22
terkait, Kementerian Keuangan, satuan kerja yang telah menerapkan BLU, Perum Perhutani, pemerintah daerah, pihak swasta, petugas TN, organisasi non
pemerintah dan masyarakat. Kajian dokumen dilaksanakan dengan mempelajari berbagai tulisan, gambar atau karya monumental yang terkait dengan topik
penelitian Sugiyono 2011. Tabel 3 Jenis data yang dikumpulkan dan sumber data
Ruang Lingkup Data yang dikumpulkan
Sumber Data
Identifikasi Penjabaran Tupoksi TN
Penjabaran tupoksi berdasarkan inovasi kreasi pengelolaan TN,
program dan kegiatan TN Dokumentasi TN dan
informan kunci Ketepatan Penerapan
Model BLU -
Persyaratan Substantif -
Persyaratan Teknis Barang dan jasa yang dihasilkan
TN, dokumentasi terkait, peraturan perundangan
Dokumentasi terkait anggaran dan biaya pengelolaan, sumber dan
jumlah pendapatan PNBP, jenis dan jumlah sumber daya, jumlah
pengunjung, tarif, peraturan perundangan, dokumentasi terkait
pelibatan stakeholder. Dokumentasi terkait dan
informan kunci
Implikasi Penerapan BLU bagi Pengelolaan TN
Mmandiri yang Berkelanjutan.
Penerapan BLU satker lain, penerapan bisnis mandiri dan
persiapan sistem pengelolaan BLU Ditjen PHKA
Dokumentasi terkait dan informan kunci
3.4. Metode Analisa Data
Analisis data dilakukan secara bertahap berdasarkan ruang lingkup penelitian, yaitu identifikasi penjabaran tupoksi TN, analisis ketepatan penerapan
model BLU dalam pengelolaan menuju TN Mandiri, dan analisis implikasi model BLU menuju pengelolaan TN Mandiri yang berkelanjutan.
3.4.1. Identifikasi Penjabaran Tupoksi TN
Identifikasi penjabaran tupoksi TN dilaksanakan melalui analisis deskriptif Miles Huberman 1992 dan analisis isi content analysis Neuman 2006.
Penjabaran tupoksi TN diidentifikasi untuk kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu
periode 2007 sampai 2011 sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03Menhut-II2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional yang menyatakan bahwa tugas pokok TN adalah melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
23
pengelolaan kawasan TN sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan fungsi yang meliputi :
1. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan kawasan TN. 2.
Pengelolaan kawasan TN. 3.
Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan TN. 4.
Pengendalian kebakaran hutan. 5.
Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. 6.
Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
7. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya serta pengembangan kemitraan. 8.
Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TN. 9.
Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam. 10.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Masing-masing penjabaran tupoksi TN kemudian diidentifikasi barang
danatau jasa yang dihasilkannya berdasarkan PP No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam KSA dan Kawasan Pelestarian Alam KPA
yang menyatakan bahwa TN dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : 1. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam. 3. Penyimpanan danatau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air,
panas, dan angin serta wisata alam. 4. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
5. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya. 6. Pemanfaatan tradisional berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu,
budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.
Menurut Sinambela et al. 2008 pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.
24
3.4.2. Analisis Ketepatan Penerapan Model BLU
Ketepatan penerapan model BLU dalam pengelolaan menuju TN Mandiri dilaksanakan melalui analisis deskriptif dan analisis isi terhadap pelaksanaan
tupoksi TN dan membandingkannya dengan persyaratan substantif dan teknis BLU sesuai dengan PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU.
Penelitian ini membatasi kajian pada persyaratan substantif dan persyaratan teknis yang menjadi persyaratan mutlak sebagai dasar pertimbangan penetapan BLU.
Persyaratan administrasi belum dikaji karena penetapan BLU dapat dilakukan bertahap yaitu apabila persyaratan substantif dan teknis telah terpenuhi namun
persyaratan administrasi belum terpenuhi secara memuaskan. Persyaratan administrasi pada BLU dengan status Bertahap berlaku paling lama 3 tahun.
3.4.2.1. Persyaratan Substantif
Persyaratan substantif dilaksanakan melalui analisis deskriptif dan analisis isi dengan melakukan pengkajian terhadap hasil penjabaran tupoksi TN yang
memenuhi kriteria layanan umum yang berhubungan dengan : 1.
Penyediaan barang danatau jasa layanan umum, yaitu barang dan jasa yang merupakan barangjasa semi publik quasi public goods yang dapat dijual
kecuali yang bersifat pelayanan sipil yang hanya merupakan kewajiban monopoli Pemerintah karena peraturan perundang-undangan.
2. Pengelolaan wilayahkawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum. 3.
Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi danatau pelayanan kepada masyarakat.
Jika penjabaran tupoksi TN mengandung salah satu kriteria danatau beberapa kriteria tersebut di atas, maka TN dinyatakan memenuhi persyaratan
substantif untuk menjadi BLU.
3.4.2.2. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis dilaksanakan melalui analisis deskriptif dan analisis isi melalui 2 pendekatan yaitu :
1. Melalui identifikasi terhadap tupoksi yang kinerja pelayanannya layak dikelola
dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU yaitu identifikasi penjabaran tupoksi berupa kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan
25
berpotensi untuk ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU. Jika penjabaran tupoksi TN mengandung kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pendapatan
danatau berpotensi untuk dapat ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU maka memenuhi persyaratan teknis butir pertama ini.
2. Melalui penilaian kinerja kesehatan keuangan satuan kerja yang bersangkutan
sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU dengan kriteria :
1 Pendapatan satker menunjukkan tren naik dari tahun ke tahun, sehingga satker cenderung akan dapat lebih mandiri,
2 Ada potensi pendapatan yang dapat ditingkatkan.
3.4.2.3. Analisis Manfaat Biaya Cost Benefit Analysis
Analisis Manfaat Biaya Cost Benefit Analysis CBA ditambahkan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan yaitu dengan
membandingkan akumulasi perolehan pendapatan Benefit dengan besarnya akumulasi biaya Cost untuk kegiatan pengelolaan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut Gittinger 1982 :
BC
=
di mana BC adalah Benefit-Cost Ratio, B adalah Benefit, C adalah Cost, t adalah tahun dan i adalah tingkat suku bunga . Jika BC1 maka layak untuk
dilaksanakan, tetapi jika BC1 dan maka tidak layak untuk dilaksanakan Gittinger 1982. Menurut Muhsonim dan Nuraini 2006 pada pemanfaatan
sumberdaya maka yang digunakan untuk menghitung kelayakan adalah BC, jika BC 1 maka layak untuk dilaksanakan jika BC1 tidak layak dilaksanakan.
Perhitungan pendapatan dan biaya mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 76PMK.052008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan BLU. Pendapatan satker BLU adalah pendapatan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama satu periode yang
mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. Klasifikasi pendapatan BLU adalah Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan, Hibah, Pendapatan APBN, Pendapatan