25
berpotensi  untuk  ditingkatkan  pencapaiannya  melalui  BLU.    Jika  penjabaran tupoksi  TN  mengandung  kegiatan-kegiatan  yang  menghasilkan  pendapatan
danatau  berpotensi  untuk  dapat  ditingkatkan  pencapaiannya  melalui  BLU maka memenuhi persyaratan teknis butir pertama ini.
2. Melalui penilaian kinerja kesehatan keuangan satuan kerja yang bersangkutan
sebagaimana  ditunjukkan  dalam  dokumen  usulan  penetapan  BLU  dengan kriteria :
1    Pendapatan  satker  menunjukkan  tren  naik  dari  tahun  ke  tahun,  sehingga satker cenderung akan dapat lebih mandiri,
2 Ada potensi pendapatan yang dapat ditingkatkan.
3.4.2.3.  Analisis Manfaat Biaya Cost Benefit Analysis
Analisis Manfaat Biaya Cost Benefit Analysis CBA ditambahkan sebagai salah  satu  bahan  pertimbangan  pengambilan  keputusan  yaitu  dengan
membandingkan  akumulasi  perolehan  pendapatan  Benefit  dengan  besarnya akumulasi  biaya  Cost  untuk  kegiatan  pengelolaan  dengan  menggunakan  rumus
sebagai berikut Gittinger 1982 :
BC
=
di mana BC adalah Benefit-Cost Ratio, B adalah Benefit, C adalah Cost, t adalah tahun  dan  i  adalah  tingkat  suku  bunga  .    Jika  BC1  maka  layak  untuk
dilaksanakan,  tetapi  jika  BC1  dan  maka  tidak  layak  untuk  dilaksanakan Gittinger  1982.    Menurut  Muhsonim  dan  Nuraini  2006  pada  pemanfaatan
sumberdaya maka yang digunakan untuk menghitung kelayakan adalah BC, jika BC 1 maka layak untuk dilaksanakan jika BC1 tidak layak dilaksanakan.
Perhitungan  pendapatan  dan  biaya  mengacu  pada  Peraturan  Menteri Keuangan Nomor  : 76PMK.052008 tentang Pedoman  Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan  BLU.    Pendapatan  satker  BLU  adalah  pendapatan  arus  masuk  bruto dari  manfaat  ekonomi  yang  timbul  dari  aktivitas  BLU  selama  satu  periode  yang
mengakibatkan  penambahan  ekuitas  bersih.    Klasifikasi  pendapatan  BLU  adalah Pendapatan  Usaha  dari  Jasa  Layanan,  Hibah,  Pendapatan  APBN,  Pendapatan
26
Usaha  Lainnya,  Keuntungan  Penjualan  Aset  Non  Lancar  dan  Pendapatan  dari Kejadian Luar Biasa.
Biaya  satker BLU adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi  dalam  bentuk  arus  keluar  kas  atau  berkurangnya  aset  atau  terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan  ekuitas bersih.  Klasifikasi biaya BLU adalah  Biaya  Layanan,  Biaya  Umum  dan  Administrasi,  Biaya  Lainnya,  Rugi
Penjualan Aset Non Lancar dan Biaya dari Kejadian Luar Biasa. Sesuai definisi TN Mandiri menurut Hartono 2008a yaitu TN yang mampu
membiayai  sebagian  atau  seluruh  pelaksanaan  tupoksi  di  luar  gaji  dan  kegiatan rutin  lainnya,  maka  dalam  perhitungan  pendapatan  TN,  pendapatan  yang
diperhitungkan  dalam  pendapatan  APBN  hanyalah  pendapatan  dari  Belanja Pegawai  dan  Belanja  Modal  sedangkan  untuk  pendapatan  dari  Belanja  Barang
tidak dimasukkan ke dalam unsur pendapatan karena diharapkan mampu dibiayai dari pendapatan layanan sehingga TN Mandiri dapat terwujud.
3.4.3. Analisis Implikasi Penerapan BLU
Analisis implikasi  penerapan  BLU  menuju  pengelolaan  TN  Mandiri  yang
berkelanjutan  dilaksanakan  melalui  analisis  terhadap  hasil  kajian  pada  tujuan pertama  dan  hasil  kajian  pada  tujuan  kedua  dan  membandingkannya  dengan
persyaratan  BLU.  Implikasi  lainnya  ditentukan  sesuai  hasil  analisis  yang berkembang selama penelitian.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Taman Nasional Komodo
4.1.1. Sejarah Kawasan
Taman  Nasional  Komodo  TNK  merupakan  salah  satu  TN  pertama  di Indonesia.  Kawasan  TNK  ditetapkan  melalui  pengumuman  Menteri  Pertanian
Republik Indonesia pada tanggal 6 Maret 1980 dan kemudian dikukuhkan dengan Surat  Keputusan  Menteri  Kehutanan  No.  306Kpts-II1992  tanggal  29  Februari
1992 tentang Perubahan  Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar seluas 40.728 ha serta Penunjukan Perairan Laut di Sekitarnya seluas
132.572  ha  yang  terletak  di  Kabupaten  Daerah  Tingkat  II  Manggarai,  Propinsi Daerah  Tingkat  I  Nusa  Tenggara  Timur  menjadi  Taman  Nasional  dengan  nama
Taman  Nasional  Komodo  dan  ditetapkan  sesuai  SK  Menteri  Kehutanan  dan Perkebunan  Nomor  :  172Kpts-II2000  tanggal  29  Juni  2000  tentang  Penetapan
KPA  Perairan  TN  Komodo.  Pengelolaan  TNK  merupakan  upaya  untuk mempertahankan  keaslian  suatu  ekosistem  kawasan  dengan  menjaga  kelestarian
keanekaragaman hayati dan unsur-unsur non hayati secara insitu BTNK 2012a. Penunjukan  TNK  tahun  1980  berdasarkan  pengumuman  Menteri  Pertanian
tanggal 6 Maret 1980 bersamaan dengan dideklarasikannya 4 TN pertama lainnya di  Indonesia  yaitu  TN  Ujung  Kulon,  TN  Gunung  Gede  Pangrango,  TN  Gunung
Leuser, dan TN Baluran. TNK juga dinyatakan sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1986 dan Warisan Alam Dunia pada tahun 1991 oleh UNESCO BTNK 2012a.
Menurut  BTNK  2012a  satwa  komodo  menjadi  terkenal  di  dunia  sejak tahun  1911  ketika  JKH.  Van  Steyn  van  Hensbroek,  seorang  perwira  Pemerintah
Hindia  Belanda  melaporkannya  kepada  PA.  Ouwens,  yang  menjadi  kurator Museum  Zoologi  Bogor.  Komodo  yang  unik  dan  langka  tersebut  kemudian
menjadikan  Pulau  Padar,  dan  bagian-bagian  Selatan  dan  Barat  Pulau  Rinca dibentuk  menjadi  Suaka  Margasatwa  SM    pada  tahun  1938.  Pada  tahun  1965
Pulau  Komodo  ditetapkan  sebagai  SM  di  bawah  wewenang  Departemen Kehutanan SK  No. 66 tanggal 21 Oktober 1965, sehingga terdapat 2 dua  SM
yaitu SM Padar dan sebagian Rinca, dan SM Komodo. TNK  juga  merupakan  kawasan  laut  paling  kaya  di  dunia  BTNK  2012a.
TNK  meliputi  121.400  ha  habitat  laut  dengan  keanekaragaman  tinggi,  termasuk