Konsep Taman Nasional Implementation of Public Service Agency and Its Implications to Sustainable Self-Financed National Park Management

10 berjalan efektif. Pengelolaan yang efektif hanya dicapai oleh lima Balai TN BTN dari 50 TN yang ada yaitu BTN Komodo, BTN Bali Barat, Balai Besar TN BBTN Bromo Tengger Semeru, BBTN Gunung Gede Pangrango dan BTN Way Kambas, sisanya sedang dan buruk. Faktor utama belum efektifnya pengelolaan TN terkait erat dengan keterbatasan SDM dan anggaran Pemerintah. 2.4. Perubahan Paradigma Pengelolaan Perubahan ekspektasi mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat di sekitar kawasan konservasi dilatarbelakangi dorongan situasi saat ini. Situasi-situasi ini, yaitu 1 Perubahan nilai-nilai sosial pada masyarakat yang mengakibatkan berubahnya harapan masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam di TN; 2 Perubahan tatanan pemerintah dari sentralistik menjadi desentralistik dan otonomi; 3 Perubahan paradigma manajemen yang disebabkan menurunnya kemampuan pembiayaan kegiatan; dan 4 Semakin tingginya perhatian dunia internasional terhadap isu-isu sumberdaya alam dan lingkungan. Perubahan situasi ini berimplikasi pada tuntutan para pihak yang berkepentingan dan adaptasi pengelolaan TN. Tuntutan untuk adaptasi pengelolaan kawasan konservasi memunculkan paradigma baru pengelolaan kawasan konservasi Santosa 2008. Tren pemanfaatan TN terus berkembang. Sebelumnya, konservasi hanya ditujukan untuk tujuan konservasi dan pengembangannya diprioritaskan kepada perlindungan dan pengawetan hidupan liar. Dewasa ini pengembangannya cenderung ke arah pemanfaatan lestari Kemenhut 2011a. Kecenderungan tersebut semakin menguat setelah diselenggarakannya Kongres TN Sedunia ke-5 di Durban pada tahun 2003 yang menghasilkan kesepakatan bahwa setiap entitas kawasan konservasi harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan para pihak.

2.5. Pemanfaatan Taman Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 menyatakan bahwa TN dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : a. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. b. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam. 11 c. Penyimpanan danatau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam. d. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar. e. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya. f. Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat. Pemanfaatan tradisional merupakan kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi. Kegiatan ini menjadi batasan bagi pengelola TN untuk pemanfaatan barang dan jasa yang terdapat di TN.

2.6. Tipologi Barang dan Jasa

Nilai dan tujuan keberadaan sumberdaya alam dapat diinterpretasikan kembali berdasarkan tipologi barang dan jasa yang dapat dihasilkan, yaitu sebagai private goods, club goods, common pool goods, dan public goods Ostrom 1977, diacu dalam Berge 2004 Tabel 1. Pengetahuan ini juga menentukan ketepatan pemilihan bentuk kelembagaan, misalnya kelembagaan untuk pengelolaan common pool goods didasarkan pada beberapa prinsip yaitu penetapan batas-batas alokasi sumberdaya, teknologi yang digunakan dan cara pemanfaatan, pemantauan, sanksi, penyelesaian konflik, maupun pengakuannya oleh peraturan dan perundangan yang lebih tinggi. Tabel 1 Tipologi barang dan jasa Jenis Sumberdaya Pengguna Non-substractable Substractable Non-excludable Public Goods Common Pool Goods Excludable Club Goods Private Goods Sumber : Ostrom 1977, diacu dalam Berge 2004, dimodifikasi. Dalam setiap tipologi mengandung sifat yang melekat pada barang dan jasa tersebut. Sifat tersebut merupakan atribut yang sepatutnya disertakan ke dalam sifat-sifat lain dari barang dan jasa yang sedang dibicarakan. Terdapat dua faktor yang menentukan atribut tersebut, yaitu : 1. Sifat rivalitas persaingan substraktif atas barang dan jasa. Dalam hal ini apabila barang dan jasa dimanfaatkan seseorang akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain, maka diklasifikasikan sebagai private goods