah lubang yang optimum padachlorine diffuser. 4) Dapat diperoleh paket teknologi tepat guna sanitasi air sumur masyarakat. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) Memberikan gambaran kualitas air sumur masyarakat di subdas Code terutama kandungan Fe, Mn dan bakteriologik.
2) Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas air yang dikonsumsi sesuai syarat kesehatan.
3) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang alternatif alat pengolah sebagai sarana memperbaiki kualitas air.
C. Tinjauan Pustaka 1. Pencemaran Air Tanah
Pencemaran pada air tanah dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu sebagai pencemaran alamiah dan pencemaran akibat perilaku manusia.
a. Pencemaran Alamiah
Struktur kimia tanah yang termasuk di dalam struktur pegunungan berapi di daerah tropis dengan curah hujan sedang dan tinggi pada ketinggian hingga 900 m dari permukaan laut (dpl) banyak mengandung mineral besi (Fe) dan mangan (Mn), oleh karena didominasi oleh jenis tanah regosol, litosol dan latosol. Warna jenis tanah ini adalah berwarna kuning kecoklatan, coklat kemerahan, coklat, coklat kehitaman dan hitam. Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kalsium (Ca) adalah konstituen alam yang terdapat pada tanah dan batuan yang terdapat pada bahan induk vulkanik berupa tufa ataupun batuan beku. Besi salah satu unsur yang sering didapati lebih besar kandungannya dibanding mangan. Besi terdapat dalam mineral silikat pada batuan beku, sedangkan mangan sering terdapat di dalam batuan metamorphik dan batuan sedimen. ( Khumyahd 1991),
Menurut Berthouex (1998), pencemaran alamiah terjadi karena pelapukan biogeokimia di dalam tanah akibat proses pencucian (leaching) bahan organik dari top soil pada proses perkolasi. Proses oksidasi biokimia akan menipiskan oksigen tanah dan memproduksi karbondioksida (CO2) yang semakin lama menghabiskan
oksigen terlarut di dalam air dan akan digantikan oleh proses anaerobik (reduksi) atau proses fermentasi biokimia. Dalam kondisi yang demikian ini CO2 akan
bereaksi dengan senyawa-senyawa karbonat pada batuan alam seperti CaCO3
(19)
mineral-mineral terlarut. Hal ini akan dipercepat lagi apabila terjadi keronggaan lapisan tanah dalam dan pergeseran lapisan tanah oleh gempa, sehingga dapat menyebabkan kandungan mineral besi, mangan dan kalsium di dalam air tanah menjadi meningkat. b. Pencemaran Akibat Perilaku Manusia
Pencemaran oleh karena perilaku manusia pada wilayah perkotaan terjadi akibat tingginya kepadatan dan aktivitas penduduk, terutama bila sistem buangan limbah cair dan padat, sampah, dan sanitasi tidak memadai akan menjadi potensi pencemaran air tanah (Sutrisno, 2002). Menurut Berthouex (1998), menyatakan bahwa bakteri patogen analog dengan bahan kimia beracun, karena dapat menyebabkan penyakit apabila melebihi batas toleransi yang diperbolehkan untuk manusia. Bakteri Coliform adalah group bakteri yang sering ditemukan di dalam tanah, tinja manusia, burung dan binatang berdarah panas. Adanya coliform menunjukkan adanya bakteri patogen, sehingga digunakan sebagai indikator kualitas higienis air bersih/ minum. Secara praktis apabila indikator bakteri tidak muncul di dalam air bersih/ minum, maka bakteri patogen juga tidak ada (negatif) dan air aman untuk diminum. Air dapat berfungsi pembawa penyakit (water borne disease), sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dari kontaminasi bakteri. Kontaminasi bakteri patogen pada air bersih/minum sering berasal dari septic tank dan air buangan domestik melalui tanah, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan. Pencegahan kontaminasi bakteri patogen dari septic tank maupun air buangan domestik dapat dilakukan dengan cara pengolahan dan pada akhir pengolahan dilakukan proses desinfeksi menggunakan klorin, ultra violet maupun ozon.
2. Keberadaan Unsur Fe dan Mn pada Air Tanah
Keberadaan unsur besi dan Mn dalam air tanah secara kimia dapat dibedakan atas dua macam muatan, yaitu besi bermuatan 2+ yang disebut bentuk ferro dan besi yang bermuatan 3+ disebut ferri dan umumnya bentuk ferro cenderung berubah menjadi ferri. Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai Fe2+teroksidasi menjadi Fe3+, Fe3+ ini sukar larut pada pH 6 – 8 (kelarutanya kecil) bahkan dapat menjadi ferri hodroksida Fe (OH)3 salah satu jenis oksidasi yang
merupakan zat padat dan bisa mengendap (Alaerts dan Santika, 1984). Sedangkan untuk unsur Mangan (Mn) merupakan komponen utama dari lapisan bumi, terdapat secara alamiah dalam air tanah. Jika tidak ada unsur–unsur pembentuk yang komplek, maka Mn tidak terdapat sebagai unsur terlarut. Dalam kebanyakan air alami konsentrasi organik pembentuk yang komplek atau bahan–bahan organik jarang memadai untuk menstabilkan kondisi Mn3+. MnO2 padat merupakan fase bervalensi tinggi (terdapat
sebagai koloid) yang stabil secara termodinamis dalam air alami. Mn bervalensi tinggi sebagai koloid terdispersi yang stabil dalam waktu yang lama. Secara analisis perbedaan terlarut dan tersuspensi Mn4+sangat sukar (Fair, et. Al 1969).
Kandungan Fe dan Mn dalam air tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk terlarut bersenyawa dengan bikarbonat dan sulfat, juga ditemukan kedua unsur tersebut bersenyawa dengan hidroden sulfida (H2S). Selain itu Fe dan Mn ditemukan pula pada
air tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dan dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur Fe atau Mn untuk membentuk ikatan kompleks organic. Unsur Fe umumnya terdapat pada hampir semua air tanah, sedangkan unsur Mn tidak ditemukan, tetapi keberadaan unsur Mn biasanya bersama-sama dengan unsur Fe.
(20)
3. Dampak Negatif Fe dan Mn
Menurut Tjokrokusumo (1995), identifikasi tingginya mineral Fe dan Mn ditengarai dengan berbau amis logam, meninggalkan noda kuning kecoklatan (Fe) dan coklat kehitaman (Mn) pada porselin maupun alat–alat saniter serta pakaian berwarna cerah, terjadi pengkaratan (korosif) pada logam, memunculkan partikel berwarna kuning coklat/coklat hitam dan mengkilap di permukaan air.
Menurut Purdom (1971), dikatakan metabolisme tubuh membutuhkan Fe, Mn, Ca dan Mg selama konsentrasi sesuai dengan standart kualitas Air Minum yang diperbolehkan. Fe, Mn, Ca dan Mg termasuk golongan tidak beracun/toksisitas rendah, tetapi apabila dikonsumsi melebihi standar baku mutu diperbolehkan dan secara reguler melebihi 10 tahun akan berakibat terjadi pembengkakan ginjal, lever, batu ginjal/kandung kemih, iritasi usus besar (lambung) dan sakit pinggang. Hal ini dapat terjadi oleh karena kelebihan mineral dari kebutuhan metabolisme tubuh akan terdeposit pada organ–organ tubuh yang penting dan tidak dapat dibuang keluar dari sistem tubuh seperti halnya vitamin.
4. Prinsip Penghilangan Fe dan Mn
Proses penghilangan Fe dan Mn pada prinsipnya adalah proses oksidasi, yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk Fe dan Mn terlarut menjadi Fe dan Mn yang tidak larut (endapan). Endapan yang terbentuk dihilangkan dengan proses sedimentasi dan atau filtrasi di dalam proses adsorpsi. Menurut Khumyahd (1991), beberapa proses untuk menghilangkan Fe dan Mn di dalam air yaitu :
1. Oksidasi dengan oksigen, khlorin dan Permanganat.
Fe2+ Fe3+
Mn2+ Mn4+(berupa presipitat) 2. Pertukaran ion
R – Na + Fe2+ R – Fe + Na+
Mn2+ R – Mn (reaksi pertukaran ion) R – Fe + Na+ R – Na + Fe2+
R – Mn Mn2+ (regenerasi) 3. Oksidasi dengan pelapisan oksidan (MnO2) pada media
(misal : zeolit, pasir kuarsa dll).
3 {Mn (II). Mn O2} (s) + 2 MnO4-+ 2H2O
8MnO2(s) + 4H+Mn2++ MnO2(s)
Fast
Mn2+. MnO2(s) (sorpsi)
Fe2+
Fast
Fe3+ (oksidasi) 5. Tinjauan tentang Pasir MerapiPasir Merapi merupakan pasir yang berasal dari muntahan lava merapi pada saat terjadinya letusan Merapi. Letusan Merapi yang biasanya mengeluarkan material yang berupa pasir maupun material batu besar lainnya yang dapat berdampak negatif dan positif. Dampak negatif yang timbul seperti kerusakan lingkungan permanen, dapat merubah suhu, dan mengganggu kesehatan serta yang lainnya. Tapi di sisi lain dampak positif dari vulkanik Merapi sebenarnya cukup banyak, yaitu pasir berlimpah, meningkatkan kesuburan tanah, serta sebagai media penjernih air. Vulkanik/tanah gunung berapi adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi dari letusan gunung berapi yang subur mengandung unsur hara yang tinggi. Vulkanik yang dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks. Adapun manfaaat pasir gunung berapi
(21)
sangat baik digunakan untuk penjernihan air. Kandungan silika (SiO) tinggi yang terbentuk akibat proses pembakaran unsur geologi di dalam bumi dengan suhu lebih dari 800° C menjadikan pembentukkan kadar silica semakin banyak dan membuat kualitasnya menjadi sangat baik. Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air. Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap partikel tidak diinginkan jauh lebih baik ketimbang pasir biasa.
6. Desinfeksi
Menurut Sanropie (1984), menyatakan bahwa Desinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit) yang ada di dalam air dengan menggunakan bahan desinfektan. Desinfeksi secara kimia antara lain dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia seperti Cl2, Br2, I2, O3, KMnO4, O2, Cl2,
CuSO4 dan ZnSO4. Bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah senyawa
khlorin yang disebut proses khlorinasi atau desinfeksi. Di Indonesia kebanyakan digunakan kaporit karena mudah didapat dan mudah penggunaannya. Disinfeksi merupakan bagian dari proses pengolahan air terakhir yang penting dan merupakan teknologi bersih. Disinfektan senyawa khlorin, dapat digunakan untuk menghilangkan bakteri patogen, meminimalkan gangguan mikroorganisme dan sebagai oksidator. Sebagai oksidan, khlorin dapat juga digunakan untuk menghilangkan zat besi, mangan, menghilangkan rasa air dan senyawa berbau serta meminimalkan amonia nitrogen. Terminologi disinfeksi yang berarti menghilangkan atau menghancurkan seluruh mikroorganisme yang hidup termasuk didalamnya spora disebut sterilisasi. Namun istilah disinfeksi tidak seluruhnya benar karena ada beberapa spora bakteri yang lebih tahan terhadap disinfeksi dibanding bentuk vegetatif, seperti halnya organisme tuberculosislebih tahan dibanding dengan negatif-gram sel coliform. Sumber Khlorin yang banyak digunakan saat ini adalah jenis kaporit tablet dengan kemurnian 90% yang mampu menyuntikkan dosis khlorin sebesar 40 mg/l berupa tablet kaporit ukuran 200 gram sebanyak 2 tablet untuk debit aliran antara 1 – 5 liter per detik (Berthouex, 1998). 7. Khlorinator
Menurut Winarno (1986), alat yang diperlukan dalam klorinasi disebut klorinator. Klorinator sederhana dapat digunakan dalam khlorinasi kontinyu bagi suplai air yang jumlahnya relatif banyak. Klorinator dapat diupayakan dengan membuat sendiri, salah satunya adalah jenis Klorin Difuser yang terbuat dari bahan PVC. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa khlorinasi air bersih pada sumur gali protected (dinding disemen/diplester minimal sedalam 3 m) dan unprotected (tanpa ada dinding yang disemen/plester) berdasarkan pada standart yang telah ditetapkan dengan dosis kaporit 1,00 ppm untuk sumur galiprotecteddan 1,5 ppm sumur galiunprotected.Susunan alat klorin difuser dari PVC dengan ukuran : diameter pipa luar 2 inch dan pipa dalam 1 inch, bersekat pasir diantaranya, dengan panjang 30 cm; pasir ukuran diameter 0,4 – 0,9 mm; kaporit kadar 60 %; lubang difuser ukuran 5 mm; jumlah lubang sebanyak 15 buah, memberikan sisa khlor 0,51 mg/l pada sumur galiprotecteddan sisa khlor 0,49 mg/l pada sumur galiunprotected.Khlorin difuser dimaksud seperti pada Gambar di bawah ini :
Lubang
Ф
5 mm
PVC
Ф
1”
Dop
Ф
2 “
Kaporit
Gambar : Khlorin Diffuser
Pasir
(22)
D. Metodologi Penelitian 1. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Analisis dan Evaluasi Masalah
Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan parameter Fe, Mn, kekeruhan dan Coli masing-masing contoh air sumur. Sampel air sumur yang akan diambil sebanyak 9 titik. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan beberapa pendekatan antara lain :
Lokasi di sekitar sungai Code yang masuk wilayah Kota Yogyakarta di bagian hulu, tengah dan Hilir
Sumur yang dekat dengan bantaran sungai Code, dan secara sanitasi belum memenuhi syarat.
Lokasi sumur mudah terjangkau. b. Tahap penelitian meliputi :
1) Penentuan media filter terbaik meliputi : penentuan konsentrasi larutan pengaktif KMnO4, lama perendaman, ukuran diameter pasir, ketebalan media filter
2) Penentuan jumlah lubang pada chlorin diffuser. 2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas(independent variable). - Konsentrasi larutan KMnO4: 2,5, 5, 7,5 %
- Lama perendaman : 8,16,42 jam
- Diameter pasir : -8/+10, -10/+14, -14/+18 mesh - Ketebalan filter : 70, 85, 100 cm
- Jumlah lubang chlorine diffuser : 20, 30, 40 lubang.
b. Variabel terikat(dependent variable): kadar Fe, Mn, kekeruhan dan Coli tinja pada air hasil olahan.
3. Alat dan Bahan
Alat Yang Digunakan Bahan Yang Digunakan
a. Gergaji kayu dan besi b. Bor listrik arus DC c. Ember plastik d. Test Kit Fe dan Mn
e. Instrumen analisis parameter Coli tinja f. Pukul besi
a. Media filter: pasir Merapi b. KMnO4
c. Kaporit tablet d. Air
e. Reagen Fe, Mn, Kekeruhan dan
4. Penyiapan Alat Penelitian a. Filter Aktif
Filter Aktif terdiri dari : Tabung Fiter Aktif
Material :
- pipa PVC (pralon) diameter 4” (dim); tinggi 125 cm
- asesoris : dop 4” = 1 buah; sockdrat luar dan dalam ¾”,masing- masing 1 buah, knee (elbow) ¾” = 4 buah, pipa PVC ¾” secukupnya.
- Bahan Pembantu : plat PVC berlubang, seal karet ban dalam bekas, lem PVC dan TBA.
Media Filter Aktif Material :
- Pasir Merapi
(23)
Cara Pembuatan Tabung Filter Aktif
1. Dop dilubangi dengan ukuran diameter drat sockdrat luar, masukan sockdrat luar dari arah dalam dengan diberi seal karet ban pada luar dan dalam dop. Pasangkan sockdrat dalam pada drat sockdrat luar setelah diberi TBA secukupnya sampai kencang. Potong pipa ¾” secukupnya untuk penyambungan knee pada sockdrat dalam, kemudian potong pipa ¾” secukupnya lagi untuk penyambungan antar knee dan arahkan ke atas dan sambungkan pipa ¾” panjang 120 cm yang telah dipasang knee (pipa keluaran filter).
2. Potong pipa 4” sepanjang 125 cm dan pasangkan rangkaian No 1 pada salah satu ujung pipa 4”, setelah dipasangkan plat plastik berlubang.
Tabung filter aktif telah siap digunakan. Media Filter Aktif
1. Larutkan PK (KMnO4) ke dalam ember sesuai variasi konsentrasi yang
diinginkan, diaduk hingga larut merata (homogen).
2. Masukan ke dalam larutan KMnO4, media (sesuai variasi diameter) kemudian
direndam sesuai variasi lama perendaman.
3. Media yang sudah direndam, kemudian ditiris (dipisahkan dari larutan PK. Larutan PK masih dapat dipergunakan) dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering (berwarna kecoklatan, dari warna ungu larutan PK).
4. Dilakukan pencucian media aktif hingga air pencuci menjadi jernih atau sedikit jingga.
5. Media aktif siap untuk dipergunakan. Cara Pengoperasian
a. Masukan air sumur ke dalam filter dengan gayung (lihat gambar filter aktif manual) atau selang/pipa PVC dari bak tandon/penampung secara perlahan hingga air keluar dari pipa keluaran (lihat gambar filter aktif kontinyu).
b. Cek air dari pipa keluaran (biasanya masih masih agak berwarna jingga dari sisa PK dan ada partikel hitam dari arang aktif),
c. Lakukan hal di atas hingga didapat air keluaran benar-benar jernih (filter stabil) d. Filter aktif siap dioperasikan
b. Khlorinator
Khlorinator terdiri dari 2 (dua) tabung yaitu : tabung kaporit dan tabung pasir, Material : Pipa PVC bekas/baru;
Cara Pembuatan/Pemasangan : a) Tabung Kaporit
1. Siapkan pipa PVC diameter 1”, panjang 25 cm (ukuran dapat bervariasi tergantung material yang ada) sebanyak 1 buah.
2. Siapkan dop diameter 1”, sebanyak 2 buah
3. Pipa PVC dilubangi dengan ukuran diameter lubang 2 mm, sebanyak 20, 30 dan 40 luban, pasangkan dop pada satu ujungnya.
4. Masukan kaporit bubuk ke dalam pipa berlubang, tutupkan dop pada ujung satunya.
5. Tabung kaporit siap digunakan. b) Tabung Pasir
1. Siapkan pipa PVC diameter 2”, panjang 27 cm (ukuran dapat bervariasi tergantung material yang ada) sebanyak 1 buah.
(24)
3. Pipa PVC dilubangi dengan ukuran diameter lubang 1 mm, sebanyak 60 lubang.
4. Pasangkan dop pada salah satu ujung pipa (boleh dilem maupun tidak). c) Khlorinator
1. Masukan tabung kaporit ke dalam tabung pasir dan masukan pasir bersih diantara sela-sela kedua tabung, kemudian pasangkan dop pada ujung satunya. Khlorinator siap digunakan.
2. Pasangkan tali pada khlorinator dengan posisi tergantung tegak, kemudian masukan ke dalam sumur pada kedalaman hampir mencapai dasar sumur (lebih optimal dekat dengan sumber air).
Gambar : Alat filter aktif
Air
Air bersih
PVC dia. 4 “ Kayu penyangga
Pasir aktif
Kerikil Dop 4 “
5 5 30 60 25
Plat plastik berlubang Air cucian
Air sumur
50 100 Drum plastik
Kran 1 Kran 2 Kran 3 Kran 4
Kran 5 Kran 6
Bilas
PVC dia. 3/4 “ OPERATIONAL MANUAL
Penyaringan :
Buka Kran : 1, 2, 5 Tutup Kran : 4, 6, 3
Pencucian Filter :
Buka Kran : 1, 3, 4 Tutup Kran : 2, 6, 5
Bilas Setelah Pencucian :
Buka Kran : 1, 2, 6 Tutup Kran : 4, 5, 3 (Untuk operasi penyaringan kembali, buka 5 dan tutup 6)
Gambar Rekayasa Filter Aktif Kontinyu
(25)
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Sampel air sumur masyarakat sepanjang pinggir sungai Code di musim kemarau menunjukan kualitas Fe dan Mn masih relatif bagus, kekeruhan sedikit di atas baku mutu sedangkan untuk bakteriologis semuanya di atas baku mutu.
2. Pasir Merapi dapat digunakan sebagai media filter aktif dengan perlakukan terbaik dicapai pada konsentrasi larutan KMnO45 % dengan lama perendaman 24
jam diameter -10/+14 mesh dan ketebalan 100 cm. 3. Jumlah lubang terbaik pada chlorin diffuser adalah 40 buah.
4. Paket alat filter aktif dapat digunakan sebagai teknologi tepat guna untuk memperbaiki kualitas air sumur, khususnya yang kandungan Fe dan Mn nya tinggi.
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan dan diaplikasikan dengan rekomendasi sebagai berikut :
1. Pemanfaatan filter aktif dengan media pasir Merapi akan memberikan hasil optimum bila digunakan media pasir dengan ketebalan 100 cm, ukuran pasir -10/+14 mesh ((1,40 – 2,00 mm) dan pasir telah diaktifkan dengan larutan KMnO45 % dan direndam selama 24 jam.
2. Apabila fungsi desinfeksi diinginkan berjalan optimal, untuk air sumur dengan kandungan Fe. Mn tinggi, chlorin diffuser sebaiknya tidak diletakkan dalam sumur, tetapi setelah filter aktif.
Daftar Pustaka
Anonim, 1991,Environmental Pollution Control Alternative Drinking Water Treatment for Small Communities, Washington, DC.
Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/1990, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2001, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Berthouex, 1998,Industrial Pollution & Prevention Controll
Fair, Geyer, Okun, D.A, 1969, Water and Waste Water Engineering, Third edition, Mc Graw Hill, New York.
Ircham, 1992, Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Sanitasi Pedesaan dan Perkotaan, Dian Nusantara , Yogyakarta.
Khumyahd, 1991, Iron and Manganese Removal in Water Supplies, University Of Wisconsin, Madison
Montgomery, 1985,Water Treatment Principles & Design, John Wily & Sons. Purdom, PW, 1971,Environmental Health, Academic Press, Inc., New York.
Sanropie, Djasio, Dkk, 1984, “Penyehatan Air Besih“, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta.
Winarno, F.G, 1986,Air Untuk Industri Pangan, PT Gramedia , Jakarta Soemarto, CD, 1995,Hidrologi Teknik, ed. Kedua, Erlangga, Jakarta
Sudaryo
dan
Sutjipto. 2009. “Uji Komposisi Kimia Tanah Abu Vulkanik Gunung Merapi Yogyakarata”. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta.Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Abuvulkanik
Sutrisno, T, Suciastuti, E, 1987,Teknologi Penyediaan Air Bersih, Bina Aksara, Jakarta. Sutrisno, C Totok, 2004, “ Teknologi Pengolahan Air Bersih “, Penerbit Rineka Cipta,
(26)
Sutrisno, S: 2002, Strategi Manajemen Air Tanah Wilayah Perkotaan, Makalah dipresentasikan pada diskusi panel pelatihan Manajemen Air Bawah Tanah di Wilayah Perkotaan Berwa wasan Lingkungan, Jurusan Geologi FT UGM, Yogyakarta, 15-27 September 2002
Tirtomiharjo, H., 2003, Penjelasan Peta Cekungan Air Tanah P Jawa dan P Madura, Direktorat Tata Lingkungan Geologi Dan Kawasan Pertambangan, Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen ESDM, Jakarta
Tjokrokusumo, 1995,Pengantar Engineering Lingkungan, STTL, YLH, Yogyakarta. Tjokrokusumo, 1998,Pengantar Engineering Lingkungan, STTL, YLH, Yogyakarta. Vesilind, P.A., 1997, Introduction to Environmental Engineering, PWS Publishing
Company, Boston
Yusman, 1981, “Pembuatan Tahu, Buletin Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan”, IPB, Bogor
(27)
Peningkatan Kualitas Lingkungan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Limbah Air Kelapa dalam Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan
( Oleh : Dr. Eli Rohaeti, M.Si ) Abstract
This research aimed to study effect adding oleic acid and glycerol toward mechanical properties, functional group, and biodegradability of bioplastics from coconut water. The procedure of this research included preparation bioplastics from coconut water without and with adding plasticizer i.e. oleic acid and glycerol, biodegradation, and characterization of bioplastics. The characterization of bioplastics included mechanical properties, functional group, and biodegradability. The study showed that the adding oleic acid 1.5 % (v/v) and glycerol 2% (v/v) in preparation bioplastics from coconut water increased mechanical properties, mass loss, the speed of mass loss, but the functional group wasn’t different among each other. Adding plasticizer caused microorganism in soil can hydrolize bioplastics to simple molecul. Based biodegradation test, the adding oleic acid and glycerol increased biodegradability of bioplastics.
Key words: bioplastics, coconut water, plasticizer A. PENDAHULUAN
Produksi sampah kota Yogyakarta per hari mencapai 300 ton, sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga. Selama ini pengelolaan sampah dilakukan melalui pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir di TPA Bantul yang lahannya semakin lama makin berkurang. Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan produksi sampah dimulai dari jalur rumah tangga melalui kader–kader serta pengurus PKK untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri di rumah tangga masing–masing. Kegiatan pengolahan sampah secara mandiri sudah dilakukan oleh beberapa kader dan telah memberikan hasil nyata berupa pupuk maupun barang bekas yang didaur ulang. (Media Info Kota, 2008)
Namun demikian, sebagaimana diungkapkan oleh Walhi Yogyakarta bahwa volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan Bantul masih saja tinggi dan diperkirakan penuh pada tahun 2012. Saat ini, 80% lahan TPA Piyungan sudah dipenuhi sampah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sampah yang dibuang sebagian besar merupakan sampah plastik berbasis petrokimia yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme di alam.
Jika dilihat dari sudut pandang kebutuhan manusia akan plastik yang sukar untuk dikurangi apalagi dihindari, maka diperlukan suatu terobosan baru atau alternatif untuk mengatasi masalah tersebut tanpa merugikan manusia. Salah satu alternatif yang layak untuk dipertimbangkan adalah dengan menciptakan produk plastik yang lebih mudah terbiodegradasi sehingga aman bagi lingkungan. Untuk mewujudkan hal itu maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengkaji bahan baku pembuatan plastik dari bahan alam yang mudah terbiodegradasi melalui suatu penelitian.
Penelitian untuk mendapatkan bahan plastik yang ramah lingkungan sudah mulai dilakukan, seperti yang telah dilakukan oleh Heru Pratomo dan Eli Rohaeti (2010) mengenai Biodegradasi Bioplastik Nata de Coco Menggunakan Lumpur Aktif, yang dari penelitian itu didapatkan bioplastik yang terbuat darinata de coco.Tetapi Bioplastik yang didapat mempunyai kualitas yang kurang baik. Hal ini terbukti dari sifat mekaniknya yang masih sangat rendah. Selain itu penelitian Demse Pardosi mengenai pembuatan material selulosa bakteri dalam medium air kelapa melalui penambahan sukrosa, kitosan dan gliserol menggunakan Acetobacter Xylinum yang mendapatkan hasil berupa nata de coco yang
(28)
memiliki tekstur permukaan dan kekuatan tarik yang paling baik dengan penambahan 10 g sukrosa, 1,5 g kitosan dan 2 g gliserol. Mengembangkan penelitian yang terdahulu, dan dengan penambahan zat pemlastis, yaitu gliserol diharapkan diperoleh produk bioplastik lebih berkualitas dengan sifat mekanik lebih baik.
Nata de cocomerupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitasAcetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa Spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya, yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Nata de coco mempunyai struktur yang menyerupai selaput/membran sehingga dapat dimanfaatkan sebagai plastik yang ramah lingkungan karena terbuat dari bahan yang alami dan mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Berdasarkan latar belakang maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah nata yang terbuat dari air kelapa.
2. Pemlastis yang digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah gliserol dan asam oleat.
3. Karakterisasi bioplastik meliputi analisis gugus fungsi dengan FTIR, uji kehilangan massa serta laju kehilangan massa, serta uji sifat mekanik.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penambahan pemlastis berupa gliserol dan asam oleat terhadap keberhasilan dalam pembuatan bioplastik?
2. Bagaimana pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap sifat mekanik bioplastik?
3. Bagaimana pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap kemudahan biodegradasi bioplastik?
B. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan gugus fungsi bioplastiknata de cocoyang paling optimum.
2. Menentukan pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap sifat mekanik bioplastiknata de coco.
3. Menentukan pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap kemudahan biodegradasi bioplastiknata de coco.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Dapat menjadi sumber informasi mengenai cara pembuatan bioplastik dari bahan alam, khususnya dari limbah-limbah bahan alam yang terbuang sia–sia seperti air kelapa yang ternyata memiliki fungsi dan nilai ekonomis.
2. Dapat memberikan informasi baru mengenai plastik yang ramah lingkungan. C. TINJAUAN PUSTAKA
Bioplastik merupakan plastik yang terbuat dari sumber yang dapat diperbarui, yaitu dari senyawa–senyawa dalam tanaman misalnya pati, selulosa, dan lignin serta pada hewan seperti kasein, protein dan lipid (Averous, 2002). Bioplastik mempunyai keunggulan karena sifatnya yang dapat terurai secara biologis (biodegradable), sehingga tidak menjadi beban lingkungan (Haryani dan Sailah dalam Anggara, 2001).
Bioplastik ini sering disebut juga dengan plastik biodegradable karena sifatnya yang dapat diuraikan. Walaupun tidak semua bioplastik dapat diuraikan. Namun demikian produk bioplastik merupakan produk yang mahal. Mengingat masih barunya teknologi untuk pembuatannya dan kemampuan kompetisi dengan plastik konvensional yang tidak memadai. Selain itu kelemahan pada bioplastik adalah kelenturannya kurang jika
(29)
dibandingkan dengan plastik konvensional. Namun bioplastik sendiri memiliki kelebihan tingkat permeabilitas penguapan oksigen dan air yang lebih tinggi, sehingga menjaga kesegaran buah dan sayuran 3 hari lebih lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bioplastik memiliki beberapa efek terhadap lingkungan. Beberapa efek tersebut, yaitu bioplastik dapat mengurangicarbon footprintsebesar 42%, menghemat penggunaan bahan bakar fosil antara 25% hingga 68% dibandingkan dengan penggunaanpolyethylene.
Bioplastik dapat dibuat dari limbah air kelapa. Air kelapa mengandung air 91,5%; protein 0,14%; lemak 1,5%; karbohidrat 4,6%; serta abu 1,06%. Selain itu, air kelapa mengandung berbagai nutrisi seperti sukrosa, dekstrosa, fruktosa, serta vitamin B kompleks yang terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin, dan asam follat. Nutrisi tersebut sangat berguna untuk pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinum.
Nata de cocomerupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitasAcetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Hal tersebut sesuai dengan sifatnya, yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis.
Bibit nata adalah bakteri Acotobacter xylinumyang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Secara fisik pembentukkan selulosa merupakan pembentukkan pellicle seperti terlihat pada Gambar 1.Acetobacter xylinumdapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinum pada suhu 28°– 31°C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glasial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan, yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain dapat digunakan.
Gambar 1. Pembentukan selulosa
Pembuatan bioplastik yang fleksibel perlu ditambahkan bahan pemlastis berupa gliserol dan asam oleat. Gliserol kebanyakan ditemui hampir pada semua lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat (Austin, 1985). Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa manis tidak berwarna, cairan kental dengan titik lebur 20°C dan memiliki titik didih yang tinggi, yaitu 290°C gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupakan pelarut yang baik.
Gliserol bermanfaat sebagai anti beku (anti freeze) dan juga merupakan senyawa yang higroskopis sehingga banyak digunakan untuk mencegah kekeringan pada tembakau, pembuatan parfum, tita, kosmetik, makanan dan minuman lainnya (Austin, 1985). Gliserol
(30)
dapat digunakan untuk gliserolisis lemak atau monogliserida, digliserida dan trigliserida. Glisero terdiri dari dua gugus alkohol primer dan satu gu
terdapat dalam gliserol dapat ditunjukkan sebagai atom karbon α, β dan γ (Nouriedden, dkk, 1992).
Gambar 2. Rumus b Asam oleat merupakan asam lemak tidak
rangkap dua, memiliki titik beku 140C dan bilang yaitu CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH. Asam olea
lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental kecoklatan.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi: Tahap Pembuatan Bioplastik MurniNata De C
Sebanyak 500 mL air kelapa yang sudah %, urea 0,5 %, serta CH3COOH 0,75 % dari ban
sambil dipanaskan dan diaduk hingga mendidih. untuk mendapatkan sari dari bahan hasil perebu panas ke dalam loyang/ nampan yang sudah ster kembali dengan menggunakan kertas koran dan d suhu kamar untuk didinginkan (12 jam). Setelah Acetobacter xylinum (1 botol untuk 5 bak f difermentasikan selama 5 hari. Setelah lama pen panen.
Bentuk nata de coco hasil fermentasi b mengalir selama 24 jam untuk menghilangkan tertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ dari murninata de cocoyang siap di karakteristik. Tahap Pembuatan Bioplastik dengan Penamba Sebanyak 500 mL air kelapa yang sudah %, urea 0,5 %, CH3COOH 0,75 % hingga dida
banyaknya air kelapa sambil dipanaskan dan diad dilakukan penyaringan untuk mendapatkan sari dituangkan pada keadaan panas ke dalam loyan ditutup rapat dengan menggunakan kertas koran serta didinginkan (12 jam). Setelah dingin, dilak xylinum (1 botol untuk 5 bak fermentasi ). La selama 5 hari. Setelah lama penyimpanan yang dit Bentuk nata de coco hasil fermentasi b mengalir selama 24 jam untuk menghilangkan tertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ nata de cocodengan penambahan 1 % gliserol.
u metil ester untuk membentuk gliserolat erol mengandung tiga gugus hidroksi yang gugus alkohol skunder. Atom karbon yang
serol dapat ditunjukkan sebagai atom karbon α, β dan γ (Nouriedden,
s bangun gliserol
dak jenuh berkarbon 18 dengan satu ikatan angan iodin 90. Rumus struktur asam oleat, oleat termasukasam lemak omega 9. Asam tal dengan warna kuning pucat atau kuning
De Coco
ah tua ditambahkan gula pasir sebanyak 10 anyaknya air kelapa hingga didapat pH 3-4 ih. Setelah mendidih, dilakukan penyaringan busan, kemudian dituangkan pada keadaan steril dan tertutup. Kemudian ditutup rapat n ditempatkan pada tempat yang datar pada telah dingin, dilakukan penambahan bakteri fermentasi ). Larutan hasil penyaringan penyimpanan yang ditentukan, nata siap di i berupa gel selanjutnya dicuci dengan air an lendir serta sisa bakteri yang masih ur/ diangin–anginkan dan didapat bioplastik
ik.
bahan Asam Oleat
ah tua ditambahkan gula pasir sebanyak 10 idapat pH 3–4 serta asam oleat 1,5 % dari iaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, ari dari bahan hasil perebusan, kemudian ang/ nampan yang sudah steril. Kemudian n dan ditempatkan pada tempat yang datar ilakukan penambahan bakteri Acetobacter Larutan hasil penyaringan difermentasikan ditentukan, nata siap dipanen.
i berupa gel selanjutnya dicuci dengan air an lendir serta sisa bakteri yang masih ur/ diangin-anginkan dan didapat bioplastik
(1)
Kualitas pelayanan di kelurahan maupun kecamatan mengalami perubahan, yaitu mengenai biaya pengurusan, biaya dan waktu serta keramahan petugas.
2. Pembuatan Kartu Keluarga
a. Persepsi besaran biaya dan waktu
Berdasarkan hasil survei proses pelayanan administrasi dasar khususnya pembuatan KK menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK relatif lama, terutama ketika sudah berurusan dengan birokrasi di tingkat kelurahan dan kecamatan. Data lebih rinci tentang rentang waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan KK adalah sebagai berikut:
No Tingkat Pelayanan
1 menit -1 jam
2 jam-1 hari
2 hari-1minggu
2 minggu-1bulan
> 3 bulan
1 RT 65 20 5 - 5
2 RW 40 45 5 -
-3 Kelurahan 10 25 50 -
-4 Kecamatan 0 5 70 -
-* diurus oleh ketua RT sampai selesai.
Sedangkan untuk besaran biaya pembuatan KK bervariasi, padahal berdasarkan peraturan daerah seharusnya untuk besaran biaya standar. Biaya pembutan KK menurut peraturan adalah WNI Rp. 5.000,- dan WNA Rp.10.000,-. Besaran biaya yang bervariasi ini terinci sebagai berikut:
No Tingkat Pelayanan
Gratis (%)
Seribu-5ribu (%)
6 ribu – 10 ribu (%)
11ribu-15ribu (%)
16ribu – 25ribu (%)
26ribu-50ribu (%)
1 RT 55 5 0 0 15 0
2 RW 50 30 0 0 0 0
3 Kelurahan 5 35 20 0 0 0
4 Kecamatan - 50 45 5 0 0
b. Transparansi Pelayanan
Berdasarkan survei didapat bahwa tingkat transparansi pelayanan terkait dengan pembuatan KK yang ada di Kelurahan dan Kecamatan adalah sebagai berikut:
No Jenis Informasi Ya (%) Tidak (%) Tidak tahu (%) 1 Tarif retribusi pembuatan KK 16 53 26 2 Program-program pelayanan 53 32 11
3 Prosedur pelayanan 47 32 16
4 Jam pelyanan pembuatan KK 26 37 32
Berkaitan dengan adanya keluhan dari masyarakat terhadap layanan yang diberikan, masyarakat banyak yang mengeluh tentang biaya yang mahal serta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK, selain itu sikap petugas yang cukup menjengkelkan lainnya yang dikeluhkan oleh masayarakat adalah adanya pembedaan pelayanan bagi yang memiliki koneksi.
Berkaitan dengan keluhan tersebut kami menanyakan aspek–aspek apa saja yang perlu diperbaiki. Sebagian besar responden menyatakan bahwa ketepatan waktu, besarnya biaya retribusi, dan prosedur pelayanan perlu diperbaiki.
(2)
c. Sikap petugas
Hal ini berkitan sikap petugas dalam melayani masyarakat dalam pengurusan KK. Aspek yang kami nilai adalah sapaan, senyuman, kerapian, dan ada tidaknya keluhan kepada petugas loket. Berkaitan dengan hal ini survei Sikap Petugas menunjukkan sebagai berikut:
No Sikap Petugas Baik ( % ) Tidak( % ) Abstain ( % )
1 Sapaan 63 32 5
2 Senyuman 63 32 5
3 Kerapian 95 0 5
4 Keluhan 26 68 6
Berkaitan dengan adanya keluhan dari masyarakat terhadap layanan yang diberikan, masyarakat banyak yang mengeluh tentang biaya yang mahal serta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK, selain itu sikap petugas yang cukup menjengkelkan lainnya yang dikeluhkan oleh masyarakat adalah adanya pembedaan pelayanan bagi yang memiliki koneksi. Pembedaan ini dilakukan oleh pegawai kelurahan atau kecamatan dan petugas loket. Yang cukup mengherankan dari banyaknya keluhan tersebut sedikit sekali yang disampaikan kepada pihak kelurahan atau kecamatan. Ini terjadi karena tidak jelasnya prosedur penyampaian keluhan, dan dari sekian yang menyampaikan keluhan tanggapan pihak kelurahan atau kecamatan sebagian besar membiarkan saja dan berjanji akan memperbaiki. Sebagian besar responden menyatakan bahwa ketepatan waktu, besarnya biaya retribusi, dan prosedur pelayanan perlu diperbaiki.
d. Pemenuhan standar pelayanan
Hal ini berkaitan dengan sikap petugas dalam melayani masyarakat, petugas paling tidak harus menguasai prosedur pelayanan untuk dapat melayani masyarakat dengan baik. Standar Pelayanan ini meliputi:
No Standar pelayanan Standar (%) Tidak standar(%) Abstain (%)
1 Menanyakan kepentingan 89 5 6
2 Menjelaskan prosedur 63 26 11
3 Menanyakan kelengkapan berkas 68 21 11 Konteks pelayanan terkait dengan prasarana yang tersedia dalam melayani masayarakat.
e. Konteks pelayanan
Konteks pelayanan terkait dengan prasarana yang tersedia dalam melayani masayarakat. Dalam survei ini kami menilai tentang kebersihan, kenyamanan, dan kemudahan akses atau keterjangkauan. Dari survei ini didapat bahwa kebersihan kamar mandi di kelurahan atau kecamatan menunjukkan bersih, sedangkan untuk kebersihan ruang tunggu. Responden menyatakan bersih. Berkaitan dengan kenyamanan ruang tunggu, kami membagi menjadi empat (4) aspek yaitu,
1. Pengaturan kursi, kenyamanan, pengaturan letak televisi, dan kesejukan. Untuk kenyamanan ruang tunggu responden menyatakan nyaman dan tidak nyaman.
2. Sedangkan untuk pengaturan televisi dan kesejukan responden menyatakan bahwa pengaturan televisi memenuhi aspek kenyamanan, sisanya tidak
(3)
nyaman, untuk kesejukan ruang tunggu responden menyatakan nyaman dan responden menyatakan tidak nyaman.
3. Kemudahan akses atau keterjangkauan fasilitas berkaitan dengan kemudahan dalam mengakses bagaian atau ruang informasi, loket pendaftaran, dan kotak saran atau pengaduan.
Dari survei Konteks Pelayanan yang kami lakukan didapat bahwa:
No Keterjangkauan fasilitas Sulit( % ) Mudah( % ) Abstain( % ) 1 Bagian/ruang informasi 16 79 15
2 Loket pendaftaran 0 89 11
3 Kotak saran/pengaduan 26 63 11 f. Persepsi perubahan kualitas
Respon pihak kelurahan dan kecamatan dalam menanggapi keluhan yang disampaikan oleh masyarakat. Ternyata dari persepsi responden didapat bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak kelurahan dan kecamatan. Aspek pelayanan yang dipersepsikan oleh responden:
1. Mempersepsikan lebih buruk yakni; fasilitas ruang tunggu, waktu tunggu dan keramahan petugas.
2. Adapun yang mempersepsikan lebih baik, aspek tersebut, yaitu keramahan petugas, fasilitas ruang tunggu dan waktu tunggu.
F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI I. Kesimpulan
1.
PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKANSarana dan Fasilitas Pendidikan rata–rata kondisi ruang belajar/kelas, Ruang perpustakaan masih dalam kondisi yangbaik.Tempat bermain/fasilitas olahraga, Ruang UKS, Ruang koperasi sekolah/warung/kantin , Fasilitas belajar (meja, kursi, papan tulis, papan absensi dsb) masih dalam kondisi yang baik, Buku pelajaran pokok yang dipinjamkan secara gratis kepada siswa, Alat peraga yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran masih dalam kondisi yangsedang.
2.
PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATANa. Persepsi Besaran Biaya dan Waktu
Yang cukup menarik dari hasil penelitian di beberapa puskesmas ini, pasien justru lebih banyak menghabiskan waktu pada saat mengantri atau mengambil kartu.
b. Transparansi pelayanan
Sebagai sebuah organisasi yang memberikan jasa kepada masyarakat, puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal demi kepuasan pasien. Sedangkan Rumah Sakit Kota sangatlah diperbaiki pada Manajemen bersifat kepuasan pelayanan baik internal maupun eksternal. Secara keseluruhan transparansisedang.
c. Pemenuhan standar pelayanan
Sebagai sebuah organisasi yang memberikan jasa kepada masyarakat, puskesmas dan Rumah Sakit Umum Kota dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal demi kepuasan pasien
d. Konteks pelayanan
Kenyamanan merupakan salah satu aspek penilaian konteks pelayanan. Kenyamanan pasien ditempatkan pada wilayah kenyamanan ruang tunggu dan kenyamanan ruang periksa. Dalam wilayah kenyamanan ruang tunggu ada
(4)
beberapa parameter yang digunakan, yaitu pengaturan kursi, kenyamanan ruang tunggu, pengaturan letak pesawat televisi, dan kesejukan.
e. Keterjangkauan fasilitas
Kemudahan untuk mengakses fasilitas di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota diperlukan bagi para pasien untuk mempercepat mendapatkan pelayanan. Sebagian besar responden menyatakan untuk mengakses fasilitas tersebut terbilangmudah.
f. Responsivitas pelayanan
Respon layanan puskesmas terhadap tindakan medis ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), temu warga untuk menjaring aspirasi pelayanan, dan pelibatan masyarakat dalam menyusun program kesehatan responden. Sedangkan Rumah Sakit Kota masih kurang dalam mencerna aspirasi yang dikarenakan belum efektifnya Promosi Kesehatan terutama pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit terlihat jelas pada angka piutang yang ditagihkan kepada Pemerintah Kabupaten Bantul senilai Rp. 732.000.000,-. g. Keluhan pelayanan
Bagaimanapun baiknya pelayanan yang diberikan puskesmas dan rumah sakit kepada pasien tak urung pasti ada pasien yang mengeluhkan pelayanan, dan ini untuk Pemerintah Kota telah memberikan Kegiatan khusus tentang Indek Pelayanan Masyarakat serta memfasilitasi keluhan yang bersifat langsung dengan UPIK dan Walikota menyapa.
h. Pelayanan Untuk Orang Miskin
Setiap orang berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tidak perduli kaya maupun miskin. Ironisnya yang terjadi saat ini banyak kalangan ekonomi menengah ke bawah tidak memperoleh jaminan kesehatan, dengan adanya Jaminan Kesehatan Daerah tercatat banyaknya warga miskin sesuai dengan keterangan miskin dan mendapatkan bantuan biaya sesuai dengan platfom dan keputusan Walikota Yogyakarta.
3.
PELAYANAN PUBLIK PEMBUATAN KTP DAN KK a. PEMBUATAN KTP1) Persepsi besaran biaya dan waktu
Standar yang diberlakukan jangan sampai memberatkan masyarakat. Bahkan ada sebagian masyarakat sebenarnya menginginkan pembuatan KTP gratis.
2) Sikap petugas
Sikap petugas bisa dikatakan cukup baik dalam memberikan layanan. Para petugas cukup ramah dalam artian mereka memberikan senyuman dan sapaan. Akan tetapi dalam memberikan layanan yang bertujuan memberikan kepuasan kepada penerima layanan keramahan saja tidak cukup.
3) Perbedaan pelayanan
Fasilitas yang disediakan di tempat–tempat pelayanan publik harus mudah diakses oleh para pengguna layanan. Pelayanan yang baik harus tidak berhenti membuat inovasi dalam perbaikan. Pendapat responden, yang perlu diperbaiki dalam memberikan layanan.
Kualitas pelayanan di kelurahan maupun kecamatan mengalami perubahan, yaitu mengenai biaya pengurusan, biaya dan waktu serta keramahan petugas sudahbaik.
(5)
b. PEMBUATAN KARTU KELUARGA 1) Persepsi besaran biaya dan waktu
Proses pelayanan administrasi dasar khususnya pembuatan KK menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK relatif lama, terutama ketika sudah berurusan dengan birokrasi di tingkat kelurahan dan kecamatan. Data lebih rinci tentang rentang waktu yang diperlukan dalam prsoses pembuatan KK.
Sedangkan untuk besaran biaya pembuatan KK bervariasi, padahal berdasarkan peraturan daerah seharusnya untuk besaran biaya standar. Biaya pembuatan KK menurut peraturan adalah WNI Rp. 5.000,- dan WNA Rp.10.000,-.
2) Transparansi Pelayanan
Berdasarkan survei didapat bahwa tingkat transparansi pelayanan terkait dengan pembuatan KK yang ada di Kelurahan dan Kecamatan adalah baik. Berkaitan dengan adanya keluhan dari masyarakat terhadap layanan yang diberikan, masyarakat banyak yang mengeluh tentang biaya yang mahal serta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK, 3) Pemenuhan standar pelayanan
Hal ini berkaitan dengan sikap petugas dalam melayani masyarakat. Petugas paling tidak harus menguasai prosedur pelayanan untuk dapat melayani masyarakat dengan baik. Standar Pelayanan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Peraturan Walikota Yogyakarta.
II. SARAN
1. Pemerintah Kota Yogyakarta.
a. Membentuk desain ( Alur Pelayanan Publik ) sistem evaluasi terhadap model kontrak pelayanan di bidang pelayanan publik bidang pendidikan, kesehatan dan administrasi dasar yang bebas dari KKN, efisien, partisipatif, responsif dan bertanggungjawab di Kota Yogyakarta.
b. Menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap mekanisme pelayanan publik yang berbasis kepentingan masyarakat sebagai pihak yang harus dilayani oleh administrasi negara (birokrasi) atau berbasis tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
2. Satuan Kerja Perangkat Daerah
1. Membuat Prosedur Tetap ( SOP ) sesuai dengan desain sistem evaluasi terhadap pelayanan publik bidang Pendidikan ( SOP Bosda), kesehatan ( SOP Pelayanan Kesehatan Dasar dan Lanjutan ) dan administrasi dasar yang Bebas dari KKN (SOP Pelayanan KTP/Kependudukan) dengan efisien, partisipatif, responsif dan bertanggungjawab di Kota Yogyakarta.
2. Memberikan Penghargaan bagi yang berprestasi ( Kompensasi Karir/ Tunjangan Kinerja ) dan Hukuman bagi yang bermasalah ( Penundaan Pangkat, Penghentian Tunjangan Kinerja, Dipindahtugaskan ) kepada Pegawai yang melayani dan terlibat langsung pelayanan kepada masyarakat.
3. Karena indikasi keberhasilannya terletak pada perubahan kondisi ekonomi secara tetap bukan sementara, maka dengan demikian sangat sulit bila saat harus diputuskan program ini berhasil, ataupun tidak untuk itu diperlukan program yang bersifat berkelanjutan.
(6)
3. Rekomendasi Umum
1. Dalam sebuah upaya perbaikan program atau evaluasi, langkah awal yang penting adalah penguatan pangkalan data (dasar data) tentang jumlah penduduk miskin beserta dengan indikator kemiskinan yang dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah dalam hal ini adalah pemegang KMS. Dalam proses pendataan dan penentuan indikator kemiskinan, penting untuk melibatkan masyarakat, terutama masyarakat miskin.
2. Menciptakan kesepahaman bersama dengan seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kegiatan ini akan berhasil dengan baik apabila dilakukan secara terencana, terpadu, terarah, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh elemen, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Dalam hal ini adalah lembaga pendidikan, penyedia layanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Rumah bersalin, Dokter Praktek dan lain–lain), dan pihak pengembang perumahan.
3. Memaksimalkan apa yang ada di daerah, menggali potensi–potensi daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan asli daerah, tanpa mengganggu aktivitas ekonomi lokal, sehingga mampu menyediakan kapasitas fiskal yang memadai guna mendanai berbagai kegiatan pembangunan di daerah. Di kota Yogyakarta yang masih bisa dikembangkan adalah bidang wisata, dan industri tetapi harus mengacu kepada kepentingan masyarakat lokal.