Zonasi Terestrial Perairan Taman Nasional Komodo

32

4.2.3. Zonasi

Pembagian zonasi TNBTS atas dasar Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor : 68kptsDJ-VI98 tanggal 4 Mei 1998 sebagaimana pada Tabel 5. Tabel 5 Zonasi BBTN BTS No. ZONA Luas 1 Zona inti 22.006 Ha 2 Zona rimba + 23.485 Ha 3 Zona bahari 425 Ha 4 Zona pemanfaatan intensif 2.360 Ha 5 Zona rehabilitasi 2.000 Ha

4.2.4. Terestrial

TNBTS terdiri dari 2 ekosistem yaitu terestrial dan perairan. Ekosistem tersetrial pada umumnya berupa hutan, meskipun demikian dapat dijumpai tipe- tipe khusus seperti Laut Pasir dan ekosistem puncak gunung Bromo dan Semeru. Berdasarkan perbedaan tinggi tempat dan perbedaan suhu, formasi hutan TNBTS dibagi menjadi 3 tiga zona : 1. Zona Sub Montane 750 –1.500 m dpl Pada zona ini secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Formasi ini merupakan hutan primer dan bisa dijumpai di kawasan TN BTS bagian Semeru Selatan, Semeru Timur Burno dan Semeru Barat Patok Picis. Kawasan ini termasuk dalam zona inti TN BTS. Tegakan pada hutan ini terdiri dari pohon-pohon besar dan tinggi berusia ratusan tahun, sehingga membentuk lapisan tajuk yang dominan. Pada zona ini lapisan tajuk didominasi oleh jenis-jenis dari famili Fagaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Sterculiaceae dan Rubiaceae. Jenis tumbuhan bawah dan liana sangat melimpah, antara lain terdiri dari berbagai genus Calamus, Piper, Asplenium, Begonia, serta famili Anacardiaceae, Araceae, Poaceae dan Zingiberaceae. Di samping potensi tersebut di atas, pada zona ini terdapat ekosistem hutan bambu yang cukup luas 500 ha, serta merupakan habitat berbagai jenis anggrek alam baik yang tumbuh sebagai epifit maupun terestrial. 33 2. Zona Montane 1.500 –2.400 m dpl Pada zona ini sebagian besar merupakan hutan sekunder yang keanekaragaman jenisnya sudah mulai berkurang dan didominasi jenis tumbuhan pioner yang tidak dapat hidup di bawah tajuk yang tertutup. Secara umum jenis pohon yang mudah dijumpai di zona ini antara lain : cemara Casuarina junghuhniana, mentigi Vaccinium varingifolium, kemlandingan gunung Albizzia lophanta, akasia Acacia decurrens, serta tumbuhan bawah seperti tanah layuedelweis Anaphalis longifolia, senduro Anaphalis javanica, alang-alang Imperata cylindrica, paku-pakuan Pteris sp., rumput merakanThemeda sp. dan calingancantigi Centella asiatica. Jenis cemara Casuarina junghuhniana di beberapa tempatblok merupakan jenis pohon yang sangat dominan sehingga membentuk ekosistem hutan yang homogen Blok Cemorokandang, Arcopodo. Di Kaldera Tengger terdapat ekosistem yang khas yaitu Ekosistem Laut Pasir yang massa tanahnya merupakan endapan vulkanik dengan bahan induk abu dan pasirbatuan hasil aktivitas gunung Bromo yang sudah mengalami pelapukan bertahun tahun. Laut Pasir Tengger ditumbuhi oleh vegetasi yang tahan terhadap kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari kawah Gunung Bromo, seperti: cemara gunung, mentigi, kemlandingan gunung, akasia Acacia decurrens dan tumbuhan bawah seperti tanah layuedelweis, senduro Anaphalis javanica, alang-alang, paku- pakuan Pteris sp., rumput merakan Themeda sp., adas Foeniculum vulgare dll. Selain itu TN BTS merupakan habitat anggrek tanah yang endemik yaitu Habenaria tosariensis. 3. Zona Sub Alpin 2.400 m dpl. ke atas. Pada zona ini ditumbuhi pohon-pohon yang kerdil pertumbuhannya dan miskin jenis. Jenis yang dominan pada ketinggian ini adalah mentigi Vaccinium varingifolium, dan cemara gunung Casuarina junghuhniana. Di beberapa tempat juga dapat dijumpai kemlandingan gunung Albizzia lophanta, dan bunga edelweis Anaphalis longifolia. Di Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 m.dpl kondisinya merupakan hamparan abu, pasir, dan batuan, tanpa vegetasi sama sekali.